Ilmu~1~

oleh Muhamad Thoriq pada 07 September 2010 jam 17:50

Nur ma'rifat itu bagian dari cahaya wara', dan yang memiliki cahaya wara' itu adalah Nubuwwah, yaitu orang-orang yang mempunyai sifat kenabian. Sudah diteranglan oleh imam Ghazali, bahwa semua ayat-ayat dan hadits-hadits itu bukan hanya berlaku pada pentakwilan atau sekedar pembahasan atau cerita, atau sekedar keterangan karena dua perbedaan, yaitu ilmu dhahir dan ilmu bathin.

Maka banyak mengatakan khususnya orang-orang yang belum memahami ilmu, bahwa hakikat itu kebanyakan menyalahi syari'at. Maka kebanyakan disebut kekufuran, karena hakekat itu berbicara soal bathin sedangkan syari'at itu berbicara tentang dhahir. Jadi dipisahkan antara ilmu dhahir dan ilmu bathin.

Yang dimaksudkan ilmu dhahir adalah pengetahuan umum/ilmu mu'amalah, tentu akan berbeda dengan ilmu agama. Tapi yang jelas, yang dimaksudkan dhahir dan bathin adalah mengetahui ilmu fiqih yang sebenar-benarnya, yaitu mengetahui tentang adanya syari'at yang sirr (rahasia). Sesungguhnya aqidah-aqidah yang kami sebutkan itu adalah dari perbuatan amal hati. Dan hati itulah pusat dari segala/seluruh jiwa raga kita. Karena didalam kitab ini disebutkan bahwa terbukanya ilmu hakikat itu adalah sumber dayanya dari hati, untuk diamalkan dengan amalan dhahir. Sampai menuju tujuan yaitu kasyaf hakiki, yaitu terbukanya yang sebenarnya. Itu sumber dari Sirr atau rahasia jati yang letaknya di bathinnya. Maka, barang siapa mengatakan bahwa hakikat itu menyalahi syari'at atau bathin itu bertentangan dengan dhahir, orang itu lebih dekat kepada kufur daripada iman. Maka perlu diketahui itu hanya khusus bagi orang-orang yang mempunyai kedudukan muqarrabin atau orang yang sudah memiliki ikmu sirr (rahasia). Maka disebut orang-orang yang memiliki ilmu tersebut melarang untuk menyiarkan kepada orang banyak, hanya kepada orang-orang yang khusus atau ahlinya.

Orang yang memiliki ilmu daripada mukasyafah ini dibagi atas 5 bagian :

Pertama, memiliki sifat halus pada dirinya dan menghimpun kepahaman, dan banyak mengetahuinya, atau disebut orang-orang yang mengetahui (orang-orang yang berilmu). Khusus buat orang-orang khawaashh (orang-orang tertentu saja/orang pilihan). Mereka harus tidak menyiarkan kepada yang bukan ahlinya karena bisa menimbulkan fitnah kepada mereka, karena pemahamannya terbatas dan sedikit pengetahuannya, tidak sampai kepada tingkat memahami. Seperti manusia menilai api, yang mana api itu panas, berbahaya, dan bisa membakar. Terbatas pemahaman mereka pada itu, tetapi tidak mengetahui bahwa api itu bisa bermanfaat jila digunakan untuk memasak, untuk bahan bajar pabrik, mesin dan pemanas. Penggunan api yang benar yang benar bisa bermanfaat bagi manusia, tetapi bagi orang yang belum mengetahui sifat-sifat api itu, pasti mereka akan mengatakan "jangan mendekat karena engkau bisa terbakar".

Maka disembunyikanlah rahasia Ruh itu dan dilarang oleh Rasul SAW untuk menerangkannya, kecuali sudah mencapai tingkatan muqarrabin, yaitu yang sama-sama mengetahui rahasia hati (HR Al Bukhari & Muslim dari Ibnu Mas'ud). Sabda Nabi SAW, "orang yang tidak mengenal Ruh maka adalah seolah-olah dia tidak akan mengenal dirinya . Orang yang tidak mengenal akan dirinya , bagaimana dia akan bisa mengenal Tuhan Yang Maha Suci?".

Maka kebenaran yang demikian itu terbuka lepada sebagian Wali-Walinya Allah meskipun mereka itu bukan Nabi. Maka perbuatannya mempunyai akhlaq dan adab yang berdasarkan ilmu syari'at. Maka orang-orang yang mengenal sifat-sifat Allah Azza Wa Jalla adalah sangat sedikit orang-orang yang memahaminya atau untuk mengetahuinya.

Rasulullah SAW tidak menyebutkannya kecuali yang terang-terang saja bagi segala yang paham, atau yang mudah dipahami Yaitu membicarakan tentang sifat Allah, mengenai ilmu, qudrah dan lainnya sehingga bisa dipahami oleh orang banyak dengan cara yang sesuai dengan pemikirannya . Suatu contoh, perbedaan antara ilmu Allah dan QudrahNya dengan ilmu makhluk dan Qudrahnya adalah lebih banyak perbedaannya, yaitu bicara nikmat. Apakah sama nikmat makan dengan nikmat kumpul suami istri, banyak nikmat yang bis dibeda-bedkan. Kesimpulannya, tidak akan diketahui oleh manusia selain dari dirinya dan sifat-sifat dirinya. Yang dituntut untuk mempunyai perbandingan-perbandingan, sehingga datang untuk memahami.. Dari sekian manusia, banyak yang tidak mengetahuinya. Maka lebih kurangnya bicara menmgenai kemuliaan ada kesempurnaan, tergantung sesuai kesanggupan manusia.

Maka Allah menetapkan bagi diriNya yaitu perbuatan(Af'al), ilmun (benara), Qodrat (kuasa), dengan sifat-sifat yang lainnya, Allah lebih sempurna dan mulia yang demikian itu karena yang bisa memiliki sifat itu hanya Allah SWT.

Sabda Nabi SAW : "Tidaj dapatkatlah aku menghilanggakan puijian kepadaMu seperti yang Kamu pujikan kepada diriMu sendiri (HR. Muslim dari Aisyah ra). Ini membuktikan bahwa Allah SWT memuji kepada manusia dan memuji kepada dirinya sendiri, mengetahui akan hakikat kebenaran Allah SWT. Maka setengah dari mereka berkata,"Tidaklah dikenal Allah akan hakikatNya kecuali oleh Allah sendiri". Artinya, bahwa manusia masuk dalam tingkatan hakikat itu mempunyai proses mengenal ruhnya, mengenal diriny dan mengenal Allah, maka sampai kepada hakikatnya Allah SWT.

Sayyidina Abubakar ra berkata : "Segala pujian bagi Allah yang tidak menjadikan bagi makgluknya kecuali menuju jalan untuk mengenalNya. Melainkan kelemahan daripada mengenalNya". Jadi nanyak orang yang lemah untuk mengenal Allah. Kecuali hanya orang khusus/khawash yang bisa mengenal Allah.

Maka disitu menghimpun pemahaman untuk mengetahuinya, yaitu berbicara masalah Ruh dan sebahaian sifat-sifat Allah SWT.

Sabda Nabi SAW : "Bahwa bagi Allah Yang Maha Suci, 70 hijab/dinding daripada Nur, jikalau dibukaNya niscaya terbakarlah akan apa yang didapati Bashar-Nya, karena kemahasucian wajahNya". (HR. Ibnu Gibban dari Abu Hurairah).

seperti halnya Nabi Musa as.yang ingin berjumpa dengan Allah.Ketika Allah berkata "Aku dibalik gunung itu hai...musa" hanya suara saja maka hancurlah gunung itu karena mendengar suara Allah dan Nabi Musa menjadi pingsan.

Maka untuk itu Nabi SAW melarang untuk menyiarkan tentang takdir kedalam bagian ini karena kebenaran yang menyebutkan dari bagian hakikat itu bisa membuat melarat kepada sebagian makhluk.Seperti halnya matahari keluar tetapi ditakuti oleh kelelawar,dia pasti sembunyi karena tidak tahu kesejukan matahari.Dunianya kelelawar adalah malam hari.Maka itulah gambaran,selama manusia masih mengurusi urusan dunia maka jangan berbicara masalah hakikat Allah,karena bentuk mereka masih "kelelawar".Nur itu adalah matahari,jika kelelawar itu menghadap matahari maka dia akan terbakar,artinya menimbulkan kemelaratan/fitnah.Jalan pikirannya berbeda,keinginan berbeda menuju yang berbeda.

(Di kutip dari kitab Sabiilal Tajul Abidiinal Arifin yang ditulis oleh Hadratus Syeikh Arifin bin Alie bin Hasan, Surabaya)

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer