Pentingnya Membiasakan Diri

Sebelum melihat 'pentingnya membiasakan diri' ada baiknya kita koleksi dulu apa-apa saja kebiasaan itu dan pertimbangakan baik dan buruknya, kemudian lihat efek kelanjutannya dan bagaimana mengarahkannya kearah lebih baik lagi. Bicara kebiasaan disini adalah pentingnya memenej (mengatur) agar pola yang kita kembangkan adalah pola kedisiplinan dan keteraturan yang berkesinambungan (terus-menerus) dan mengikat prilaku.

[2 Al-Baqarah 281] Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).

Bisa vs biasa
========
- Saya bisa hidup mandiri
- Saya biasa hidup mandiri

Dari contoh diatas tentunya biasa lebih dari sekedar bisa. Lalu bagaimana dengan kebiasaan buruk? Dengan contoh diatas tinggal ditambah kata tidak dibelakang bisa dan biasa.

Ada yang lebih buruk? tentunya banyak.

- Alkoholik ; orang yang terbiasa minum-minuman keras dan akhirnya kecanduan.
- Penjudi ; orang yang biasa berspekulasi dengan mengundi keberuntungan, maka hidupnya tidak pernah menuai ketenangan karena selalu mengejar angan-agannya dan orang semacam ini biasanya mudah putus asa.
- Pecandu narkotika ; orang yang ketergantungan dengan obat-obatan karena membiasakan diri lari dari masalah pada kesenangan-kesenangan semu namun sangat merusak terutama saraf kesadaran.

Bagaimana menghindari kebiasaan buruk?
Kita punya mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan otak untuk berfikir dan mengingat, apabila ketiga komponen ini kita gunakan dengan baik untuk memperhatikan bagaimana kebiasaan buruk telah banyak memakan korban para pelakunya, tentunya dengan segala kesadaran kita mampu menghindari.

Kebiasaan buruk yang paling berbahaya adalah suatu kebiasaan yang seseorang tidak mampu mengenali keburukannya, namun lambat laun dan pasti akan membentuk pribadi yang buruk tanpa disadari. Dan kesadaran akhirnya menjadi teramat mahal karena tidak bisa dibeli dengan uang.

Apakah itu?
Lalai kepada sang Kholiq ; Alloh swt.
Orang bijak berkata 'lalai kepadaNYA lebih menakutkan daripada masuk neraka'.

Kok bisa?
Semua kebiasaan buruk pada dasarnya karena lalai kepadaNYA.

Rosululloh saw bersabda " jangan kau pandang besar dan kecilnya dosa tapi kepada siapa kau durhaka."

Alloh swt maha mengetahui apa yang dibisikan hati, Maha Melihat apa yang kita perbuat, Maha Mendengar apa yang kita ucapkan, akankan kita mampu membela diri dihadapanNYA sedangkan kita sendiri menyaksikan keingkaran diri kita.

Sebagai contoh kegelisahaan tatkala meninggalkan sholat seringkali kita abaikan maka akhirnya terbiasa dan perasaan itu hilang dan biasa-biasa saja, namun tatkala gundang gulana dan tak menemukan tambatan kadang segera menyadari namun adapula yang salah alamat dengan semakin jauh diperbudak hawa nafsunya.

Patutlah kita pertanyakan apa itu dosa?
Untuk merenungkannya abaikan dulu sorga dan neraka, namun perhatikanlah efeknya.

Ada ungkapan bijak :
"Tiada dosa kecuali diikuti dosa berikutnya"

Sebagai contoh dengan berbohong, tentu apa yang dikatakan tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya apabila jejak kebenaran nampak maka yang ada berdalih/beralibi dengan kebohongan berikutnya.

Bagaimana dengan perbuatan? Dosa biasanya diliputi dengan kesenangan maka tidak heran akan menuntut pemenuhan akan kesenangan itu secara berulang dan terus menerus (addict/nyandu).

[2 Al-Baqarah 80-81] Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?". (Bukan demikian), yang benar, barang siapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Tulisan ini mungkin tidak mewakili apapun untuk mengilustrasikan betapa banyak kebiasaan kita ataupun kebanyakan orang, namun dengan kecerdasan masing-masing, cobalah renungkan baik-baik untuk menghimpun persoalan seputar kebiasaan ini.

Biasanya muncul ungkapan, "Ach kamu nih kebiasaan !", "Ach itu-mah biasa".

Kebiasaan ini yang menjadi watak/karakter/budaya, yang akan menuntut seseorang pada yang ditujunya. Awasilah langkahmu agar tidak tersesat dalam perjalanan hidup ini, perhatikanlah suara hatimu terutama kegelisahan yang senantiasa memanggilmu.

Untuk mencegah kebiasaan buruk Islam mengajari kita untuk mendirikan dan memelihara shalat. Dan dalam surah Al-Quraisy telah dikhususkan bagaimana melihat kebiasaan dalam sekala yang lebih besar yaitu suatu bangsa dan diserahkan kepada kehendak untuk memenuhi panggilanNYA.

Pentingnya shalat dan korelasinya dengan mengingat agar terkikis kelalaian kepadaNYA dengan membiasakan diri pada waktu yang telah ditentukan, bukan saja mengajari kedisiplinan saja namun banyak nilai-nilai yang harus kita gali agar lebih menyadari betapa Islam telah memberikan jalan keluarnya.

[4 An-Nissa 103] Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

[11 H U U D 114] Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

Hadis riwayat Abu Hurairah, ia berkata:
Dari Nabi, beliau bersabda: Allah berfirman: Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak terbesit dalam hati manusia. Bukti kebenaran itu terdapat dalam Alquran: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Shahih Muslim No.5050)

[2 Al-Baqarah 219] Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan/kebutuhan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.

Untuk langkah awal pahamilah mana kebutuhan dan mana keinginan dan lebih mendasar lagi yaitu kebutuhan sesungguhnya, yang mana kebutuhan tersebut akan memperkokoh pendirian kita sekaligus penyemangat/motivator yang tiada habis (mati). Islam menuntun kita kepada kesadaran yang tinggi bukan dogma buta apalagi racun.

[56 A L - W A Q I ' A H 19] mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer