KOMPETISI: SEBUAH PERGULATAN PEMIKIRAN YANG TERBATAS

oleh Yudhistira Prasasta Malam itu di sebuah warung kopi sederhana, seperti biasa rutinitas dua gelas kopi dengan sebungkus semangat “Super” ditemani sobat “si camprit” menjadi sirine dimulainya pembicaraan remeh-temeh kami, dari kontes teka-teki sampai topik misteri. Mungkin bagi orang lain kita seperti meracau karena suara kami yang cukup keras namun tidak jelas arah pembicaraannya, sekedar mengisi waktu yang senggang. Setelah “cuap-cuap” agak lama, pikiran tidak jelas saya berhenti pada suatu diskusi yang remeh temeh terkait topik buruk rupa, ya.. Kompetisi, kenapa barang ini menjadi suatu hal yang sangat menarik, sepertinya setiap orang berlomba-lomba memperebutkan kata ini, seperti berkompetisi, kompetitif, sampai kompeten, hingga kompetensi, apalagi di dunia pendidikan yang sehari-hari saya disana karena tak sengaja saya menjadi mahasiswa. Bosan sekali saya mendengarnya; dicari atau dibentuk mahasiswa yang kompeten, kompetitif, atau memiliki kompetensi..sebenarnya apa orientasinya?apa yang ingin dibentuk dari barang ini? Pikiran saya bergulat dan kemudian menjadi sebuah pekerjaan rumah saya yang sama sekali tidak berarti mungkin, tapi rasa penasaran saya kemudian mengatasinya. Sampai di gubuk derita mulai kucari apa terminologi dari kompetisi ini, kubuka Oom wiki.com dan beginilah kurang lebih : Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi. Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama. Beberapa kata saya maknai interpretasinya seperti mengalahkan orang lain, saling mengatasi, dan memperebutkan. Dengan sedikit analisis sederhana dan ilmu “tafsir” yang tentunya sangat terbatas kemudian saya tertegun.. Kenapa?? Inikah dunia yang yang akan dibangun?? Inikah dunia pendidikan?? Apakah seperti suatu hal yang sangat biasa ataukah memang terjadi secara alamiah?? Mungkin saya terlalu picik dalam berfikir, maka saya berkata dalam hati : “Tidak mungkin, bahkan tidak mungkin dunia pendidikan yang begitu suci memiliki paradigma saling mengalahkan, saling mengatasi, apalagi saling memperebutkan.. bukankah ilmu pengetahuan adalah sumber daya terbuka bagi seluruh umat manusia untuk mengakses, memanfaatkan, bahkan untuk memanusiakan manusia, tidak mungkin mengalami peyorasi makna untuk diperebutkan apalagi mengalahkan yang lain. Setelah lama berkontemplasi saya melihat kembali pengertian kompetisi yang dahsyat itu, saya melihat ada kata pembandingnya yaitu “kerja sama” seperti menurut Deaux, Dane, & Wrightsman tadi. Saya mencoba berdialektis sedikit dan berdiskusi lagi dengan “si camprit”. Hasilnya didapat kata yang mungkin cocok untuk menjadi pembanding terbalik dari kata kompetisi tadi, yaitu : “KOLABORASI”. Kurang lebih begini cerita Kolaborasi: “Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat”. Semakin tertegunlah saya melihat pengertian ini, semakin bergulat pemikiran saya, betapa kata yang begitu indah dan konstruktif ini jarang sekali saya lihat apalagi saya dengar untuk membangun suatu konsep maupun wawasan kehidupan, bahkan di dunia kampus yang sering saya bergelut sekalipun. Apakah esensi ini ingin di hilangkan?? Apakah para akademisi ini lebih di tekankan pada nilai-nilai untuk saling mengalahkan, saling merebut, atau saling mengatasi dengan senjata ilmu pengetahuan, dibandingkan melihat esensi nilai-nilai kebersamaan, saling memberi manfaat, serta bermasyarakat dengan instrumen ilmu pengetahuan?? Mudah-mudahan pikiran saya benar-benar terbatas sehingga saya salah menginterpretasikan makna kata ini.. bagaimana persepsi teman-teman?? mohon pencerahan..

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer