ISRA’ MI’RAJ MENURUT ANALISA MATEMATIKA

Isra’ mi’raj yang dijalani Nabi Muhammad adalah peristiwa yang cukup fenomenal menurut ilmu pengetahuan. Bagaimana tidak, dalam waktu yang relatif singkat, hanya satu malam, Rasulallah dijalankan ke Masjidil Aqso dan Sidratul Muntaha. Sidratul Muntaha (langit ke tujuh) sendiri menurut kacamata astronomi sendiri juga masih misteri, apakah masih berada dalam tatasurya kita? Apakah sudah berada di luar tata surya tetapi masih dalam satu galaksi? Ataukah malah sudah berada di luar galaksi yang kita tempati, galaksi Bima sakti, Wallahu a'lam Dengan analisa matematik, kemisterian peristiwa Isra’ Mi’raj ini bisa diungkap dengan manisnya. Yaitu dengan memandang hakekat alam semesta ini adalah sesuatu yang tak terbatas. Salah satu ketidakterbatasan alam semesta ini adalah dimensi alam semesta itu sendiri. Alam semesta memiliki dimensi yang tidak terbatas pula. Selama ini kita hidup di dimensi tiga, jadi dimensi yang lebih tinggi, satu tingkat saja yaitu dimensi empat, adalah sesuatu yang benar-benar sangat sulit masuk dalam akal pikiran kita. Meskipun demikian, secara matematika, sifat-sifat dimensi yang lebih tinggi ini bisa dianalisa Andaikan saja kita memiliki seutas tali lurus ( dinamai ruas garis = dimensi satu ) yang panjangnya 10 meter. Maka jarak dari ujung ke ujung yang lain adalah 10 meter. Tetapi apabila tali itu kita lengkungkan ( sehingga kita bekerja pada bidang, dilengkungkan di atas papan misalnya) maka jarak ujung ke ujung yang semula 10 meter bisa diperpendek menjadi 1 cm atau lebih dekat lagi bahkan bisa dihimpitkan. Apabila kita memiliki papan yang panjangnya 4 meter dan lebar 3 meter, maka jarak ujung papan ke ujung lain yang terjauh adalah 5 meter. Tetapi apabila papan tersebut kita lengkungkan ( jadi kita bekerja pada ruang ) maka jarak kedua ujung yang semula 5 meter tersebut bisa menjadi 1 cm atau bahkan bisa dihimpitkan. Manusia, bumi, langit, galaksi berada dalam satu ruang. Jarak bumi ke matahari adalah 150 juta km. apabila ruang yang kita tempati ini dilengkungkan ( jadi harus bekerja pada dimensi empat) maka jarak bumi ke matahari bisa diperpendek hingga beberapa meter atau bahkan bisa dihimpitkan. Dengan konsep ini, maka peristiwa Isra’ Mi’raj yang melalui pengukuran dimensi tiga adalah perjalanan yang sangat lama dengan menempuh jarak yang amat sangat teramat jauh, menurut dimensi empat bisajadi merupakan perjalanan yang hanya satu atau dua langkah saja. Ilmu pengetahuan ini tak terbatas, janganlah kita justru membatasi diri dengan mengatakan, “ ini tidak mungkin bisa”, “ini tidak masuk akal” dsb. Mungkin benar ada sesuatu yang tidak masuk akal menurut kita, tetapi bukan berarti sesuatu ini menjadi tidak boleh ada dan tidak boleh terjadi. Justru akal kita sajalah yang tidak mampu menampungnya… ''Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha suci Allah dan Maha tinggi Dia dari apa yg mereka persekutukan “Az-Zumar ayat 62 Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda : "Allah akan menggulung seluruh lapisan langit pada hari kiamat, lalu diambil dengan tangan kanan-Nya dan berfirman : Akulah Penguasa, mana orang-orang yang berlaku lalim, mana orang-orang yang berlaku sombong? Kemudian Allah menggulung ketujuh lapis bumi lalu diambil dengan tangan kiri-Nya dan berfirman:Akulah Penguasa mana orang-orang yang berlaku lalim, mana orang-orang yang berlaku sombong " (Hadits Marfu')

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer