Dormansi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dormansi adalah kemampuan benih untuk menunda masa perkecambahannya hingga saat yang tepatbenih dapat selamat untuk hidup. Menurut Naylor (1983) dalam Copland dan McDonald (2001), dormansi merupakan turunan genetik yang intensitasnya bergantung dari faktor lingkungan selama perkembangan benih.
Dormansi sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ketidakdewasaan embrio, impermeabilitas kulit benih terhadap air atau gas, halangan mekanis terhadap perkembangan embrio, kebutuhan-kebutuhan khusus untuk suhu atau cahaya, atau kehadiran bahan-bahan penghambat perkecambahan.
Salah satu manfaat dormansi adalah untuk membantu penanganan pascapanen. Bila tidak terjadi dormansi pada benih maka proses perkecambahan akan cepat berlangsung apabila kondisi lingkungan disekitar benih mendukung. Tetapi apabila suatu saat kita menginginkan perkecambahan cepat terjadi maka dormansi tersebut dapat dipatahkan dengan beberapa cara sesuai dengan sifat fisiologis benih. Bahan yang biasa digunakan untuk pematahan dormansi benih umumnya berupa bahan kimia sederhana seperti KNO3 dan thiourea. Suatu percobaan menunjukkan bahwa KNO3 dapat merangsang perkecambahan, terutama dalam gelap. Ransangan yang diperoleh dengan KNO3 bergantung konsentrasinya. Seperti halnya dengan cahaya KNO3 menunjukkan interaksi dengan suhu dalam stimulasi perkecambahan. Sedangkan thiourea merangsang perkecambahan benih dalam gelap tapi perlu diberikan dalam konsentrasi tinggi (10-2 – 10-3 M). Pada beberapa tanaman thiourea dapat menggantikan perlakuan dingin (chilling) dapat pula menggantikan after ripening untuk metangsang perkecambahan hanya saja pertumbuhan kecambahnya abnormal. Serta dapat menghilangkan efek hambatan dari suhu tinggi dan juga menghilangkan kebutuhan cahaya misalnya pada benih Lettuce.
After-ripening adalah periode simpan benih beberapa bulan setelah panen pada penyimpanan kering dengan temperatur ruangan, pada umumnya digunakan sebagai metode pematahan dormansi dan merangsang perkecambahan (Bewley, 1997; Finch-Savage and Leubner-Metzger, 2006 dalam http://seedbiology.de/afterripening.asp).
Pada prinsipnya ada tiga metode pematahan dormansi, yaitu cara mekanis, fisiologis, dan kimia. Cara mekanis seperti skarifikasi fisik dan asam, biasanya digunakan pada benih-benih yang inpermeabel terhadap air dan gas karena kekerasan kulit benihnya. Cara fisiologis biasanya menggunakan suhu tinggi atau rendah, tinggi dan rendah bergantian dan penggunaan suhu terus menerus pada suhu tertentu. Cara kimia, menggunakan bahan-bahan kimia seperti KNO3, H2O2, hormon tumbuh dan zat kimia lainnya (Wusono, 2010)
Larutan KNO3 dapat merangsang perkecambahan benih yang mengalami dormansi, seperti benih Lepidium viginicum, Eragnotis curvula, Polypogon monspelliensis, dan Agrotis sp., sedangkan pada benih Shorgum helepense, KNO3 mampu mematahkan dormansinya. Larutan KNO3 tersebut berinteraksi dengan suhu dalam menstimulir perkecambahan benih. Efek KNO3 yang ditimbulkan ditentukan oleh besar kecil konsentrasinya (Wusono, 2001).
Bertambahnya lahan kritis di Indonesia adalah sutau proses yang cukup membahayakan lingkungan hidup dan merupakan ancaman bagi kelestarian sumber daya alam yang harus dicegah agar tidak terjadi pewarisan lahan yang gersang dan miskin pada generasi berikutnya. Berdasarkan sifat-sifat lamtoro (Leucaena leucocephala Lam de Witt) antara lain cepat tumbuh, tahan pangkasan, perakaran dalam, mempunyai bintil-bintil akar, tahan kekeringan, dan mampu tumbuh dalam lahan kritis sehingga dapat dengan cepat memperbaiki dan atau mengembalikan kesuburan tanah, maka tanaman tersebut dapat digunakan sebagai salah satu tanaman untuk mengatasi bertambahnya lahan-lahan kritis di Indonesia. Lamtoro mempunyai manfaat ganda selain untuk tujuan yang bersifat jangka panjang bagi kelestarian alam dan lingkunagn juga dapat digunakan untuk tujuan langsung bagi kesejahteraan masyarakat antara lain sebagai tanaman pelindung, pupuk hijau, campuran pakan ternak, dan dikonsumsi. Selain itu kayunya baik untuk arang karena disamping tidak memercikkan bunga api, energi panasnya juga tinggi, baik untuk kayu bakar juga kertas dan bangunan, getahnya pun dapat digunakan sebagai bahan cat dan pencelup (Supriyo, 1986).
Tumbuhan padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan tumbuhan gramineae yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Bagian bunga padi terdiri dari daun mahkota yang disebut palea dan lemma. Didalam daun mahkota tersebut terdapat bakal buah yang biasanya disebut karyopsis yang diatasnya terdapat dua kepala putik. Dari bagian bawak karyopsis ini tumbuh enam filamen atau benang sari. Jika bunga padi telah dewasa kedua belahan kembang mahkotanya (palea dan lemma) yang semula bersatu membuka dengan sendirinya. Kedua kepala putiknya menampakkan diri, benang sarinya pun memanjang, sehingga kepala sari yang ada pada ujung benang sari membantu mendorong kedua kembang mahkota untuk membuka selebar mungkin. Dengan melekatnya serbuk sari ke kepala putik, terjadilah penyerbukan yang diikuti pembuahan. Jika zigot sampai di dalam ovary maka akan terjadi pembuahan hingga tinggal menunggu beberapa waktu (kurang lebih 25 hari) sampai karyopsis itu menjadi beras dan masak. Pada ujung bawah beras terdapat satu lembaga yang disebut embrio, yang merupakan bagian dari karyosis. Yang dikemudian hari akan menghasilkan tanaman baru melalui bibit setelah dikecambahkan terlebih dahulu. Bagian-bagian yang terpenting dari embrio-embrio tersebut adalah plumula dan radikula. Setelah benih dikecambahkan dari plumula dan radikula, muncullah batang pertama dan dari radikulanya muncul akar pertama dari kecambah (Siregar, 1981).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pematahan dormansi yang tepat pada kasus dormansi fisiologi (salah satunya after-ripening) dan dormansi fisik.



BAHAN DAN METODE
(ADA SAMA SATSAT SELENGKAPNYA)
Waktu dan tempat :
Percobaan dilakukan pada tanggal 9 Mei 2011 di Laboratorium Kering, KP Leuwikopo.
Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan adalah kertas merang, plastik, label, gunting kuku, germinator IPB tipe IPB 72-1, dan germinator tipe IPB 73-2A/B. Bahan yang diperlukan adalah benih padi yang baru dipanen, benih lamtoro, 0.2 % KNO3, air panas (mendidih), dan aquades.
Metode Pelaksanaan :
Teknik pematahan dormansi benih padi
1. kontrol (P0)
2. perendaman KNO3 0.2 % selama 24 jam (P1)
3. perendaman dengan air selama 24 jam (P2).
4. Setelah diberi perlakuan benih ditanam dengan metode UKDdp
5. Pengamatan dilakukan setelah 1 minggu dengan menghitung daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum
Teknik pematahan dormansi benih lamtoro
1. Sediakan benih lamtoro sebanyak 75 butir untuk 3 perlakuan.
2. Perlakuan yang
3. kontrol (P0)
1. perendaman KNO3 0.2 % selama 24 jam (P1)
2. Skarifikasi fisik yaitu dengan menggunting kulit benih pada posisi yang berlawanan dengan embrio (P2).
3. Setelah diberi perlakuan benih ditanam dengan media pasir
4. Pengamatan dilakukan setelah 1 minggu dengan menghitung daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum


HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Daya Berkecambah dan Potensi Tumbuh Maksimum Benih Padi pada Minggu ke-0 sampai dengan minggu ke-9
Minggu Ke- Perlakuan
Kontrol KNO3 0.2 % Perendaman Air
DB (%) PTM (%) DB (%) PTM (%) DB (%) PTM (%)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 0.8
2.8
6.4
19.6
58.0
54.7
64.5
60.0
85.3
77.3 4.0
5.2
14.0
34.2
67.3
93.3
95.5
90.2
91.6
92.0 2.4
4.8
14.0
32.9
66.0
66.0
63.5
76.0
87.6
92.0 3.2
9.2
8.4
47.6
75.3
94.7
93.5
96.0
91.6
93.3 3.6
7.2
11.6
39.2
56.7
46.7
82.5
80.0
93.8
84.0 4.4
10.8
15.2
54.7
70.7
88.0
91.5
92.9
97.8
89.3
Rataan 42.9 58.7 50.5 61.3 50.5 61.5








Tabel 2. Daya Berkecambah dan Potensi Tumbuh Maksimum Benih Lamtoro pada Minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-10
Kelompok Perlakuan
Kontrol KNO3 0.2 % Skarifikasi Mekanik
DB (%) PTM (%) DB (%) PTM (%) DB (%) PTM (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 20.5
9.0
25.0
21.0
22.0
34.7
5.0
20.0
28.0
22.7 40.0
50.0
41.0
39.0
45.0
41.3
38.0
44.0
37.0
40.0 20.0
8.0
27.0
20.2
22.0
37.3
8.0
21.3
6.0
57.3 35.0
34.0
32.1
24.3
33.0
54.7
23.0
46.7
23.0
61.3 51.0
47.0
64.0
62.0
56.5
70.7
36.0
69.3
72.0
86.7 95.0
92.0
99.0
94.5
91.0
92.0
85.0
89.3
87.0
90.7
Rataan 20.79 41.53 22.71 36.71 61.52 91.55

PEMBAHASAN
PADI
Apa Penyebab After Ripening?? Cara mengatasinya??
After ripening adalah jangka waktu benih untuk berkecambah dalam keadaan disimpan. After ripening adalah proses yang harus dilewati benih sebelum berkecambah. Penyebab utama terjadinya after ripening adalah kondisi penyimpanan. Benih mengalami after ripening apabila setelah pemanenan benih disimpan dalam kondisi kering (Sadjad, 1975). Menurut Copland dan Mcdonald (2001), pada benih-benih serealia masa penyimpanan benih agar mengalami after ripening antara 1-2 bulan pada suhu 15-20oC untuk mendapatkan perkecambahan maksimum. Pada benih-benih tertentu, penyimpanan kering tidak menyebabkan after repening, namun benih-benih harus dalam kondisi imbibisi atau dalam suhu rendah agar after ripening terjadi. Metode seperti ini dinamakan stratifikasi. Pada benih padi after ripening terjadi dalam kondisi penyimpanan kering, agar memperpanjang masa simpan dan berkecambah saat setelah panen. Hal ini sangat menguntungkan petani karena benih dapat disimpan sampai musim tanam berikutnya. Apabila after ripening terjadi terlalu lama sangat merugikan. Untuk mengatasi hal ini dapat melakukan perendaman benih-benih padi dalam larutan KNO3 0,2 %. Namun, dalam kenyataannya patani sering menggukan air untuk mematahkan after ripening pada benih padi karena sangat tidak mungkin untuk memperoleh larutan KNO3 dalam jumlah yang sangat banyak.
Metode perendaman benih padi dengan KNO3 dapat dikatakan efekitif untuk mempercepat pematahan after ripening jika DB sudah diatas 80%. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa perendaman dengan air lebih cepat mematahkan after ripening benih padi daripada peremdaman dengan KNO3. Ada beberapa faktor yang menyebabkan data hasil pengamatan tidak sesuai dengan literatur, anatara lain: kondisi benih atau kandungan KNO3. Kondisi benih yang seharusnya digunakan untuk praktikum ini adalah benih yang padi yang baru dipanen, namun yang digunakan pada praktikum ini adalah benih padi yang telah lama disimpan. Larutan KNO3 yang digunakan pada praktikum tidak disimpan dengan baik sehingga mungkin saja telah terkontaminan.
Kapan after ripening mulai patah? Kapan benih padi yang tidak dorman dapat disemai dilapang?
Benih padi yang masa after ripeningnya telah patah adalah saat nilai DB di atas 60% (stabil) dan nilai PTM di atas 80%. Namun after ripening pada benih padi benar-benar patah ketika nilai DB di atas 80%. Berdasarkan data hasil pengamatan, after ripening patah pada minggu ke-6 pada perlakuan kontrol dan perlakuan perendaman air, minggu ke-5 pada perlakuan perendaman KNO3. Benih padi yang tidak dorman adalah benih padi yang telah patah masa after ripening-nya. Dalam penyemaian benih padi sangat baik apabila perkecambahan benih seragam. Hal ini dapat terjadi apabila seluruh banih padi yang akan disemai telah mengalami patah masa after ripening-nya, yaitu stabilnya antara minggu ke-5 dan ke-6. Perlakuan kontrol menggambarkan proses after ripening secara alami (dengan sendirinya). Berdasarkan literatur, proses after ripening secara alami terjadi pada minggu ke-8.
Apakah perlakuan KNO3 dan perendaman air efektif dilakukan untuk mengatasi after ripening dalam praktikum ini? Jelaskan!
Perlakukan perendaman benih padi dengan KNO3 dan perendaman air dirasa efektif untuk mengatasi after ripening. Perlakuan KNO3 diharapkan efektif untuk jenis benih ortodoks. Benih ortodoks adalah benih yang membutuhkan kondisi lingkungan dengan RH rendah. Sedangkan perlakuan perendaman air diharapkan efektif untuk jenis benih rekalsitran. Benih rekalsitran adalah benih yang membutuhkan kondisi lingkungan dengan RH tinggi. Benih padi merupakan benih ortodoks sehingga pematahan after ripening dengan perlakuan KNO3 lebih efektif dibandingkan dengan dua perlakuan yang lain.



LAMTORO
Apa penyebab dormansi fisik ini dan teknik apa yang paling umum digunakan untuk mematahkan dormansi sejenis ini?
Dormansi fisik terjadi karena testa (kulit benih) cukup atau terlalu keras (tebal) untuk ditembus air. Sehingga proses imbibisi air berlangsung lebih lama. Menurut Mugnisia,...... dormansi fisik termasuk golongan dormansi organik. Dalam dormansi organik ada 3 tipe dormansi yaitu dormansi eksogenus fisik, kimia dan mekanis. Benih lamtoro termasuk benih keras (hard seed). Benih keras biasanya mengalami dormansi eksogenus fisik yaitu terdapat selaput benih yang impermeabel terhadap air sehingga menghambat perkecambahan benih. Dormansi fisik disebabakan oleh sulitnya air masuk ke dalam banih akibat mikropilnya yang berfungsi sebagai katup. Katup pada benih memungkinkan air keluar dari benih jika RH rendah. Tetapi mikropil tertutup rapat dalam keadaan RH lembab atau benih berada dalam air sehingga tidak ada air yang masuk dalam benih. Perlakuan yang paling tepat untuk mematahkan dormansi fisik adalah skarifikasi. Skarifikasi bertujuan agar benih berimbibisi. Skarifikasi yang baik dilakukan dengan memotong bagian benih yang berlawanan dengan letak embrio.
Perlakuan mana yang lebih baik?
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa perlakuan skarifikasi mekanik lebih efektif. Dan menurut literatur, benih lamtoro yang tidak diskarifikasi memiliki nilai DB dan PTM kurang dari 40 %. Data yang diperoleh dari pengamatan benih lamtoro menunjukkan bahwa rata-rata nilai DB untuk perlakuan kontrol adalah 20,79 %, 22,71 % untuk perlakuan KNO3, dan 61,52 % untuk perlakuan skarifikasi mekanik. Sedangkan untuk rata-rata nilai PTM perlakuan kontrol adalah 41,53 %, 36,71 % untuk perlakuan KNO3, dan 91,55 % untuk perlakuan skarifikasi mekanik. Jadi, perlakuan skarifikasi mekanik terhadap pematahan dormansi benih lamtoro sangat efektif dilakukan.
Penyebab benih selain skarifikasi mempunyai DB > 40 %?
Terjadi ketidaksesuaian data hasil pengamatan pada perlakuan kontrol benih lamtoro yaitu nilai PTM sebesar 41.53%, yang seharusnya lebih kecil dari 40% (untuk perlakuan selain skarifikasi mekanik). Hal itu terjadi karena benih lamtoro yang digunakan tidak dalam kondisi baik seperti telah berlubang ataupun terpotong sehingga imbibisi akan mudah terjadi dan meningkatkan nilai rata-rata PTM benih.
NOTE: SINGGIH,,,, TOLONG GRAFIKNYA DIPINDAHIN KE SESUDAH TABEL...
MAKASIIIIIIIIIIIIIH.....










KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan kelompok A tentang teknik pematahan dormansi benih dapat disimpulkan bahwa dormansi fisiologi (after-ripening) pada benih padi dapat dipercepat pematahannya dengan metode perendaman dalam larutan KNO3 0.2% dan dormansi fisik pada benih lamtoro dapat dipercepat pematahannya dengan metode skarifikasi mekanik.
SARAN
Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum menggunakan benih yang bagus dan berkualitas. Selain itu, bahan kimia yang digunakan juga harus diperhatikan kelayakan penggunaannya. Suatu kutipan lirik yang mudah-mudahan dapat selalu memotivasi.
Tetap semangat dan teguhkan hati disetiap hari
Sampai nanti sampai mati (Letto, 2005)














DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. After ripening. [Terhubung berkala]. http://seedbiology.de/afterripening.asp (16 Mei 2011)
Copeland Lawrence O. Dan Mcdonald Miller B. 2001. Seed Science and Technology. Netherland: Academic Publisher Group
Siregar, Hadrian. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Bogor: PT. Sastra Hudaya.
Supriyo, Haryono. 1986. Penggunaan Rhizobium sp. pada Berbagai Varietas Lamtoro (Leucaena leucocephala Lam de Witt) pada lima Jenis Tanah. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Wusono, Yusapat Wadyo. 2001. Pengaruh Media Perkecambahan Benih dan Efektifitas Metode Pematahan Dormansi pada berbagai umur penyimpanan Benih Terung (Solenum melongena L.) Varietas TE-20. Jurusan Budidaya Pertanian Institut Pertanian Bogor.

KURANG SATU,, MINTA KE NITA....

Komentar

Unknown mengatakan…
Jd untuk perlakuan benih menggunkan kno3 itu baik atau tdk

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer