TIPS MEMOMPA KEMAUAN

Pada dasarnya setiap orang bisa menemukan sendiri jalan untuk memompa kemauannya. Namun, untuk memudahkan, sebaiknya Anda mencoba beberapa cara. Jika Anda disiplin, target yang Anda tetapkan bisa tercapai. Coba simak 10 langkah berikut.

1. Fokuskan Perhatian Pada Apa Yang Anda Miliki.
Dari pada Anda sibuk memikirkan apa yang tidak Anda miliki, lebih baik Anda fokuskan perhatian Anda pada apa yang Anda punyai dan mulai memikirkan bagaimana memberdayakan apa yang Anda miliki tersebut. Sertakan dengan kalimat-kalimat yang mendorong kemauan Anda seperti, “Saya bisa! Saya mau! Saya yakin! Saya sanggup! Saya harus ….” Pasang target yang membuat Anda tambah semangat. Ingat selalu hal-hal yang bisa memotivasi Anda. Misalnya minggu ini Anda bersenam untuk mendapatkan tubuh yang langsing. Minggu depan untuk malam yang romantik, dan seterusnya.
2. Bangga Saat Melakukannya.
Apa pun target Anda, semua itu bisa dicapai kalau Anda melakukannya satu persatu. Untuk menambah motivasi, bersikaplah bangga pada prestasi yang telah Anda capai. Jangan terpaku pada panjangnya jalan yang belum Anda selesaikan. Kalau perlu, hadiahi diri sendiri bila Anda berhasil melampaui satu tahapan dengan sukses.
3. Buat Target Yang Mudah.
Lebih baik membuat sejumlah target kecil yang bisa diraih dengan mudah ketimbang target yang berat. Karena biasanya target yang berat membuat hati ciut. Target yang kecil membutuhkan lebih sedikit kemampuan daripada target besar. Keberhasilan akan membuat Anda berani mencoba lagi dan akhirnya berhasil menyelesaikan semuanya dengan sukses.
4. Bila Selama Ini Kemauan Anda Belum Pernah Teruji, Sebaiknya Jangan Memilih Target Yang Memberikan Perubahan Besar Pada Anda.
Membangun kemauan sama seperti membangun otot. Karena itu Anda perlu melakukan hal-hal yang bisa yang tak membutuhkan banyak usaha. Seperti selalu mematikan keran bila Anda selesai mandi.mematikan lampu bila hari sudah terang. Jangan makan didepan televisi.
5. Jangan Mematok Target Berlebihan.
Jangan berharap bisa seperti Ratih Sanggarwati bila postur tubuh Anda tak memungkinkan. Turunkan target Anda agar lebih masuk akal. Tapi juga jangan terlalu rendah karena nanti Anda tak mempunyai semangat untuk meraihnya.
6. Pastikan Target Itu Memang Impian Anda.
Tanyakan pada diri sendiri apakah target ini memang Anda inginkan atau hasil paksaan orang lain. Akan sulit untuk maju kalau target itu tak datang dari diri Anda sendiri.
7. Buat Rencana.
Ambil waktu untuk merencanakan bagaimana Anda bisa mencapai target yang telah ditentukan. Cobalah menemukan beberapa cara untuk meraihnya. Dua pilihan lebih baik daripada satu. Tetapi jangan membuat terlalu banyak rencana karena bisa membinggungkan.
8. Sampaikan Pada Teman.
Kita cenderung menutupi cerita kita dari orang lain karena khawatir orang akan mengejek bila target tak tercapai. Sayangnya usaha melindungi diri sendiri justru membuat kemauan melemah. Dengan menyampaikan rencana dan target kita pada orang lain, efek yang akan Anda rasakan justru menambah kekuatan si kemauan. Bahkan, terkadang bisa membentuk kelompok yang mengalami masalah sejenis. Ini akan sangat membantu kita dalam mencapai target. Dukungan semangat dan rasa simpati akan membawa keberhasilan bagi usaha kita.
9. Jangan Memaksakan Diri.
Bila ditengah proses Anda merasa bosan dan mandek, berhentilah sejenak. Beri kesempatan pada diri Anda untuk beristirahat. Tetapi setelah itu jangan lupa untuk segera kembali lagi melakukan hal-hal yang diperlukan. Sekali kita bisa melakukan hal ini, otomatis Anda bisa bertahan lama. Dan, bahkan akhirnya terbebas dari kebosanan.
10. Istirahatlah.
Berhenti sesaat bukan berarti Anda lemah, malas dan tak disiplin. Malah, sebenarnya Anda tengah berada dalam proses memutus kebiasaan yang buruk dan mengantinya dengan yang baru. Jadi jangan berputus asa. Daripada menuduh diri sendiri malas dan payah, sebaiknya Anda melihat sisi positifnya. Yaitu mencari sebab mengapa Anda ingin berhenti. Atasi penyebabnya dan lanjutkan usaha Anda meraih target yang Anda canangkan! Nah dengan tips diatas, semoga kemauan Anda bukan lagi sekedar kemauan. Melainkan dapat berubah menjadi tindakan nyata yang akan membantu Anda mewujudkan sukses.

Sumber: www.astaga.com

PEMAHAMAN DIRI

Siapakah Aku Ini ?
Jika kamu ditanya, “Siapakah kamu?”, tentu akan ada beraneka jawaban dari setiap orang. Untuk membantu menjawab pertanyaan itu sedikitnya ada 2 sudat pandang yang dapat dijadikan landasan.
Dari sudut pandang spirutual setidaknya jawaban yang mungkin adalah sebagai berikut.
a. Aku adalah makhluk ciptaan Tuhan yang disebut manusia.
b. Aku diciptakan Tuhan sebagai tanda sebagai tanda terbesar atas kuasa-Nya di muka bumi.
c. Aku adalah manusia yang diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk menjaga, mengolah dunia sehingga berkembang dan berarti bagi kehidupan seluruh makhluk ciptaan-Nya.
d. Berdasarkan agamamu masing-masing mungkin bisa diberikan jawaban lain.
Dari sudut psikologi humanistic (Abraham Moslow), “Aku” adalah manusia yang memiliki kebutuhan-kebutuhan yang secara bertingkat perlu dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dari tingkat yang paling dasar sampai yang paling tinggi adalah :
a. Kebutuhan fisiologi, seperti makan, minum, dan seksualitas,
a. Kebutuhan akan rasa aman, seperti rasa tenteram dan terhindar dari bahaya.
b. Kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, seperti bergabung dengan orang lain, menjadi anggota atau diterima dalam suatu kelompok, menjalin relasi secara pribadi yang nyaman antar manusia.
c. Kebutuhan untuk dihargai, seperti mencapai prestasi, menjadi orang yang kompeten, dan memperoleh pengakuan dari orang lain, dan
d. Kebutuhan mengaktualisasikan diri, seperti merealisasikan dan menunjukkan bakat atau kemampuan.

Apabila kebutuhan-kebutuhan menimal seseorang tidak dapat dipenuhi, orang itu dapat mengalami gangguan keseimbangan psikologi. Gangguan itu bisa berbentuk rasa kesal, perenggangan hubungan social, putus asa dan frustasi (dengan gejala seperti sering marah-marah, penarikan diri dari pergaulan, serba salah dan tajut, sikap pasrah yang ‘konyol’, tidak tahu arah hidup, hidup seperti tanpa arti, atau sikap apatis atas kehidupan).
Sebenarnya ada banyak sudut pandang lain yang dapat menambah jawaban pertanyaan tentang “siapa diri kita”, seperti halnya sudut pandang hukum, ekonomi atau hak asasi manusia. Cobalah cari sudut pandang berbeda tersebut melalui internet!

REFLEKSI
Siapakah dirimu, menurutmu? Gambarkanlah dalam bentuk cerita didepan kelas atau tulisan!

UNTUK APA AKU LAHIR DAN HIDUP?

Memahami diri rupanya tidak cukup hanya dapat menjawab pertanyaan “siapa saya” saja. Pertanyaan itu perlu diteruskan lagi, hingga “untuk apa aku lahir dan hidup”. Mungkin dibenakmu pertanyaan seperti ini pernah terbentuk. Jawabannya sebenarnya bisa bermacam-macam, tergantung pada pandangan hidup seseorang.
Sebagai langkah awak untuk menjawab pertanyaan itu kiranya kita perlu memahami berbagai hal prinsip yang bisa dipahami dan dikembangkan terus-menerus dalam kehidupan.
a. Hidup adalah suatu periode yang memiliki batas waktu tertentu yang diberikan oleh Tuhan bagi manusia.
b. Hidup adalah suatu proses “menjadi”, yaitu menjadi manusia yang berarti dan berguna bagi hidup itu sendiri dan berguna bagi dunia.
c. Waktu tak akan terulang lagi. Menunda-nunda waktu dengan alasan masih banyak waktu adalah tidak beralasan.
d. Rentang waktu kehidupan tidak seharusnya diisi dengan cara seadanya. Manusia harus merencanakan dan mengisis kesempatan hidupnya dengan cara efektif dan produktif.
e. Hari ini adalah hari pertama dari sisa hidupmu. Tidak ada yang bisa memastikan kapan seseorang akan dilahirkan, sebagaimana juga tidak bisa dipastikan kapan kita akan meninggalkan dunia.
f. Tak selamanya manusia tergantung pada orang lain; tidak selamanya kamu bergantung pada orang tua. Suatu saat kamu harus mandiri. Karena itu, kamu harus memiliki cita-cita. Kamu harus memulai sesuatu dengan berani mengatakan, “Aku sudah mulai!”

Kamu hendaknya menyadari sedang berada di mana dan hidup pada masa yang seperti apa. Hal ini penting dipahami agar kamu tidak mudah terkejut akan secepatnya perubahan zaman. Penyesuaian diri atas posisi kita dalam rentang waktu kehidupan akan membuat kita bijaksana dan tepat dalam bersikap.
Menurut john Santrock, hidup manusia secara relatif dapat digolongkan dalam beberapa periode, yaitu sebagai berikut.
a. Masa pralahir dan bayi, kira-kira dari masa bayi berada dalam kandungan hingga kira-kirar usia 18-24 bulan.
b. Masa anak awal berlangsung dari kira-kira 2 sampai 5 tahun. Masa ini dikenal sebagai masa prasekolah.
c. Masa anak tengah dan akhir, dari usia 6 sampai 11 tahun, yang dikenal sebagai masa sekolah dasar.
d. Masa remaja, dimulai kira-kira usia 18 sampai 22 tahun. Pada masa ini terjadi transisi antara masa anak dan dewasa.
e. Masa pemuda, yaitu masa transisi antara remaja dan dewasa yang merupakan masa ketidakpastian ekonomi dan pribadi. Masa ini berlangsung antara 2 sampai 8 tahun atau lebih lama lagi.
f. Masa dewasa awal biasanya dimulai pada akhir umur belasan atau permulaan dua puluhan dan berlangsung sampai usia tiga puluhan. Masa ini merupakan waktu pembentukan kemandirian ekonomi dan pribadi.
g. Masa dewasa tengah dimulai kira-kira usia 35 sampai 45 tahun dan berahir kira-kira usia 55 dan 65 tahun. Pada masa ini terjadi peningkatan refleksi tentang arti hidup. Masa dewasa akhir berlangsung dari kira-kira usia 60 sampai 70 tahun sampai kematian.
Sebagi remaja dan pelajar, kamu berada pada kelompok peralihan kematangan tertentu dan menjelang pemantapan dan penitian karir. Ini adalah masa yang penting untuk memantapkan hati menuju masa depan. Oleh karena itu, seorang pelajar SMA harus berani melangkah menuju kedewasaan. Seorang yang dewasa tidak malau bertindak benar, tidak bermalasan, dan tidak dimanjakan oleh fasilitas.
Pelajar yang memiliki prinsip harus berani menata hidupnya sendiri. Tidak seharusnya seorang pelajar melakukan hal-hal berikut ini.
• Menjadi “benalu” atau “parasit”; menjadi “penghisap”, yang akan mati jika yang dihisap akan mati.
• Menjadi fotocopy atau baying-bayang orang lain; tidak memiliki rasa tanggung jawab sendiri; seolah-olah orang lainlah yang memiliki dan menguasai hidupnya.
• Menjadi konsumeris, boros, dan koruptif; takut menata dan menerima realita, tidak mau menjalani kehidupan dengan perhitungan matang, tidak sederhana, tidak apa adanya dan merugikan diri sendiri atau orang lain.
• Menjadi hidonis; hanya menikmati hari ini sepuasnya dengan menghalalkan segala cara, tidak peduli akan masa depan.
• Malas, tidak mau bekerja; hanya ingin menikmati hidup tanpa usaha keras.

Kamu harus berani memilih sikap yang terbaik dan meninggalkan hal-hal yang dapat merugikan dirinya dan orang lain. Rasa percaya diri sendiri menjadi dasar untuk maju dan berprestasi semaksimal mungkin. Dengan demikian, keberadaanmu di dunia ini memiliki makna.
ANEKA MACAM KECERDASAN MANUSIA

Menurut seorang ahli psikologi yang bernama Howard Gardner, setidaknya ada 8 jenis kecerdasan manusia. Ke-8 jenis kecerdasan tersebut adalah kecerdasan lingusitik, kecerdasan logistic-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetic-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal-sosial, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan intuisi.
1. Kecerdasan linguistic adalah kecerdasan berbahasa. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan linguistic adalah sebagai berikut :
a. Suka menulis kreatif di rumah, menyukai pantun lucu dan permainan kata
b. Suka mengarang kisah khayal, menikmati, mendengarkan cerita, membaca buku.
c. Sangat hafal nama, tempat, tanggal, suka mengisi teka-teki silang.
d. Dapat mengeja kata-kata dengan tepat dan mudah.
e. Mempunyai kosa kata yang luas untuk anak seusianya.
f. Unggul dalam pelajaran sekolah yang melibatkan membaca dan atau menulis.
Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln atau penyair Chairil Anwar adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan linguistic.
2. Orang yang memiliki kecerdasan logistic-matematis memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Cepat menghitung aritmatika di luar kepala.
b. Mampu menyelesaikan masalah secara logis dan memainkan teka-teki logika.
c. Menikmati menggunakan bahasa komputer, ahli bermain catur.
d. Suka menyusun hierarki atau struktur, memahami sebab akibat.
e. Menykuai pelajaran matematika dan IPA serta berprestasi tinggi dalam bidang tersebut.
Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan logistic-matematis adalah ilmuwan Albert Enstein, Michael Faraday, atau Alexander Graham Bell.
3. Orang yang memiliki kecerdasan spasial memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Menonjol dalam kelas seni di sekolah
b. Mudah menggambar sosok orang atau benda persis seperti asli.
c. Mudah membaca peta, grafik, diagram.
d. Senang melihat film, slide, dan menekuni bidang fotografi.
e. Memberikan gambaran visual yang jelas ketika sedang memikirkan sesuatu.
Beberapa tokoh seperti Pablo Picasso, Leonardo Da Vinci, atau Pak Tino Sidin adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan spasial.
4. Orang yang memiliki kecerdasan kinestetik-jasmani ditandai oleh hal-hal berikut ini :
a. Suka dan menekuni kegiatan olahraga. Seringkali mereka juga berprestasi di bidang olahraga.
b. Tidak bisa duduk diam, pandai menirukan gerakan/perilaku orang lain.
c. Terampil dalam bidang kerajinan tangan, seperti kerajinan kayu, menjahit, megukir, memahat, membentuk tanah liat , melukis dengan jari.
d. Sangat suka membongkar berbagai benda dan kemudian menyusunnya kembali.
Olahragawan Ade Rai, Michael Jordan, atau David Beckham adalah contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan kinestetik-jasmani.
5. Orang yang memiliki kecerdasan musical memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berprestasi dalam bidang musik atau dapat memainkan alat musik.
b. Mempunyai suara yang bagus ketika bernyanyi sendiri atau di depan orang lain.
c. Mudah mengingat melodi lagu, mengikuti irama musik.
d. Senang mengoleksi CD atau kaset.
e. Lebih bisa atau suka belajar dengan irama musik.
f. Peka terhadap berbagai jenis musik dan suara-suara di lingkungan sekitarnya.
Musikus Johann Sebastian Bach, Ludwig von Beethoven, Rivchard Clayderman, atau Irdris Sardi adalah mereka yang memiliki kecerdasan musical.
6. Kecerdasan interpersonal-sosial ditandai oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Mempunyai banyak teman, mudah bergaul atau beradaptasi dengan lingkungan.
b. Sangat mengenal lingkungan, mudah terlibat dalam kegiatan kelompok.
c. Berperan sebagai “penengah keluarga” ketika terjadi perselisihan.
d. Mampu bekerja, berhubungan secara efektif dan mengerti orang lain.
e. Mudah bersimpati dan berempati, serta memberikan perhatian pada orang lain.
f. Unggul dalam pelajaran ilmu-ilmu social.
7. Orang-orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal bisaanya memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai rasa percaya diri, belajar dan bekerja dengan baik jika seorang diri.
b. Mempunyai pandangan hidup yang lain dariada pandangan umum.
c. Mampu menganalisa dan merenungkan diri.
d. Memperlihatkan sikap independen (mandiri) atau kemauan yang kuat.
e. Bersikap realistis terhadap kekuatan dan kelemahannya.
Para filsuf seperti Plato atau Immanuel Kant mungkin adalah contoh orang-orang dengan kecerdasan intrapersonal yang baik.
8. Orang-orang yang memiliki kecerdasan naturalis bisaanya memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Akrab dengan hewan piaraan, suka berkebun.
b. Senang berjalan-jalan di alam terbuka atau kebun binatang.
c. Menghabiskan waktu dekat di dekat akuarium atau ekosistem yang lain.
d. Mencatat fenomena alam yang berhubungan dengan flora dan fauna.
e. Suka membawa pulang serangga, bunga, daun, dan sebagainya untuk diperlihatkan kepada keluarga.
f. Menyenangi dan unggul dalam pelajaran Biologi dan lingkungan hidup.
Para biolog seperti Mendel atau Darwin mungkin adalah contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan naturalis.


IQ jongkok? Nggak Perlu Minder, Koq!

Tes kecerdasan, atau yang biasa kita kenal dengan tes IQ (intelligence quotient) sering sekali menjadi patokan untuk menentukan cerdas atau tidaknya seseorang. Bahkan, IQ menjadi syarat untuk memasuki dunia sekolah atau pekerjaan. Tentunya, yang bakal diterima adalah seseorang dengan skor IQ di atas rata-rata.
Tes kecerdasan atau intelegensi ini dilakukan untuk mengukur kapasitas seseorang dalam berpikir dan bernalar. Intelegensi berasal dari bahasa latin intellegere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Intelegensi, oleh David Wechsler, didefinisikan sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif. Sementara itu, intelligence quotient mempunyai arti yang berbeda dengan intelegensi yang tadi. IQ adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Memang, kecerdasan seseorang tidak melulu hanya diukur dengan skor yang didapat dari tes IQ. Skor ini hanya memberikan sedikit indikasi mengenai kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kemampuan berpikir seseorang.
Menurut Howard Gardner, seorang psikolog lulusan Howard University, kecedasan intelektual hanya satu dari delapan kecerdasan yang dimiliki seseorang. Delapan kecerdasan itu adalah cerdas bahasa (cerdas dalam mengolah kata), cerdas gambar (memiliki imajinasi tinggi), cerdas musik ( peka terhadap suara dan irama), cerdas matematika dan logika (terampil dalam sains dan berhitung), cerdas social (memiliki kemampuan tinggi dalam membaca pikiran dan perasaan orang lain), cerdas diri (menyadari kekuatan dan kelemahan diri), cerdas alam (peka terhadap alam sekitar). Nah, jadi jelas, kalau kita tidak bisa dikuasai. Pernyataan Gardner tadi pun diamini oleh Dewi Tarumawati, S. Psi., Psi., yang mengatakan, “Seorang anak yang mempunyai skor IQ 98 isa jadi lebih sukses di bidang matematika dibandingkan dengan anak yang mempunyai skor IQ 120”.
Jadi, yang sudah pernah ikut tes IQ dan hasilnya tidak memuaskan, jangan kecil hati. Banyak anak yang memiliki sor IQ tinggi, tetapi mereka tidak berhasil di bidang akademis. Sebaliknya, tidak sedikit anak dengan skor IQ biasa-biasa aja, malah lebih popular di sekolah karena memiliki kepercayaan diri tinggi.
Tetapi, bukan berarti orang yang punya skor tinggi tidak bisa berhasil, lho. Memiliki skor IQ tinggi merupakan satu keuntungan yang bisa dimanfaatkan kalau kita tahu bagaimana memaksimalkan potensi kecerdasan yang kita miliki.
Pernah membaca bukunya Ronal Dahl yang berjudul Mathilda? Dalam buku itu, dikisahkan seorang gadis kecil berusia di bawah sepuluh tahun, tapi punya kemampuan luar bisaa. Membaca buku, berpikir layaknya orang dewasa, bahkan sampai memiliki “kekuatan” yang bisa menyelamatkan dia, gurunya, dan teman-temanya dari teror jahat kepala sekolahnya. Nah, anak seperti Mathilda ini bukan hanya di dongeng karangan Ronal Dahl aja. Di Bremen, Jerman, ada seorang anak bernama Alex Mortgaill, yang juga memiliki kemampuan setara dengan Mathilda. Hanya Alex ini tidak punya kekuatan gaib yang dimiliki Mathilda. Sejak berumur 2 tahun, Alex sudah lancar membaca dan menulis. Bahkan, sejumlah karya ilmiah pun dilahapnya. Bayangkan saja, dalam usia 5 tahun, bahasa Spanyol, Inggris, dan Perancis dikuasai Alex. Sampai di usia 10 tahun, Alex berhasil mengikuti debat ilmiah dengan beberapa professor di Jerman. Wow ….
Ibu Indun, seorang dosen psikologi UNPAD, mengatakan bahwa IQ hanyalah mengukur kapasitas. “Kapasitas ini tidak akan bertambah, tetapi kapasitas ini bisa berkembang”. Kalau ingin berhasil di jurusan yang bakal ditempuh nanti, patokannya bukan IQ. Orang yang IQ-nya rendah tapi belajar mati-matian tentu akan lebih berhasil daripada orang dengan IQ tinggi, tapi tidak belajar dengan sungguh,” katanya.
Lain halnya kalau masih bingung untuk menentukan jurusan mana yang akan dipilih. Dewi menyarankan untuk mengikuti tes minat dan bakat. “Dari test ini bisa diketahui, anak tersebut cocoknya masuk ke jurusan mana,” ujarnya.
Sumber : Pikiran Rakyat, 08 November 2005 dengan beberapa penyesuaiannya.

KONSEP DIRI

Masalah-masalah rumit yang dialami manusia, seringkali dan bahkan semua, sebenarnya berasal dari dalam diri. Mereka tanpa sadar menciptakan mata rantai masalah yang berakar dari problem konsep diri. Dengan kemampuan bepikir dan menilai, manusia malah suka menilai yang macam-macam terhadap diri sendiri maupun sesuatu atau orang lain-dan bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu objektif. Dari situlah muncul problem seperti inferioritas (merasa rendah diri), kurang percaya diri, dan hobi mengkritik diri sendiri. Artikel berikut akan mengulas tentang konsep diri, apa dan bagaimana konsep diri berpengaruh tehadap munculnya problem yang dialami manusia sehari-hari.

Konsep Diri.
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negaif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehlangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negative akan cenderung bersikap pesimis terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negative akan mudah menyerah sebelum berperang, dan jika gagal, aka nada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.
Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah kedepan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.

Proses Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif, ataupu lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini disebabkan sikap orang tua yang misalnya : suka memukul, mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap hukuman akibat kekurangan, kesalahan atau pun kebodohan dirinya.
Jadi anaknya menilai dirinya berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.
Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat. Misalnya, seorang erasa dirinya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah. Bisa saja saat itu ia jadi merasa “bodoh”, namun karena dasar keyakinannya yang positif, ia berusaha memperbaiki nilai.

Faktor yang mendukung mempengaruhi konsep diri
Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang, seperti hal-hal berikut ini.



Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua seperti sudah diuraikan diatas turut menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pernyatakan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk dissayangi dan dihargai; dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak menyanyangi.

Kegagalan
Kegagalan yang terus-menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berahir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.

Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatu, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif. Misalnya, ketika tidak diundang ke sebuah pesta, ia berpikir bahwa hal itu karena ia “miskin” sehingga tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat apakah dirinya mampu survive (bertahan) menjalani kehidupan selanjutkan. Orang yang depresi akan menjadi supersensitive dan cenderung mudah tersinggung atau “termakan” ucapan orang.

Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam betindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.

Mengubah konsep diri
Seringkali diri kita sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan berpikir yang tidak-tidak berhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun, dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep diri yang positif adalah sebagai berikut.

Bersikap objektif dalam mengenali diri sendiri
Jangan abaikan pengalaman positif ataupun keberhasilan sekecil apa pun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus. You can’t be all things to all people, you can’t do all things at once, you just do the best you could in every way ….

Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menhargai diri sendiri, tidak dapt melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak dapat memandang hal-hal baik dan positif di dalam diri, bagaiman kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal baik yang ada dalam diri orang kain secara positif? Jika kita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain menhargai diri kita?

Jangan memusuhi diri sendiri
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustasi yang dalam serta makin lemah dan negatiflah konsep diri seseorang.
Berpikir positif dan rasional
We are what we think. All that we are arisen with our thoughts. With our thoughts, we make the world (The Buddha). Jadi, segala hal banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik terhadap persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga. (jp)

Sumber: e-psikologi.com

Cara Mempertahankan Motivasi Belajar

Bagaimana caranya agar motivasi belajar menjadi pangggilan jiwa seorang siswa? Ada beberapa pemahaman yang perlu dicamkan oleh para siswa, antara lain sebagai berikut :
a. Siswa hendaknya mau menerima realita diri apa adanya. Siswa masih membutuhkan bimbingan untuk berkembang menuju kedewasaan. Karakter dan bakat yang ada harus disadari sebagai kekayaan diri. Kesadaran akan keunikan diri yang dimiliki akan memunculkan penghargaan atas kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri sendiri, sehingga siswa dapat menghargai diri secara wajar. Hal ini diharapkan mendatangkan kedewasaan untuk mengambil pilihan yang bijak dalam belajar.
b. Siswa hendaknya mau mendalami kemampuan diri dan bersedia menunjukkan segala potensinya tanpa merasa terpaksa.
c. Siswa hendaknya berani menentukan pilihan dan mengambil keputusan tentang masa depannya secara bertanggung jawab. Ini dapat memotivasi diri untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki.
d. Siswa hendaknya mau berdialog dengan teman dan guru. Saling memahami akan melahirkan perasaan diterima dan mengerti kesulitan masing-masing. Hal ini dapat membantu mencari jalan keluar terbaik tas persoalan yang dihadapi, yang dapat membantu motivasi belajar.
Kategori Motivasi Balajar.
Menurut Waldi (2005), ada empat kategori motivasi belajar siswa, yaitu achiver, sociable, conscientious, dan curious. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Siswa dengan motivasi belajar achiver lebih berorientasi pada keinginan untuk unggul dalam persaingan dan bersifat kompetitif. Motivasi ini lebih dipengaruhi oleh faktor teman dan keluarga.
b. Siswa dengan motivasi belajar sociable memiliki semangat kebersamaan, bersifat kooperatif non –kompetitif. Siswa dengan motivasi ini lebih menyukai keberhasilan bersama.
c. Siswa dengan motivasi belajar conscientious hanya melakukan kegiatan jika telah mendapat petunjuk yang jelas dan terikat pada peraturan.
d. Siswa dengan motivasi belajar curious selalu ingin tahu, tidak suka kemapanan, dan mendambakan perkembangan. Sisa seperti ini lebih menyukai hal-hal yang baru pada pengembangan keilmuan.
Dua Pola Belajar
Berdasar kategori motivasi belajar di atas kita dapat membandingkan du pola belajar yaitu, belajar aktif dan pasif. Porter & Hernacki (2003) memilah keduanya sebagai berikut.
Balajar Aktif Belajar Pasif
1. Belajar apa saja dari setiap situasi
2. Menggunakan apa yang dipelajari untuk keuntungan pribadi
3. Mengupayakan agar segalanya terlaksana
4. Bersandar pada kehidupan 1. Tidak dapat melihat adanya potensi belajar
2. Mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar
3. Membiarkan segalanya terjadi
4. Menarik diri dari kehidupan
Seorang pembelajar adalah pribadi yang mau dan dapat memanfaatkan banyak hal sebagai sumber balajar. Ia menyadari akan keterbatasan dirinya, dan untuk mengatasinya ia belajar banyak hal. Ia memiliki motivasi untuk belajar apa saja dari setiap situasi. Sementara itu ada pribadi yang bersikap sebaliknya, yaitu seakan0-akan segala yang sudah dipelajari sudah cukup. Ia mengira pengetahuan yang dimilikinya sekarang sudah cukup untuk membekali diri bagi kehidupannya di masa depan. Hal ini menyebabkan banyak potensinya untuk belajar sia-sia.
Seorang pembelajar menyadari bahwa apa yang ia pelajari akan bermanfaat bagi kehidupannya sekarang dan masa depan, secara langsung atau tidak langsung. Mempelajari banyak hal akan memberi kelebihan dalam hal pemahaman, pengetahuan, keterampilan, dan kebijaksanaan dalam bersikap.
Seorang pembelajar akan termotivasi pula untuk mecoba menerapkan pemahaman dari banyak hal yang ia pelajari dalam kehidupannya. Ia mampu mencari peluang untuk memanfaatkan pengetahuannya bagi perkembangan diri sehingga dapat meningkatkan mutu hidupnya.
Seorang pembelajar melihat kehidupan itu sesuatu yang menarik dan memberi arti penting bagi dirinya dan orang lain. Ia menikmati kehidupan dan meraih manfaatnya. Kehidupan diisi dengan banyak hal yang berguna. Kehidupan adalah sumber inspirasi bagi perbaikan mutu hidupnya. Namun orang yang tidak mau belajar dari kehidupan seolah menarik diri dari kehidupan. Kehidupan seakan ancaman bagi keberlangsungan hidupnya. Ia tidak begitu tertarik untuk melibatkan dirinya dalam kehidupan ini secara optimal.
Yakinlah diri! Kalau kamu ingin mencapai tujuan yang kamu inginkan, motivasilah dirimu! Untuk itu, pola belajar aktif harus menjadi pegangan dan dijadikan prinsip hdiup. Bagi mereka yang berusaha dengan sungguh-sungguh, prestasi bukan kata mustahil. Motivasi dirimu adalah modal dasar meraih prestasi.


Belajar Merencanakan Masa Depan

Masa depan seperti apa yang kita inginkan? Lima tahun lagi kita ingin jadi apa? Pertanyaan sederhana, tetapi sering kali kita sulit menjawabnya. Mungkin kita belum memikirkan bagi kita hidup ini ya dijalani saja apa adanya. Namun, begitukah hidup yang kita inginkan?
Tentu kita pernah dengan sebuah ungkapan, “….semua yang ada saat ini dan akan datang dimuali dari mimpi”. Ungkapan ini menggambarkan betapa pentingnya memiliki mimpi akan masa depan. Contohnya, nih, dulu Thomas Alva Edison memimpikan betapa berartinya kalau di dunia ini ada penerangan (lampu). Lalu, dia mulai merancang berbagai usaha sehingga dapat menciptakan lampu.
Cerita lain, nih, ketika Perang Dunia Kedua, di sebuah kamp tahanan perang. Seorang tahanan yang berlatar belakang pendidikan ilmu psikologi mengamati semua tahanan yang ada. Dia berpikiran bahwa tahanan yang muda dan berbadan kuat, laki-laki dan sehat, pastilah yang akan bertahan hidup terhadap siksaan di kamp tersebut. Setelah beberapa waktu pengamatannya, dia menemukan fakta ternyata yang muda yang berbadan kuat menyerah satu demi satu. Di lain sisi, ada yang tua tetapi tetap kuat bertahan. Akhirnya, dia menemukan kenyataan bahwa bukan fisik yang kuat atau umur yang muda yang membuat seseorang mampu bertahan, tetapi karena memiliki cita-cita untuk masa depan. Dalam pengamatannya, dia menemukan bahwa semua tahanan yang bertahan adalah mereka yang telah menetapkan cita-cita untuk masa depannya sehigga mereka mampu menanggung semua penderitaan demi mencapai cita-citanya.

Dari Sekarang
Mempersiapkan masa depan bisa kita mulai dari sekarang.
Pahami bahwa memiliki masa depan adalah penting.
Kita harus mulai menetapkan bahwa masa depan itu sendiri merupakan kehidupan. Apa yang kita lakukan adalah demi cita-cita. Jadi, masa depan itu muara dari semua yang kita lakukan dan yang menggerakkan kita untuk terus maju.
Bangun Motivasi
Motivasi bisa datang dari dalam atau luar diri kita. Motivasi dari luari diri kita bisa datang dari orang tua, kakak, guru, pacar, teman, atau tokoh yang kiata idolakan. Namun, motivasi dari dalam diri jauh lebih baik dan punya daya juang yang luar bisaa. Kita bisa mulai dengan mengumpulkan banyak informasi mengenai objek cita-cita masa depan yang kita inginkan. Mulai belajar menyukai dan menekuninya dari sekarang sehingga kita mampu berkata: “Hei….ini tentang hidupku, jadi aku harus memperjuangkannya!”
Kenali Potensi Diri
Dengan mengenali potensi diri, kita bisa mulai memilih dan merencanakan cita-cita kita. Caranya, denga melihat diri kita, apa yang kita senangi, bakat kita, kemampuan kita, dan aspek lainnya yang kita punya, lalu mengasahnya sehingga dapat menjadi lebih baik. Di lain sisi, hambatan-hambatan yang mungkin merintangi untuk mencapai cita-cita perlu juga kita pikirkan sehingga kita dapat mencarikan solusi secara cepat bagaimana mengatasi hambatan tersebut.
Rencanakan Target Masa Depan
Kita harus mulai mengambil keputusan mengenai cita-cita masa depan. Hal ini akan membantu kita untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Rencana masa depan yang kita tetapkan dapat berupa rencana jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek bisa dalam rentang 1-5 tahun. Artinya, dalam1-5 tahun ini kita ingin menjadi seperti apa. Sementara jangka panjang bisa berupa rencana kita dalam 10 tahun ke depan.
Evaluasi Rencana Masa Depan Kita
Bisa saja di tengah jalan kita menemukan hal-hal baru yang membuat kita ingin mengubah rencana masa depan kita. Enggak masalah, kok. Makanya, kita harus terus mengevaluasi rencana masa depan kita. Yang penting, apa yang kta rencanakan sesuai dengan diri kita, memberikan dampak positif dan memungkinkan untuk kita capai.
Jadi, memiliki cita-cita masa depan sangat penting. Apalagi yang penting di dunia ini yang dapat memandu kita untuk terus maju, selain memeiliki cita-cita untuk masa depan. Sudah punyakah kita?

Harry Kurniawan Cemara PKBI Sumatera Barat dalam Kompas, Jumat, 10 Maret 2006


Komunikasi Antarpribadi

Untuk lebih memahami komunikasi antarpribadi, kita perlu memahami lima tingkatan kominikasi antarpribadi menurut Powell.
1. Tingkat kelima, yaitu basa-basi itu-itu saja. Pada tingkat ini, muncul ungkapan basa-basi seperti: apa kabar? Akan pergi ke mana? Singgah dulu sebentar! Dan sejenisnya. Tingkat ini berada pada sikap berpura-pura, bersandiwara, berbicara sekedar untuk sopan santun.
2. Tingkat keempat, yaitu membicarakan orang lain tidak membuka sedikit pun diri kita kepada orang lain; tingkat ini lebih banyak membicarakan orang lain (bergosip).
3. Pada tingkat ketiga, yaitu menyatakan gagasan atau pendapat, hubungan yang lebih erat antarpribadi sudah terjalin. Pribadi yang berkomunikasi sudah berani gagasan, pendapat, dan keputusan sekalipun masih dengan berhati-hati. Orang-orang yang terlibat komunikasi masih berusaha untuk menjadi apa yang diinginkan atau yang menyenagkan orang lain.
4. Pada tingkat kedua, yaitu perasaan atau tingkat hati, yang paling membedakan orang yang satu dengan orang lain adalahperasaan atau emosi. Pengungkapan perasaan inilah yang membuat hubungan antarpribadi merupakan pengalaman yang unik (hubungan antar pribadi dalam arti sesungguhnya). Pada tingkat ini, kalau “aku” sungguh-sungguh menghendaki agar “Anda” mengenal aku, maka “aku” harus bercerita tentang “isi hatiku”, bukan tentang hanya “isi kepalaku”. Pada tingkat ini, kita mudah mempunyai gagasan, pikiran, dan keyakinan yang sama, tetapi perasaan-perasaan yang ada di baliknya adalahkhas kepunyaan setiap pribadi (aku). Tingkat ini mengenalkan diri dengan lebih mendalam kepada orang lain, dan sebaliknya.
5. Pada tingkat pertama, yaitu hubungan puncak, ada persatuan perasaan/emosi. Hubungan yang terjadi sungguh-sungguh terbuka, jujur, danmembahagiakan. Ini dapat terjadi di antara sahabat-sahabat karib atau pasangan dalamperkawinan.
Kominikasi sudah dianggap sudah mendekati ideal, atau lebih dari cukup jika telah mencapai tingkat kedua. hal ini karena pada tingkat tersebut efeksi atau sikap sadah terbentuk. Tahap ini sudah mencapai keadaan saling dapat mengungkapkan dan menanggapi perasaan, serta saling membuka hati.
Tahap-tahap komunikasi di atas dapat menjadi dasar untuk mengukur hubungan kita dengan orang lain atauhubungan antarpribadi. Sampai dimana tingkat komunikasimu dengan orang lain?

Orang tua perlu hati-hati menjaga si buah hati

Remaja Indonesia semakin bebas nilai. Seks pranikah jadi persoalan bisaa. Seks bebas ternyata tidak hanya didominasi oleh kalangan orang dewasa. Perilaku seksual remaja di Indonesia ternyata juga mencengangkan. Berdasarkan data beberapa tahun terahir di sejumlah kota besar, para remaja ternyataan telah terlibat aktif berperan serta menyemarakkan sisi ‘kehidupan malam’. Terutama sejak terjadinya krisis monetary 1998, sekitar 150 ribu anak Indonesia di bawah usia 18 tahun menjadi pekerja seks.
Berdasarkan data UNICEF, remaja kini berani melakukan hubungan seks di usia dini, 13-15 tahun. Penelitian di beberapa daerah menunjukkan bahwa seks pranikah belum terlampau banyak dilakukan. Misalnya di beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Lampung, angka 0,4-5%. Di daerah perkotaan Jawa Barat angkanya mencapai 1,3% dan pedesaan 1,4%, serta perkotaan di Bali mencapai 4,4%/
Namun, beberapa penelitian lain menunjukkan jumlah remaja yang melakukan seks pranikah jauh lebih fantastis. Di Yogyakarta, pada 2002 ditemukan 97% mahasiswi perhah berhubungan badan dengan pacarnya. Ini lebih parah dari 19 tahun silam yang dikabarkan 62% populasi mahasiswa-mahasiswi melakukan kumpul kebo.
Berbagai penelitian menunjukkan perilaku seksual pada remaja ini mempunyai hubungan dengan sikap remaja terhadap seksualitas. Penelitian Sahabat Remaja tentang perilaku seksual di empat kota menunjukkan 3,6% remaja di Medan, 8,5% di Yogya, 3,4% di Surabaya, serta 31,1% di Kupang telah terlibat hubungan seks secara aktif. Padahal, 20 tahun lalu hanya 1,2-9,6% setuju hubungan seks sebelum menikah. Sepuluh tahun kemudian angka itu naik menjadi di atas 10%. Lima tahun kemudian angka ini naik menjadi 17%. Bahkan ada remaja sebanyak 12,2% yang setuju free sex.

Konsumerisme
Belum lama ini Yayasan Pelita Ilmu melakukan penelitian motif remaja diJakarta melakukan hubungan seks. Ternyata, umumnya motif remaja perempuan untuk melalukan seks itu lebih didorong konsumerisme. Misalnya untuk aksesoris, butuh kehidupan yang sedikit glamor karena lingkungan. Seperti, ingin membeli telepon seluler, minyak wangi berkelas, dan sebagainya.
“Mereka umumnya adalah remaja yang keluarganya secara ekonomi termasuk kelas menengah ke bawah,” kata Sri Wahyuningsih, koordinator Program Pencegahan Yayasan Pelita Ilmu.
Dari hasil penelitian, maraknya seks bebas di kalangan remaja, menurut Wahyuningsih ternyata berkaitan erat dengan dampak krisis moneter. Krisis moneter membuktikan kalau di desa orang butuh uang, tapi di kota meski sudah punya uang namun butuh lebih banyak. Akibatnya, apa pun tindakan akan dilakukan demi uang. “Motif ini kita temui di lapangan, khususnya dari remaja perempuan. Sedangkan motif dari remaja laki-laki tertutup,” ungkapnya.
Terjadinya seks bebas di kalangan remaja, diakui Wahyuningsih, banyak faktornya. Dari temuan di lapangan, hubungan seks terjadi karena ada perubahan nilai. Mereka lebih pesimis terhadap tindakan kegiatan seperti pacaran berduaan dan perbuatan mengarah ke hubungan seksual.
Masa remaja merupakan masa pancaroba, di mana remajanya sendiri tidak mengetahui adanya perubahan. Menurut Wahyuningsih, jika pada masa pancaroba itu remaja tidak dibekali dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan pengetahuan seksual seperti menstruasi dan sebagainya, maka itu bisa berakibat buruk.
Di satu sisi, secara hormonal, remaja sudah siap atau bisa membuahi dan dibuahi, tetapi remaja itu tidak menyadari kalau dia belum matang. Dalam perjalanan dari usia 12-20 tahunan itu cukup panjang ‘gejolak’ yang dirasakan remaja. Apalagi, perkembangan informasi begitu pesat dan mudah diakses.
Dalam pengamatan psikolog Dadang Hawari, fenomena seks bebas di kalangan remaja disebabkan oleh terjadinya perubahan nilai-nilai moral akibat arus modernisasi dan globalisasi. Globalisasi menimbulkan komunikasi terbuka yang menembus batas-batas Negara. Namun, dalam arus informasi terbuka ini Negara yang kuat, langsung atau tidak langsung mempengaruhi Negara yang lebih lemah. Misalnya, dalam gaya hidup dan cara memandang kehidupan.
Konkretnya, di era komunikasi bebas ini berbagai informasi mengalir deras melalui jaringan televisi swasta, TV kabel, maupun internet yang sayangnya tanpa sensor sama sekali oleh lembaga yang berwenang. Masyarakat–baik kelompok eksekutif, remaja, maupun anak-anak–begitu gampangnya mengakses informasi tentang kehidupan Barat.
Padahal, anak-anak dan remaja itu adalah kelompok yang paling gampang terpengaruh oleh ‘rebuan’ transfer gaya hidup ala Barat ini, terutama dalam bentuk visualisasi tanpa proteksi sama sekali, baik itu oleh lembaga terkait, lingkungan maupun rumah tangga. Akhirnya, mereka terbawa arus westernisasi, seperti menganut gaya hidup seks bebas. Situasi makin rumit karena faktor ekonomi dan lemahnya pengawasan orang tua.
“Solusinya, orang tua harus memberikan proteksi yang efektif bagi anak-anak dan remaja dari gencarnya arus informasi yang diduga akan berpengaruh terhadap mereka. Antara lain melalui sensor dan law enforcement,” jelas Dadang.
Selain itu, kata dia, system pendidikan yang kini masih lebih menekankan pada pengajaran, bukan pendidikan perlu dirombak. Sebaiknya, system pendidikan menekankan pendidikan moral dan etika serta agama.
Sependapat dengan Dadang Hawari, pakar pendidikan Arief Rachman yang dihubungi secara terpisah mengatakan, siapa pun yang mengatakan dirinya insane di dunia pendidikan harus memegang teguh bingkai agama dan bingkai adat istiadat untuk menangkal masalah ini. Guru maupun murid harus bertanggung jawab penuh, jangan sampai lingkungan pendidikan dicemari oleh hal-hal yang melanggar seperti kehidupan seks bebas.
“Kebebasan siswa untuk mengekspresikan dirinya dikelilingi oleh aturan dan koridor yang jelas. Kebebasan itu harus bertanggung jawab. Kepada siapa? Tentu saja kepada Tuhan, diri sendiri, dan kelompok di mana dia tinggal,” ujar Arief.
Ia menegaskan, pendidikan harus bisa memberikan arahan agar siswa mempunyai prinsip hidup dan pegangan dalam menjalani kebebasan itu. Temasuk pegangan bagaimana cara menangkal kemaksiatan.
“Pendidikanlah yang harus mengerjakan itu. Tapi, tentu saja tidak bisa berdiri sendiri. Tantangan media massa, kehidupan artis, dan juga pola asuh rumah tangga yang dikembangkan juga memberi pengaruh yang sangat besar,” tandasnya.

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer