Bentuk Muka Bumi di Lautan
Pernahkah Anda menyelam sampai ke dasar laut? Jika pernah, tentunya Anda bisa berceritera bahwa seperti halnya di daratan, bentuk muka bumi di lautan juga tidak rata. Relief dasar laut tidak begitu besar variasinya dibandingkan dengan relief daratan. Hal ini disebabkan karena lemahnya erosi dan sedimentasi. Relief dasar laut terdiri dari bentukan-bentukan berupa:
1. Palung laut atau trog adalah daerah ingressi di laut yang bentuknya memanjang. Contohnya, Palung Mindanau (10.830 meter), Palung Sunda (7.450 meter), dan sebagainya.
2. Lubuk laut atau “basin” terjadi akibat tenaga tektonik, merupakan laut ingressi dan bentuknya bulat. Contohnya, Lubuk Sulu, Lubuk Sulawesi, Lubuk Banda, dan sebagainya.
3. Gunung laut adalah gunung yang kakinya ada di dasar laut. Kadang-kadang puncak gunung laut muncul tinggi di atas laut. Contohnya, Gunung Krakatau, Maona Loa di Hawaii.
4. Punggung laut merupakan satuan atau deretan bukit di dalam laut. Contohnya, punggung laut Sibolga.
Ambang laut atau drempel adalah punggung laut yang memisahkan dua bagian laut atau dua laut yang dalam. Contohnya, Ambang Laut Sulu, Ambang Laut Sulawesi, Ambang Laut Gibraltar, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar 5. Relief dasar laut.
Secara umum dasar laut terdiri atas empat bagian. Pembagian ini dimulai dari bagian daratan menuju ke tengah laut, adalah sebagai berikut:
1. Landasan Benua (Continental Shelf)
Continental shelf (landasan benua) adalah dasar laut yang berbatasan dengan benua. Di dasar laut ini sering ditemukan juga lembah yang menyerupai sungai. Lembah beberapa sungai yang terdapat di Continental Shelf ini merupakan bukti bahwa dulunya continental shelf meupakan bagian daratan yang kemudian tenggelam.
2. Lereng Benua (Continental Slope)
Continental slope (lereng benua) biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah continental slope bisa mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
3. Deep Sea Plain
Deep sea plain meliputi dua pertiga seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman lebih dari 1.500 m, biasanya relief di daerah ini bervariasi, mulai dari yang rata sampai pada puncak vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai pulau yang terisolasi.
4. The Deeps
The deeps merupakan kebalikan dari deep sea plain. Hanya sebagian kecil dasar lautan sebagai the deeps. The deeps permukaan laut adalah dasar laut dengan ciri adanya palung laut (trog) dan mencapai kedalaman yang besar, misalnya di Samudera Pasifik mencapai kedalaman 75.000 m.
Bagaimana, sudah paham? Jika masih belum, pelajari kembali terutama bagian yang dianggap sulit. Jangan lupa buat rangkuman isi materi. Kalau sudah paham, kita lanjutkan pada gejala-gejala vulkanisme.
C. Morfologi Dasar Laut
Seperti halnya bentuk muka bumi di daratan yang beraneka ragam, bentuk muka bumi di lautan juga beragam. Bedanya bentuk muka bumi di lautan tidak seruncing dan sekasar relatif di daratan. Keadaan ini akibat dari erosi dan pengupasan olah arus laut.
Bentuk-bentuk muka bumi di lautan adalah sebagai berikut :
1. Landas kontinen (continental shelf), yaitu wilayah laut yang dangkal di sepanjang pantai dengan kedalaman kurang dari 200 meter, dengan kemiringan kira-kira 8,4 %.
Landas kontinen merupakan, dasar laut dangkal di sepanjang pantai dan menjadi bagian dari daratan. Contohnya Landas Kontinental Benua Eropa Barat sepanjang 250 km ke arah barat. Dangkalan sahul yang merupakan bagian dari benua Australia dan Pulau Irian, landas kontinen dari Siberia ke arah laut Artetik sejauh 100 km, dan Dangkalan Sunda yang merupakan bagian dari Benua Asia yang terletak antara Pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra.
2. Lereng benua (continental slope), merupakan kelanjutan dari continental shelf dengan kemiringan antara 4 % sampai 6 %. Kedalaman lereng benua lebih dari 200 meter.
3. Dasar Samudra (ocean floor), meliputi:
a. Deep Sea Plain, yaitu dataran dasar laut dalam dengan kedalaman lebih dari 1000 meter.
b. The Deep, yaitu dasar laut yang terdalam yang berbentuk palung laut (trog).
Pada ocean floor terdapat relief bentukan antara lain:
1. Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya di dasar laut sedangkan badan puncaknya muncul ke atas permukaan laut dan merupakan sebuah pulau.
Contoh: gunung Krakatau.
2. Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan berpuncak runcing serta kemungkinan mempunya tinggi sampai 1 km atau lebih tetapi tidak sampai kepermukaan laut.
Contoh: St. Helena, Azores da Ascension di laut Atlantik.
3. Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount tetapi bagian puncaknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik.
4. Punggung laut (ridge), yaitu punggung pegunungan yang ada di dasar laut.
Contoh: punggung laut Sibolga.
5. Ambang laut (drempel), yaitu pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua laut dalam.
Contoh: ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.
6. Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi karena ingresi.
Contoh: lubuk laut sulu, lubuk laut sulawesi.
7. Palung laut (trog), yaitu lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut terjadi karena ingresi.
Contoh: Palung Sunda, Palung Mindanao, Palung Mariana.
Agar Anda lebih jelas bentuk-bentuk morfologi, lihat gambar berikut.
Gambar 5. Relief dasar laut
________________________________________
Kerak bumi merupakan lempeng tektonik sehingga pergerakan relatifnya menyebabkan terbentuknya ciri-ciri khusus dasar laut. Berikut ini merupakan pembagian bentuk-bentuk dasar laut berdasarkan defenisi dari Nontji (1993).
• Paparan (shelf) yang dangkal
• Depresi dalam berbagai bentuk (basin, palung)
• Berbagai bentuk elevasi berupa punggung (rise, ridge)
• Gunung bawah laut (sea mount)
• Terumbu karang dan sebagainya.
Menurut Ilahude (1997), dilihat dari ari segi skala atau besarnya bentuk – bentuk dasar laut, dasar laut dibedakan ke dalam 3 golongan besar yaitu:
1. Relief Besar (macro relief)
• Secara vertikal ukurannya bisa sampai ribuan meter.
• Secara horizontal ukurannya bisa mencapai ratusan atau ribuan kilometer.
2. Relief Pertengahan (intermediate relief)
• Secara vertikal berukuran ratusan meter.
• Secara horizontal berukuran puluhan kilometer.
• Bisa merupakan bagian integral dari satu relief besar.
3. Relief Kecil (micro relief)
• Hanya berukuran beberapa cm sampai beberapa meter.
• Umumnya hanya bisa diungkapkan dengan teknik fotografi bawah air.
Gambar 1. Bentuk Dasar Laut (Stewart, 2006)
Sedangkan menurut Hutabarat (1985) bentuk-bentuk dasar laut terdiri dari :
• Ridge dan Rise
Ini adalah suatu bentuk proses peninggian yang terdapat di atas laut ( sea floor) yang hampir serupa dengan adanya gunung-gunung di daratan
• Trench
Bagian laut yang terdalam dengan bentuk seperti saluran seolah-olah terpisah sangat dalam yang terdapat di perbatasan antara benua.
• Abyssal Plain
Daerah yang relatif tebagi rata dari permukaan bumi yang terdapat dibagian sisi yang mengarah ke daratan.
• Continetal Island
Beberapa pulau yang menurut sifat geologisnya bagian dari massa tanah daratan benua besar yang kemudian terpisah
• Island Arc (kumpulan pulau-pulau)
Kumpulan pulau-pulau seperti indonesia yang mempunyai perbatasan dengan benua
• Mid-Oceanic Volcanic Island
Pulau-pulau vulkanik yang terdapat di tengah-tengah lautan. Terdiri dari pulau-pulau kecil, khususnya terdapat di Lautan pasifik
• Atol-atol
Daerah yang terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang sebagian besar tenggelam di bawah permukaan laut dan berbentuk cincin.
• Seamout dan guyot
Gunung-gunung berapi yang mucul dari dasar lantai lautan tetapi tidak mencapai permukaan laut.
Daftar Pustaka
Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans. 2000 . Pengantar Oseanografi.
Ilahude, A.G.1999. Pengantar Ke Oseanografi Fisika. Pusat dan Pengembangan
Nontji, A . 1993 . Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Stewart, R.H. 2006. Introduction to Physical Oceanography. Department of Oceanography Texas A&M University.
(http://www.wisegeek.com/what-is-an-echo-sounder.htm)
A scientific echosounder is a device which uses SONAR technology for the measurement of underwater physical and biological components—this device is also known as scientific SONAR. Applications include bathymetry, substrate classification, studies of acquatic vegetation, fish, and plankton, and differentation of water masses. Currently, the only three manufacturers of scientific-quality digital echsounders commonly used for resource assessment are Simrad, 'BioSonics' , and HTI (Hydroacoustic Technology, Inc.).
An echo sounder or fathometer is a scientific device which is used to determine the depth of the ocean floor. Many boats have an echo sounder aboard for a variety of reasons, and these devices are also extremely useful for scientific studies and sea floor mapping. While the basic technology behind the device is fairly simple, many modern machines are quite complex and extremely accurate, and the design is periodically refined for even better performance.
Echo sounders rely on the same principles that radar and ultrasound utilize. The device works by emitting a pulse of sound and listening for the return of the pulse. Since the speed of sound in water is a known constant, the device can calculate the ocean's depth by halving the time it takes for the pulse to return, and plugging in the known speed of sound to find out how far the sound had to travel to reach the ocean floor. Sophisticated echo sounders may also have instrument pods which detect salinity, temperature, and the flow of current, all factors which can interfere with the pulse of sound and cause a variation in the depth reading.
The earliest echo sounders were designed in the 1910s, as increased shipping across the Atlantic led researchers to want more safety devices to make navigation less perilous. The original design was actually intended to help ships spot icebergs, which it wasn't terribly good at, but the design proved to be excellent for determining the depth of the ocean floor, and sailors quickly realized the potential applications of the echo sounder.
At its most basic, an echo sounder is a safety device which can alert a ship to dangerous changes in the level of the ocean floor. It may be set up to trigger an alarm if a shallow area is reached, so that people on board the ship can take evasive action to avoid running aground. Even in the most perfectly charted area, anomalies in the sea floor can occur, and an echo sounder can prevent costly and embarrassing mistakes.
Echo sounders can also be used to map the sea floor, or to look for specific items of interest such as underwater volcanoes or shipwrecks. These devices are used in the fishing industry to seek out and track shoals of fish so that fishermen know exactly where to drop their nets, and they are utilized in surveying to monitor changes in the ocean floor.
Modern echo sounders often feature an array of transducers to send and transmit sound, so that a wide swath of the ocean floor can be documented. Many return displays in color, so that the ocean's depths can be easily visualized, and some convert data into three-dimensional maps and charts on a computer.
Echo sounder merupakan salah satu alat yang umum digunakan para pelaut untuk mengetahui kondisi dasar laut (kedalaman dan kontur). Peralatan ini menggunakan prinsip kerja sonar.
Sonar (Singkatan dari bahasa Inggris: sound navigation and ranging), merupakan istilah Amerika yang pertama kali digunakan semasa Perang Dunia, yang berarti penjarakan dan navigasi suara, adalah sebuah teknik yang menggunakan penjalaran suara dalam air untuk navigasi atau mendeteksi kendaraan air lainnya. Sementara itu, Inggris punya sebutan lain untuk sonar, yakni ASDIC (Anti-Submarine Detection Investigation Committee).
Sonar merupakan sistem yang menggunakan gelombang suara bawah air yang dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi dan menetapkan lokasi obyek di bawah laut atau untuk mengukur jarak bawah laut. Sejauh ini sonar telah luas digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan ranjau, mendeteksi kedalaman, penangkapan ikan komersial, keselamatan penyelaman, dan komunikasi di laut.
Cara kerja perlengkapan sonar adalah dengan mengirim gelombang suara bawah permukaan dan kemudian menunggu untuk gelombang pantulan (echo). Data suara dipancar ulang ke operator melalui pengeras suara atau ditayangkan pada monitor.
1. Palung laut atau trog adalah daerah ingressi di laut yang bentuknya memanjang. Contohnya, Palung Mindanau (10.830 meter), Palung Sunda (7.450 meter), dan sebagainya.
2. Lubuk laut atau “basin” terjadi akibat tenaga tektonik, merupakan laut ingressi dan bentuknya bulat. Contohnya, Lubuk Sulu, Lubuk Sulawesi, Lubuk Banda, dan sebagainya.
3. Gunung laut adalah gunung yang kakinya ada di dasar laut. Kadang-kadang puncak gunung laut muncul tinggi di atas laut. Contohnya, Gunung Krakatau, Maona Loa di Hawaii.
4. Punggung laut merupakan satuan atau deretan bukit di dalam laut. Contohnya, punggung laut Sibolga.
Ambang laut atau drempel adalah punggung laut yang memisahkan dua bagian laut atau dua laut yang dalam. Contohnya, Ambang Laut Sulu, Ambang Laut Sulawesi, Ambang Laut Gibraltar, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar 5. Relief dasar laut.
Secara umum dasar laut terdiri atas empat bagian. Pembagian ini dimulai dari bagian daratan menuju ke tengah laut, adalah sebagai berikut:
1. Landasan Benua (Continental Shelf)
Continental shelf (landasan benua) adalah dasar laut yang berbatasan dengan benua. Di dasar laut ini sering ditemukan juga lembah yang menyerupai sungai. Lembah beberapa sungai yang terdapat di Continental Shelf ini merupakan bukti bahwa dulunya continental shelf meupakan bagian daratan yang kemudian tenggelam.
2. Lereng Benua (Continental Slope)
Continental slope (lereng benua) biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah continental slope bisa mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
3. Deep Sea Plain
Deep sea plain meliputi dua pertiga seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman lebih dari 1.500 m, biasanya relief di daerah ini bervariasi, mulai dari yang rata sampai pada puncak vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai pulau yang terisolasi.
4. The Deeps
The deeps merupakan kebalikan dari deep sea plain. Hanya sebagian kecil dasar lautan sebagai the deeps. The deeps permukaan laut adalah dasar laut dengan ciri adanya palung laut (trog) dan mencapai kedalaman yang besar, misalnya di Samudera Pasifik mencapai kedalaman 75.000 m.
Bagaimana, sudah paham? Jika masih belum, pelajari kembali terutama bagian yang dianggap sulit. Jangan lupa buat rangkuman isi materi. Kalau sudah paham, kita lanjutkan pada gejala-gejala vulkanisme.
C. Morfologi Dasar Laut
Seperti halnya bentuk muka bumi di daratan yang beraneka ragam, bentuk muka bumi di lautan juga beragam. Bedanya bentuk muka bumi di lautan tidak seruncing dan sekasar relatif di daratan. Keadaan ini akibat dari erosi dan pengupasan olah arus laut.
Bentuk-bentuk muka bumi di lautan adalah sebagai berikut :
1. Landas kontinen (continental shelf), yaitu wilayah laut yang dangkal di sepanjang pantai dengan kedalaman kurang dari 200 meter, dengan kemiringan kira-kira 8,4 %.
Landas kontinen merupakan, dasar laut dangkal di sepanjang pantai dan menjadi bagian dari daratan. Contohnya Landas Kontinental Benua Eropa Barat sepanjang 250 km ke arah barat. Dangkalan sahul yang merupakan bagian dari benua Australia dan Pulau Irian, landas kontinen dari Siberia ke arah laut Artetik sejauh 100 km, dan Dangkalan Sunda yang merupakan bagian dari Benua Asia yang terletak antara Pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra.
2. Lereng benua (continental slope), merupakan kelanjutan dari continental shelf dengan kemiringan antara 4 % sampai 6 %. Kedalaman lereng benua lebih dari 200 meter.
3. Dasar Samudra (ocean floor), meliputi:
a. Deep Sea Plain, yaitu dataran dasar laut dalam dengan kedalaman lebih dari 1000 meter.
b. The Deep, yaitu dasar laut yang terdalam yang berbentuk palung laut (trog).
Pada ocean floor terdapat relief bentukan antara lain:
1. Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya di dasar laut sedangkan badan puncaknya muncul ke atas permukaan laut dan merupakan sebuah pulau.
Contoh: gunung Krakatau.
2. Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan berpuncak runcing serta kemungkinan mempunya tinggi sampai 1 km atau lebih tetapi tidak sampai kepermukaan laut.
Contoh: St. Helena, Azores da Ascension di laut Atlantik.
3. Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount tetapi bagian puncaknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik.
4. Punggung laut (ridge), yaitu punggung pegunungan yang ada di dasar laut.
Contoh: punggung laut Sibolga.
5. Ambang laut (drempel), yaitu pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua laut dalam.
Contoh: ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.
6. Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi karena ingresi.
Contoh: lubuk laut sulu, lubuk laut sulawesi.
7. Palung laut (trog), yaitu lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut terjadi karena ingresi.
Contoh: Palung Sunda, Palung Mindanao, Palung Mariana.
Agar Anda lebih jelas bentuk-bentuk morfologi, lihat gambar berikut.
Gambar 5. Relief dasar laut
________________________________________
Kerak bumi merupakan lempeng tektonik sehingga pergerakan relatifnya menyebabkan terbentuknya ciri-ciri khusus dasar laut. Berikut ini merupakan pembagian bentuk-bentuk dasar laut berdasarkan defenisi dari Nontji (1993).
• Paparan (shelf) yang dangkal
• Depresi dalam berbagai bentuk (basin, palung)
• Berbagai bentuk elevasi berupa punggung (rise, ridge)
• Gunung bawah laut (sea mount)
• Terumbu karang dan sebagainya.
Menurut Ilahude (1997), dilihat dari ari segi skala atau besarnya bentuk – bentuk dasar laut, dasar laut dibedakan ke dalam 3 golongan besar yaitu:
1. Relief Besar (macro relief)
• Secara vertikal ukurannya bisa sampai ribuan meter.
• Secara horizontal ukurannya bisa mencapai ratusan atau ribuan kilometer.
2. Relief Pertengahan (intermediate relief)
• Secara vertikal berukuran ratusan meter.
• Secara horizontal berukuran puluhan kilometer.
• Bisa merupakan bagian integral dari satu relief besar.
3. Relief Kecil (micro relief)
• Hanya berukuran beberapa cm sampai beberapa meter.
• Umumnya hanya bisa diungkapkan dengan teknik fotografi bawah air.
Gambar 1. Bentuk Dasar Laut (Stewart, 2006)
Sedangkan menurut Hutabarat (1985) bentuk-bentuk dasar laut terdiri dari :
• Ridge dan Rise
Ini adalah suatu bentuk proses peninggian yang terdapat di atas laut ( sea floor) yang hampir serupa dengan adanya gunung-gunung di daratan
• Trench
Bagian laut yang terdalam dengan bentuk seperti saluran seolah-olah terpisah sangat dalam yang terdapat di perbatasan antara benua.
• Abyssal Plain
Daerah yang relatif tebagi rata dari permukaan bumi yang terdapat dibagian sisi yang mengarah ke daratan.
• Continetal Island
Beberapa pulau yang menurut sifat geologisnya bagian dari massa tanah daratan benua besar yang kemudian terpisah
• Island Arc (kumpulan pulau-pulau)
Kumpulan pulau-pulau seperti indonesia yang mempunyai perbatasan dengan benua
• Mid-Oceanic Volcanic Island
Pulau-pulau vulkanik yang terdapat di tengah-tengah lautan. Terdiri dari pulau-pulau kecil, khususnya terdapat di Lautan pasifik
• Atol-atol
Daerah yang terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang sebagian besar tenggelam di bawah permukaan laut dan berbentuk cincin.
• Seamout dan guyot
Gunung-gunung berapi yang mucul dari dasar lantai lautan tetapi tidak mencapai permukaan laut.
Daftar Pustaka
Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans. 2000 . Pengantar Oseanografi.
Ilahude, A.G.1999. Pengantar Ke Oseanografi Fisika. Pusat dan Pengembangan
Nontji, A . 1993 . Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Stewart, R.H. 2006. Introduction to Physical Oceanography. Department of Oceanography Texas A&M University.
(http://www.wisegeek.com/what-is-an-echo-sounder.htm)
A scientific echosounder is a device which uses SONAR technology for the measurement of underwater physical and biological components—this device is also known as scientific SONAR. Applications include bathymetry, substrate classification, studies of acquatic vegetation, fish, and plankton, and differentation of water masses. Currently, the only three manufacturers of scientific-quality digital echsounders commonly used for resource assessment are Simrad, 'BioSonics' , and HTI (Hydroacoustic Technology, Inc.).
An echo sounder or fathometer is a scientific device which is used to determine the depth of the ocean floor. Many boats have an echo sounder aboard for a variety of reasons, and these devices are also extremely useful for scientific studies and sea floor mapping. While the basic technology behind the device is fairly simple, many modern machines are quite complex and extremely accurate, and the design is periodically refined for even better performance.
Echo sounders rely on the same principles that radar and ultrasound utilize. The device works by emitting a pulse of sound and listening for the return of the pulse. Since the speed of sound in water is a known constant, the device can calculate the ocean's depth by halving the time it takes for the pulse to return, and plugging in the known speed of sound to find out how far the sound had to travel to reach the ocean floor. Sophisticated echo sounders may also have instrument pods which detect salinity, temperature, and the flow of current, all factors which can interfere with the pulse of sound and cause a variation in the depth reading.
The earliest echo sounders were designed in the 1910s, as increased shipping across the Atlantic led researchers to want more safety devices to make navigation less perilous. The original design was actually intended to help ships spot icebergs, which it wasn't terribly good at, but the design proved to be excellent for determining the depth of the ocean floor, and sailors quickly realized the potential applications of the echo sounder.
At its most basic, an echo sounder is a safety device which can alert a ship to dangerous changes in the level of the ocean floor. It may be set up to trigger an alarm if a shallow area is reached, so that people on board the ship can take evasive action to avoid running aground. Even in the most perfectly charted area, anomalies in the sea floor can occur, and an echo sounder can prevent costly and embarrassing mistakes.
Echo sounders can also be used to map the sea floor, or to look for specific items of interest such as underwater volcanoes or shipwrecks. These devices are used in the fishing industry to seek out and track shoals of fish so that fishermen know exactly where to drop their nets, and they are utilized in surveying to monitor changes in the ocean floor.
Modern echo sounders often feature an array of transducers to send and transmit sound, so that a wide swath of the ocean floor can be documented. Many return displays in color, so that the ocean's depths can be easily visualized, and some convert data into three-dimensional maps and charts on a computer.
Echo sounder merupakan salah satu alat yang umum digunakan para pelaut untuk mengetahui kondisi dasar laut (kedalaman dan kontur). Peralatan ini menggunakan prinsip kerja sonar.
Sonar (Singkatan dari bahasa Inggris: sound navigation and ranging), merupakan istilah Amerika yang pertama kali digunakan semasa Perang Dunia, yang berarti penjarakan dan navigasi suara, adalah sebuah teknik yang menggunakan penjalaran suara dalam air untuk navigasi atau mendeteksi kendaraan air lainnya. Sementara itu, Inggris punya sebutan lain untuk sonar, yakni ASDIC (Anti-Submarine Detection Investigation Committee).
Sonar merupakan sistem yang menggunakan gelombang suara bawah air yang dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi dan menetapkan lokasi obyek di bawah laut atau untuk mengukur jarak bawah laut. Sejauh ini sonar telah luas digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan ranjau, mendeteksi kedalaman, penangkapan ikan komersial, keselamatan penyelaman, dan komunikasi di laut.
Cara kerja perlengkapan sonar adalah dengan mengirim gelombang suara bawah permukaan dan kemudian menunggu untuk gelombang pantulan (echo). Data suara dipancar ulang ke operator melalui pengeras suara atau ditayangkan pada monitor.
Komentar