tugas fisika masa jenis

I. Tujuan Percobaan : Mengukur massa jenis zat padat beraturan
II. Dasar Teori :
Massa jenis didefinisikan sebagai massa benda per satuan volum. Jika lambang massa jenis ρ, volum V, dan massa m, rumus untuk massa jenis adalah:


Massa benda diukur dalam kg, volum diukur dalam , sehingga:
Satuan massa jenis= =
Jadi, satuan massa jenis dalam SI adalah .
Satuan massa jenis yang lain adalah .


III. Alat dan Bahan
1. Zat padat beraturan
2. Jangka sorong
3. Neraca
IV. Langkah-Langkah Percobaan
1. Diameter zat padat diukur
2. Tinggi zat padat diukur
3. Massa zat padat diukur dengan neraca
4. Hasil percobaan dicatat pada table
V. Tabel Percobaan
No. Nama Zat d (cm) l (cm) m (g)
1 Kayu 1 2 2 4,3
2 Kayu 2 2 2 3,85
3 Kuningan 2 2 68,5
4 Besi 2 2 57,3
5 timah 2 2 82,8



VI. Pembahasan
Dari hasil percobaan di atas dapat ditentukan nilai massa jenis untuk tiap-tiap zat padat.
No. Nama Zat m (g) V ( )
ρ( )
ρ( )

1 Kayu 1 4,3 2×2×2=8 0,5375 537,5
2 Kayu 2 3,85 2×2×2=8 0,48125 481,25
3 Kuningan 68,5 2×2×2=8 8,5625 8562,5
4 Besi 57,3 2×2×2=8 7,1625 7162,5
5 Timah 82,8 2×2×2=8 10,35 10350

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa untuk zat padat yang mempunyai volume yang sama akan memiliki massa jenis yang berbeda karena perbedaan massa. Perbedaan massa ini tergantung dari jenis zatnya.
Massa jenis rata-rata dari kelima zat padat tersebut adalah 3386,71 .
VII. Kesimpulan
Dari percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa massa jenis masing-masing zat padat yaitu:
=537,5
=481,25
=8562,5
=7162,5
=10350



















I. Tujuan Percobaan :
1. Mengukur indeks bias kaca
2. Menghitung pergeseran sinaryang masuk dan yang keluar kaca
II. Dasar Teori:
Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan cahaya ketika cahaya mengenai bidang batas antara 2 medium.
Ini berdasarkan Hukum I dan II Snellius.
Hukum I Snellius : Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada suatu bidang datar.
Hukum II Snellius : Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat (khusus dari udara ke kaca) maka sinar dibelokkan mendekati garis normal dan sebaliknya.

Sinar datang


udara
kaca


sinar keluar
Pembiasan ini dinyatakan dalam:




n = indeks bias kaca
i = sudut datang
r = sudut keluar
d = lebar kaca
t = pergeseran sinar masuk dengan sinar keluar


III. Alat dan Bahan
1. Kaca plan parallel
2. Jarum pentul
3. Bidang optic/gabus
4. Mistar
5. Busur
6. Kertas HVS/grafik

IV. Langkah-Langkah Percobaan
1. Bidang optic diletakkan pada meja
2. Kertas HVS/optic diletakkan di atas bidang optic
3. Kaca plan parallel diletakkan di atas kertas
4. Garis kaca plan parallel dibuat pada kertas
5. 2 jarum pentul ditancapkan pada salah satu bidang sisi
6. Bayangan jarum pentul diamati melalui sisi yang lain
7. 2 jarum pentul yang lain ditancapkan pada sisi tersebut sehingga 4 buah jarum pentul berimpit
8. 4 buah jarum pentul dan kaca plan parale diambil dari atas kertas
9. Garis dibuat melalui 4 buah jarum pentul
10. Percobaan nomor 1-9 diulangi untuk sudut datang yang berbeda

V. Hasil Percobaan

No. i(sudut datang) r(sudut keluar) d(cm) t(cm)
1 6,5 5
2 6,5 12
3 6,5 20
VI. Pembahasan
Dari data di atas dapat dihitung indeks bias kaca dan pergeseran sinar datang dan sinar keluar kaca.
1. n = = = =1,64
t = = =
2. n = =




I. Tujuan Percobaan :
1. Mengukur jarak titik api lensa
2. Mengukur bayangan lensa
II. Dasar Teori:
LENSA CEMBUNG
Adalah lensa dengan bagian tengah lebih tebal daripada bagian tepi. Sinar-sinar cahaya yang datangsejajar sumbu lensa dibiaskan menuju titik fokos, sehingga sinar-sinar itu bias membentuk bayangan nyata yang dapat diproyeksikan pada layar.
Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung:



O F



Untuk melukiskan bayangan suatu benda, sekurang-kurangnya dpierlukan 2 sinar istimewa.

BENDA DI RUANG…. BAYANGAN DI RUANG….

III II I I II III
O F



PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA CEMBUNG
BENDA DI RUANG…. BAYANGAN
I Di depan lensa, maya tegak, diperbesar
II Ruang III, nyata, terbalik, diperbesar
III Ruang II, nyata, terbalik, diperkecil
Rumus yang dipakai adalah:
f = focus lensa/titik api lensa
s/s’ = jarak benda/bayangan ke lensa
III. Alat dan Bahan
1. Meja optic
2. Lensa
3. Pemegang lensa, lampu, layar
4. 4. Lampu
5. Kabel
6. Power supply
7. Mistar

IV. Langkah-Langkah Percobaan
1. Alat yang diperlukan diatur pada bangku optic dengan urutan lilin, lensa dan layar
2. Jarak lilin dengan lensa diatur sehingga jaraknya lebih besar dari jarak focus lensa
3. Lilin dinyalakan
4. Layar digeser maju atau mundur sehingga didapat bayangan yang detail
5. Jarak benda s dan jarak bayangan s’ diukur
6. Percobaan di atas diulangi dengan menggunakan lensa yang lain

V. Hasil Percobaan
No. s(cm) s’(cm)
1 20 43
2 25 30
3 30 26
4 35 20
5 40 19





VII. Pembahasan
Dari percobaan di atas, dapat dihitung nilai dari focus lensa.
No.
1
2
3
4
5

Hasil perhitungan Focus lensa dan jarak bayangan:
No. Titik api (f) (cm) Jarak bayangan (s) (cm)
1 13,65 43
2 13,63 30
3 13,92 26
4 12,72 20
5 12,88 19

Rata-rata focus lensa (cm) 13,36
Jika suatu benda diletakkan di ruang II/III (jarak benda lebih besar dari focus lensa) maka bayangan akan terbentuk di ruang III/II dengan sifat bayangan nyata, terbalik,dan diperbesar jika nomor ruang bayangan lebih besar dari nomor ruang benda atau diperkecil jika nomor ruang bayangan lebih kecil dari nomor ruang benda .
VII. Kesimpulan
Jarak titik api lensa adalah 13,36 cm.
Jarak bayangan:
No. Jarak benda(cm) Jarak bayangan(cm)
1 20 43
2 25 30
3 30 26
4 35 20
5 40 19









I. Tujuan Percobaan : Mengukur hambatan jenis penghantar (nikelin)
II. Dasar Teori :
Bunyi Hukum Ohm:
Kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar itu (asal suhu penghantar tetap).

1. Besarnya selalu tetap
2. Bila beda potensial diperbesar ternyata arus yang mengalir semakin besar
3. Besarnya kuat arus sebanding dengan besarnya beda potensial
Bila dinyatakan dengan persamaan:
V = beda potensial, volt (V)
i = kuat arus, Ampere (A)
R = hambatan, Ohm (Ω)
Hambatan suatu penghantar adalah hasil bagi beda potensial antara ujung-ujung penghantar dengan kuat arus yang mengalir dalam penghantar.


V = beda potensial, volt (V)
i = kuat arus, Ampere (A)
R = hambatan, Ohm (Ω)
Faktor-Faktor yang mempengaruhi besarnya hambatan Suatu Penghantar:
1. Panjang kawat penghantar (semakin panjang,hambatan semakin besar)
2. Jenis kawat (bahan kawat)
3. Besarnya Kawat (semakin besar luas penampang kawat semakin kecil hambatannya)


III. Alat dan Bahan
1. Baterai/catu daya
2. Voltmeter DC
3. Amperemeter
4. Kawat nikelin
5. Micrometer
6. Penggaris
7. Kabel penghubung
IV. Langkah-Langkah Percobaan
1. Alat-alat dirangkai seperti gambar





2. Panjang kawat diukur
3. Diameter kawat diukur
4. Saklar s ditutup, besar arus pada amperemeter (A) dan Voltmeter (V) diukur.
5. Hasil percobaan dcatat pada table
V. Hasil Percobaan
No. L (cm) D (cm) i (A) V (volt)
1 10 0,46 2,8 2
2 15 0,46 2,5 2
3 20 0,46 2,1 2,5
4 25 0,46 1,6 2,5
5 30 0,46 1,6 2,5
VI. Pembahasan
Dari data yang telah diperoleh dapat dihitung besarnya hambatan.



No. V (volt) i(A) R(Ω)
1 2 2,8 0,71
2 2 2,5 0,8
3 2,5 2,1 1,19
4 2,5 1,6 1,56
5 2,5 1,6 1,56
Besar hambatan rata adalah 1,16 Ω.
Semakin panjang kawat maka semakin besar nilai hambatannya.
VIII. Kesimpulan
Besarnya hambatan jenis penghantar (nikelin) adalah
No. V (volt) i(A) R(Ω)
1 2 2,8 0,71
2 2 2,5 0,8
3 2,5 2,1 1,19
4 2,5 1,6 1,56
5 2,5 1,6 1,56

Sedangkan besarnya hambatan rata-rata adalah 1,16 Ω.






































I. Tujuan Percobaan :
1. Menunjukkan bahwa cahaya dapat mengalami difraksi (lenturan) jika melewati celah sempit/kisi
2. Menghitung panjang gelombang sinar laser (sumber cahaya monokromatik)
II. Dasar Teori
Difraksi adalah penyebaran berkas sinar setelah melewati celah sempit. Difraksi ini berpengaruh pada ketajaman dan pembesaran bayangan.
Bayangan yang dihasilkan akan kelihatan sebagai suatu sumber jika pada celah sempit. Jika celah makin lebar maka bayangan makin dapat dipisahkan.
Ukuran sudut batas pemisah agar 2 benda dapat dipisahkan disebutbatas susut revolusi. Maka pada kisi hanya ada garis terang.

d = jarak pola difraksi pada layar
= jarak celah ke layar

α = sudut difraksi
n = orde difraksi
Л = panjang gelombang sumber
d =
= 100 = 100000
= 300 = 300000
= 600 = 600000
III. Alat dan Bahan
1.kisi (celah banyak)
2. sumber cahaya monokromatik (sinar Laser)
3. layar (kertas millimeter)
4. Mistar
IV. Cara Kerja
1. Alat-alat percobaan disiapkan
2. Kisi/celah diletakkan sejauh 10 cm dari layar
3. Sumber cahaya atau laser diarahkan pada kisi pertama
4. Diamati dan dicatat jarak pola difraksi pada layar dari terang pusat ke terang pertama
5. Langkah ke 2 sampai ke 4 diulangi untuk kisi yang berbeda
V. Tabel Percobaan
No. Banyak celah
(kisi)
Jarak kisi ke layar (l)
(mm) Jarak pola difraksi pusat terang ke terang pertama (p) (mm) Panjang gelombang sumber laser Л (mm) Panjang gelombang rata-rata Л (mm)
1 100 100 40
2 300 100 17
3 600 100 40

VI. Pembahasan
Dari percobaan di atas dapat dihitung panjang gelombangnya dengan rumus:




No. Banyak celah
(kisi)
Jarak kisi ke layar (l)
(mm) Jarak pola difraksi pusat terang ke terang pertama (p) (mm) Panjang gelombang sumber laser Л (mm) Panjang gelombang rata-rata Л (mm)
1 100 100 40 0,004
2 300 100 17 0,00056
3 600 100 40 0,00066

1. = n Л

=0,004
2. Л=
Л=0,00056
3. Л=
Л=0,00066



VII. Kesimpulan
Dari data diatas maka panjang gelombang rata-rata adalah 0,00174 mm.
No. Banyak celah
(kisi)
Jarak kisi ke layar (l)
(mm) Jarak pola difraksi pusat terang ke terang pertama (p) (mm) Panjang gelombang sumber laser Л (mm)
1 100 100 40 0,004
2 300 100 17 0,00056
3 600 100 40 0,00066




I. Tujuan Percobaan : Mengukur percepatan gravitasi bumi di suatu tempat
II. Dasar Teori
Suatu titik zat dikatakan menggetar jika titik zat tersebut melakukan gerak bolak-balik secara periodic melewati suatu titik tertentu yang disebut kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan untuk satu getaran adalah dari titik awal kembali lagi ke titik awal disebut waktu getar atau periode (T). jumlah getaran dalam 1 sekon disebut frekuensi getaran.
Pada ayunan sederhana dengan bandul ayun dengan sudut simpangan kecil ditentukan oleh persamaan:

III. Alat dan Bahan
1. Tali ringan/benang
2. Beban
3. Stopwatch
4. Statif
5. Mistar

IV. Langkah-Langkah Percobaan

1. Seutas benang diambil, salah satu ujungnya diikat pada statif dan ujung yang lain diberi beban
2. Panjang tali diukur
3. Benang disimpangkan dengan sudut kecil
4. Beban dilepaskan bersamaan denga menghidupkan stopwatch
5. Ayunan beban dihitung 10x, kemudian stopwatch dimatikan
6. Waktu yang diperlukan 10 ayunan tersebut dicatat
7. Percobaan nomor i-6 diulangi untuk panjang tali yang berbeda

V. Hasil Percobaan
No. L (m) n t T=

1 0,2 10 10
2 0,25 10 11
3 0,3 10 11,6



VI. Pembahasan
Dari data diatas dapat dihitung gravitasinya dengan rumus:
g =
No. L (cm) n t T g( )

1 0,2 10 10 1 8,54
2 0,25 10 11 1,1 8,96
3 0,3 10 11,6 1,16 10,2
1. g = = 8,54
2. g = = 8,96
3. g = = 10,2
percepatan grafitasi rata-ratanya adalah 9,23 .

VII. Kesimpulan
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya percepatan gravitasi bumi di suatu tempat adalah 9,23

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer