SOLUSI


Terdapat beberapa alternatif“ KES EM PATAN” yang anak jalanan perlukan :
Pendampingan. Karena perlakuan keluarga maupun lingkungan menyebabkan anak
jalanan terkadang merasa bahwa mereka adalah anak yang tersingkirkan dan tidak
dikasihi, olehnya kita dapat memulihkan percaya diri mereka. “Uang” kita dapat
dialihkan dengan waktu yang kita berikan untuk mendampingi mereka. Dengan sikap
“Penerimaan kita” tersebut dapat mengatasi “luka masa lalu” mereka.
Bantuan Pendidikan. Kita dapat membantu mereka dalam pendampingan bimbingan
belajar, memberikan kesempatan mereka untuk sekolah lagi dengan Beasiswa,
Bimbingan Uper (Ujian Persamaan) untuk anak yang telah melewati batas usia sekolah.
“Uang” kita dapat kita konversi menjadi “Beasiswa” (memang pemerintah telah
membebaskan uang SPP untuk sekolah negeri, Namun hal tersebut digantikan dengan
pungutan lainnya bahkan lebih mahal dari pada uang SPP yang telah dihapuskan dengan
mengatas namakan “uang buku”, “uang kegiatan” dan lain-lainnya.
Bantuan Kesehatan. Dengan latar belakang pendidikan yang rendah serta lingkungan
yang tidak sehat mengakibatkan mereka rentan dengan sakit penyakit. Pada kondisi
sekarang mereka bukanlah tidak memiliki uang untuk berobat namun kesadaran akan
mahalnya kesehatan sangat rendah dalam lingkungan mereka. Uang kita dapat kita rubah
menjadi penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan untuk awareness, subsidi obat-
obatan serta subsidi perawatan kesehatan.
Penyediaan Lapangan Pekerjaan. Sebagai contoh yang baik, Carrefour melakukan
terobosan yang sangat bagus dengan menerima 4 anak jalanan yang cukup umur untuk
bekerja di perusahaannya. Langkah ini merupakan salah satu obat mujarab terhadap
penyakit masyarakat yang menjangkit bahkan telah mulai membusuk dalam bangsa ini.
Bayangkan jika terdapat “Carrefour” yang lainnya dapat membuka kesempatan tersebut,
mungkin jalanan akan sepi dengan anak anak jalanan karena orang tua mereka telah
mulai bekerja. Profile keluarga dikembalikan seperti semula, orang tua menjadi penopang
keluarga
Bantuan Pangan. Dengan tingginya harga sembako membuat rakyat marginal tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan “Uang” dapat kita konversi
dengan bantuan pangan dengan mengadakan Bazaar sembako murah, kembali kita tidak
boleh memberikan kepada mereka secara gratis.



SOLUSI
Terdapat beberapa alternatif“ KES EM PATAN” yang anak jalanan perlukan :
Pendampingan. Karena perlakuan keluarga maupun lingkungan menyebabkan anak
jalanan terkadang merasa bahwa mereka adalah anak yang tersingkirkan dan tidak
dikasihi, olehnya kita dapat memulihkan percaya diri mereka. “Uang” kita dapat
dialihkan dengan waktu yang kita berikan untuk mendampingi mereka. Dengan sikap
“Penerimaan kita” tersebut dapat mengatasi “luka masa lalu” mereka.
Bantuan Pendidikan. Kita dapat membantu mereka dalam pendampingan bimbingan
belajar, memberikan kesempatan mereka untuk sekolah lagi dengan Beasiswa,
Bimbingan Uper (Ujian Persamaan) untuk anak yang telah melewati batas usia sekolah.
“Uang” kita dapat kita konversi menjadi “Beasiswa” (memang pemerintah telah
membebaskan uang SPP untuk sekolah negeri, Namun hal tersebut digantikan dengan
pungutan lainnya bahkan lebih mahal dari pada uang SPP yang telah dihapuskan dengan
mengatas namakan “uang buku”, “uang kegiatan” dan lain-lainnya.
Bantuan Kesehatan. Dengan latar belakang pendidikan yang rendah serta lingkungan
yang tidak sehat mengakibatkan mereka rentan dengan sakit penyakit. Pada kondisi
sekarang mereka bukanlah tidak memiliki uang untuk berobat namun kesadaran akan
mahalnya kesehatan sangat rendah dalam lingkungan mereka. Uang kita dapat kita rubah
menjadi penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan untuk awareness, subsidi obat-
obatan serta subsidi perawatan kesehatan.
Penyediaan Lapangan Pekerjaan. Sebagai contoh yang baik, Carrefour melakukan
terobosan yang sangat bagus dengan menerima 4 anak jalanan yang cukup umur untuk
bekerja di perusahaannya. Langkah ini merupakan salah satu obat mujarab terhadap
penyakit masyarakat yang menjangkit bahkan telah mulai membusuk dalam bangsa ini.
Bayangkan jika terdapat “Carrefour” yang lainnya dapat membuka kesempatan tersebut,
mungkin jalanan akan sepi dengan anak anak jalanan karena orang tua mereka telah
mulai bekerja. Profile keluarga dikembalikan seperti semula, orang tua menjadi penopang
keluarga
Bantuan Pangan. Dengan tingginya harga sembako membuat rakyat marginal tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan “Uang” dapat kita konversi
dengan bantuan pangan dengan mengadakan Bazaar sembako murah, kembali kita tidak
boleh memberikan kepada mereka secara gratis.
KESIMPULAN
-
Terlihat bahwa kehidupan kelurga sedang mengalami masa transisi dari
kehidupan keluarga besar menjadi keluarga inti, dari budaya tradisional pedesaan
menjadi budaya modern perkotaan. Karena itu, kehidupan mereka ini sangat
rentan terhadap setiap kondisi, perubahan dan pengaruh lingkungan yang terjadi.
Selain itu, pendapat mereka kurang dapat menopang secara keseluruhan
kebutuhan keluarga.
Tentu faktor ini juga menjadi faktor penyebab percepatan
perubahan dalam kehidupan keluarga tersebut.
Mungkin suatu saat mereka akan
melakukan apa saja untuk menghidupi keluarga karena tuntutan kebutuhan dan
perubahan yang terjadi.
-
Dalam pola asuh keluarga terhadap anak, pihak orang tua atau keluarga mulai memberikan kebebasan yang lebih besar kepada anak. Jelas hal ini akan memberikan akses interaksi sosial yang semakin luas terhadap anak untuk bergaul dengan teman-temannya. Sesungguhnya akses ini akan memberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan kreativitas, kemandirian dan wawasan anak, bilamana dapat diimbangi dengan kontrol keluarga yang baik. Namun, sebaliknya bila keluarga tidak dapat mengontrolnya, tidak mustahil akan terjadi perilaku- perilaku yang a-sosial terhadap anak. Karena itu, perlu dilakukan pemberdayaan- pemberdayaan terhadap keluarga.
-
Lama waktu yang dihabiskan anak berada di tempat-tempat hiburan tersebut sebagian besar antara 1-3 jam; digunakan untuk berkunjung ke tempat-tempat tersebut adalah pada malam hari antara 19.00 – 21.00; dan sebagian lagi pada siang hari antara 13.00 – 17.00 WIB, sisanya tidak tentu, mungkin pada siang hari, sore hari, malam hari, atau larut malam. Waktu-waktu ini sesungguhnya merupakan waktu yang sangat rawan bagi kehidupan anak. Namun ini dapat terjadi karena fungsi keluarga dan lingkungan sosial tidak dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
-
Terlihat adanya kesamaan persepsi antara orang tua dengan anak dalam melihat beberapa variabel sikap dan perilaku sebagai perilaku nakal, seperti ; membolos sekolah, melawan guru, mejeng di pertokoan, bergadang di jalanan, pulang larut malam, tidak pulang ke rumah, berkelahi tawuran, minuman keras, narkotika, seks bebas, mencuri, memeras, membajak atau merampok. Namun, beberapa variabel sikap dan perilaku tidak dilihat sebagai perilaku nakal baik oleh anak maupun orang tua itu sendiri, seperti : berbohong, merokok, terlambat sekolah, dan tidak mau belajar. Pemandangan seperti ini akan menjadi titik masuk yang memberikan peluang ke pada anak untuk menjadi nakal.
-
Menurut para remaja ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan anak, seperti: pengaruh media massa khususnya TV dan film, faktor teman sebaya dan masyarakat sekitar, kurangnya perhatian orang tua dan tidak adanya kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan anak di rumah.
-
Beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam mencegah kenakalan remaja, yaitu anak harus dilatih tertib dan disiplin, kerukunan dan kehangatan dalam keluarga harus tetap dibina, anak harus dianjurkan untuk tetap melakukan kewajiban-kewajiban ibadah, orang tua harus dapat menjadi tauladan bagi anak, orang tua harus lebih memperhatikan kehidupan anak dan anak harus diberikan kegiatan-kegiatan positif dalam keluarga yang dapat mencegah anak berbuat nakal.
-
Program-pogram yang ditawarkan kepada masyarakat khususnya dari pihak pemerintah dalam rangka mencegah sikap dan perilaku tindak tuna sosial belum sepenuhnya dapat menjawab permasalahan keluarga yang sesungguhnya. Program yang ditawarkan belum mampu merubah aspek kognitif, efektif dan psikomotorik dari masyarakat tersebut, program yang ditawarkan lebih banyak menekankan pada aspek bantuan fisik. Sedangkan program dari pihak LSM atau organisasi sosial dapat dikatakan lebih masuk pada aspek kognitif, efektif dan psikomotorik kemudian diikuti oleh bantuan oleh bantuan fisik. Namun, frekuensinya masih terbatas karena dana terbatas.

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer