ANALISIS KELAYAKAN BISNIS “TEMPE PAK MAMAT”

MK. Studi Kelayakan Bisnis Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 2011 RINGKASAN Dewasa ini, industri tempe memiliki peran yang sangat besar didalam usaha pemerataan kesempatan kerja, kesempatan usaha dan peningkatan pendapatan. Menurut Ambarwati (1994), industri tempe pada umumnya dikelola dalam bentuk industri rumah tangga, sehingga perkembangannya selalu dihadapkan dengan permasalahan yang menyangkut bahan baku yaitu kedelai, ketersediaan dan kualitas faktor produksi, tingkat keuntungan, pemasaran serta permodalan. Pak Mamat adalah salah satu produsen tempe di daerah Bogor. Alamat rumah beliau berada di kampung Hegarmana Ciherang Dramaga Bogor. Usaha Bapak Mamat ini telah dimulai sejak tahun 1990-an. Beliau memproduksi tempe sendiri yang kemudian dijual ke pasar Dramaga yang lokasinya 300 meter dari rumahnya. Lokasi rumahnya yang sekaligus sebagai lokasi pembuatan tempe sangat strategis yakni dekat sungai dan dekat pasar. Karena kedekatan Pak Mamat dengan warga dan prospek tempe yang menggiurkan, beberapa orang kenalan ikut memproduksi tempe di tempat Pak Mamat. Kini ada 5 orang yang ikut memproduksi di tempat Pak Mamat. Tempe yang dijual ada dua jenis tempe yakni tempe yang dibungkus dengan daun pisang dan tempe yang dibungkus dengan plastik. Namun Pak Mamat lebih banyak memproduksi tempe berbungkus plastik karena jumlah permintaan terhadap tempe tersebut lebih besar dan tidak diperlukan biaya ekstra untuk membeli daun. Produk tempe Pak Mamat ini telah memasuki fase dewasa dalam daur hidup produk (product life cycle) karena tempe tersebut telah muncul sejak tahun 1990-an dan saat ini jumlah penjualan relatif stabil yakni sekitar 70-80kg/hari kecuali pada musim-musim libur panjang. Tempe-tempe tersebut dijual mulai harga Rp 1.000,00/potong untuk ukuran kecil, Rp 2.000,00/potong untuk ukuran medium dan Rp 4.000,00/potong untuk ukuran besar. Sejauh ini, Pak Mamat tidak melakukan kegiatan promosi secara khusus. Beliau hanya mengandalkan promosi dengan kekuatan WOM (word of mouth) sehingga produk tempe Pak Mamat semakin dikenal. Untuk tempat, Pak Mamat telah memiliki tempat yang strategis yakni di pasar Dramaga yang mana posisinya dekat dengan kampus IPB. Segmentasi pasar Pak Mamat adalah konsumen kalangan menengah ke bawah karena melihat strategi-strategi yang digunakan oleh Beliau masih termasuk sederhana.Target pasar Pak Mamat adalah para konsumen biasa seperti ibu-ibu rumah tangga, warung-warung penjual makanan dan para pengecer seperti tukang sayur yang biasa membuka lapak dagangan di pinggir jalan daerah sekitar kampus. Pak Mamat memposisikan produk tempenya sebagai makanan yang bergizi, murah dan berkualitas. Pak Mamat memilih daerah disekitar Pasar Dramaga karena ia melihat dilokasi tersebut belum ada produsen tempe yang juga berjualan disana sehingga tingkat persaingannya masih rendah dan peluang pasar Pak Mamat masih sangat lebar. Selain itu, lokasi yang dipilih Pak mamat terletak di pinggir kali sehingga memudahkan ia dalam membuang limbah berupa air asam dari proses produksi. Faktor lain yang mendukung pemilihan lokasi baru adalah harga tanah yang termasuk murah, sikap masyarakat yang mendukung, dan mudah didapatkannya bantuan tenaga kerja untuk proses produksi. Pak Mamat memasarkan tempe dengan cara menitipkannya di sekitar 20 warung di pasar dramaga. Setiap hari mampu menjual 180 kg tempe/hari. Kapasitas Mesin pemecah kulit kedelai dibeli Pak Mamat pada tahun 1994 mampu memisahkan kulit kedelai sebanyak 125 kwintal/hari dan mampu bertahan dengan perbaikan sampai 11 tahun. Namun pada mesin yang baru dibeli Bapak Mamat pada tahun 2005 kapasitasnya lebih kecil dan setiap dua bulan sekali biasanya mesin mengalami gangguan atau kerusakan. Jumlah tenaga kerja terdapat 4 orang yakni Pak Mamat sendiri, istri dan dan dua karyawannya. Pak mamat rata-rata bekerja 8-10 jam/hari untuk proses produksi dan pemasaran, istri beliau dan dua orang karyawan bekerja rata-rata bekerja 3 jam/hari membantu proses produksi. Diluar jam-jam tersebut, istri Pak Mamat juga bekerja dengan waktu yang tidak tentu dalam pembukuan dan manajemen keuangan. Kemampuan finansial dan manajemen perusahaan Pak Mamat cukup baik, namun beliau masih ragu untuk memperbesar skala usahanya karena takut memperbesar tingkat persaingan yang tidak sehat diantara sesama para produsen. Melihat perkembangan usaha tempe Pak Mamat yang cukup stastis, kemungkinan besar perusahaan tempe Pak Mamat tidak akan melakukan perubahan teknologi produksi dimasa yang akan datang karena Beliau memang belum adanya keinginan untuk lebih memperbesar skala produksi. Jika dilihat dari ketepatan jenis teknologi dan bahan mentah yang digunakan maka alat yang digunakan Pak Mamat termasuk kategori tradisional-sederhana karena masih konvensional dan mesinnya pun mudah untuk dioperasikan tanpa bantuan tenaga ahli. Begitu juga dengan proses pendistribusiannya kepada pelanggan, Pak Mamat dan karyawannya hanya menggunakan sebuah motor dan dua sepeda. Selain menggunakan mesin sederhana sebagai teknologi utama, diperlukan beberapa perangkat alat pelengkap dalam memproduksi tempe. Diantaranya adalah gentong plastik, tungku perapian (awalnya menggunakan kompor), kayu (pengganti dari minyak tanah), tampah, cetakan, drum untuk merebus kedelai. Untuk drum ini, Pak Mamat selalu menggantinya setiap tiga bulan sekali karena drum ini selalu terpanggang api besar sehingga tingkat kerusakannya tinggi. Proses pembuatan tempe ini tidak serta merta langsung jadi dalam waktu singkat. Namun perlu waktu yang cukup panjang yakni sekitar empat hari untuk mengolah dari bahan baku kedelai sampai terbentuk tempe. Sehingga untuk mensiasati hal tersebut, Pak Mamat melakukan tiga tahap proses produksi setiap harinya. Dalam usahanya ini, sebagai key person, Pak mamat tidak hanya memegang kendali dalam usaha tersebut. Beliau juga melakukan aktivitas-aktivitas teknis yang seharusnya dilakukan para karyawannya misalnya saja kegiatan mencetak dan menjual tempe. Begitu juga yang dilakukan Bu Neneng. Hal tersebut dilakukan karena mengingat kapasitas kerja kedua karyawan yang terbatas dan keinginan untuk menambah pegawai belum ada. Perusahaan tempe Pak Mamat tidak memiliki surat ijin usaha karena skala produksinya tidak terlalu besar. Beliau hanya mendaftarkan usahanya tersebut ke kantor desa dan untuk biaya administrasinya, Pak Mamat ditarik iuran sebesar Rp 5.000,00 per bulan. Untuk tempat berjualan, Pak Mamat diharuskan membayar biaya sewa lapak sebesar 35juta rupiah untuk jangka waktu 20tahun. Awalnya, modal yang digunakan dalam proses produksi tempe Pak Mamat adalah modal sendiri sehingga kelemahannya adalah jumlah produksi tempe yang terbatas. Namun saat ini, ada dua toko langganan yang mau menginvestasikan bahan baku kedelainya untuk di usahakan Pak Mamat dengan sistem bayar diakhir produksi setelah produk terjual. Secara umum, pabrik tempe Pak Mamat ini cenderung bersifat ramah lingkungan karena pabrik tempe ini tidak menghasilkan limbah yang mengganggu masyarakat. Asumsi yang digunakan, periode analisis adalah selama 20 tahun, perhitungan menggunakan basis harga tetap (fixed price) dan menggunakan harga bulan September 2011. Harga jual yang digunakan adalah Rp 3.000,00-Rp 3.500, Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan adalah peralatan yang tersedia di lapangan Luas lahan yaitu 70 m2. Tempe diproduksi setiap hari. Discount factor yang digunakan 12% per tahun. Analisis sensitivitas dilakukan pada kondisi harga bahan baku naik dan jumlah produksi turun. Perubahan harga bahan baku didasarkan pada perbedaan harga pembelian secara agregat di pasaran, dan penurunan jumlah produksi didasarkan pada perbedaan jumlah produksi rata-rata setiap harinya. Komponen inflow usaha tempe Pak Mamat merupakan hasil dari penjualan tempe bungkus plastik. Tempe bungkus daun pisang, bungkil kedelai dan nilai sisa dari penyusutan. Untuk outflow, komponen-komponen penyusunnya yakni barang-barang investasi yang terdiri dari bangunan beserta lahannya, mesin pemecah kedelai, biaya sewa lapak, motor charisma 125D, drum, gentong, tungku, biaya perbaikan mesin. Dan biaya operasional yang terdiri dari biaya bahan baku kedelai, daun pisang, plastik, ragi, kayu bakar, listrik dan air, gaji pegawai, dan iuran administrasi desa. Pada usaha tempe Pak mamat memiliki nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 27.626.203,67. Artinya bahwa arus kas masuk usaha Pak Mamat lebih besar dari arus kas keluarnya, sehingga usaha ini dapat dikatakan menguntungkan dan layak diimplementasikan dalam jangka panjang. Nilai net B/C nya yaitu sebesar 2,22. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha tempe Pak Mamat ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih dari 1. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 168%. Nilai tersebut lebih besar dari nilai suku bunga deposito untuk UKM-UKM yaitu sebesar 12 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha tempe Pak Mamat ini layak untuk dijalankan. Melalui analisis sensitivitas, dapat dilihat bahwa usaha Tempe Pak Mamat masih layak dilakukan (masih memberikan nilai NPV positif, IRR diatas laju inflasi, net B/C diatas 1) walaupun harga kedelai mengalami kenaikan 4% dan penjualan hanya 97,5% dari produksi. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat mengikuti matakuliah Studi Kelayakan Bisnis dari awal pertemuan hingga penyusunan makalah akhir ini dalam kondisi tanpa kurang suatu apapun. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada panutan teragung Nabi besar Muhammad SAW yang telah menuntun dan membimbing kita dalam jalan Iman dan Islam. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada orang tua kami yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materiil kepada kami dalam menuntut ilmu di IPB ini. Tidak lupa juga kami sampaikan kepada dosen pangampu mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis ini, Bapak Feryanto WK yang tanpa lelah mengajari dan membantu kami dalam memahami materi-materi dalam mata kuliah tersebut. Terimakasih atas masukan, kritikan, pengingatan, dan penjelasan saat kami melakukan kesalahan ataupun saat tidak memahami materi yang ada. Semoga ilmu yang Bapak tularkan dapat kami aplikasikan ke dalam kehidupan riil sehingga ilmu Studi Kelayakan Bisnis ini menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan kami dan orang-orang dilingkungan kami bahkan untuk Negara kami Indonesia. Terimakasih juga kepada pihak yang sangat membantu kami dalam menyelesaikan semua tugas-tugas kami, Bapak Mamat dan sekeluarga yang berkenan menerima dan memberi kesempatan kami untuk menggali ilmu-ilmu terapan dan ilmu kehidupan sehingga menjadikan kami lebih matang dan termotivasi untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik terutama untuk mereka yang hanya memiliki usaha kecil dan kelas ekonomi menengah ke bawah. Makalah yang kami susun ini pasti tidaklah luput dari kesalahan-kesalahan. Kami senantiasa mengharapkan masukan-masukan untuk perbaikan makalah sehingga dapat menjadi makalah yang layak untuk dijadikan rujukan dalam pembelajaran Studi Kelayakan Bisnis kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pihak-pihak yang membutuhkan yakni mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Bogor, Desember 2011 Tim penyusun DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN MAKALAH ……………………………………………………………………………………... KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………….. DAFTAR ISI ………..…………………………………………………………………...……………………......... DAFTAR TABEL …………………………………………………….…………………………………………... DAFTAR GAMBAR …………..………………………………………………………………….……………… DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………………………………….. I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………...……………………………..... 1.1 Latar Belakang ………………………………………………………...……………………………............ 1.2 Tujuan Penulisan….…………………………………………….……………………………………. II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ……………………………………………………………………… III. ANALISIS KELAYAKAN BISNIS …………………………………………………………………………. 3.1 Kelayakan Aspek-Aspek non- Finansial …………………………………………………………. 1) Aspek Pasar …………………………………………………………………………………………………. a) Produk ……………………………………………………………………………………………………………. b) Price ………………………………………………………………………………………………………………… c) Promotion ………………………………………………………………………………………………………... d) Place ………………………………………………………………………………………………………………... Segmentasi, Targeting, Positioning ……………………………………………………………………… 2) Aspek Teknis ………………………………………………………………………………………………. a) Lokasi Bisnis ……………………………………………………………………………………………………. b) Skala Usaha ……………………………………………………………………………………………… c) Pemilihan Teknologi …………………………………………………………………………………………. d) Pemilihan Alat dan Perlengkapan Lain ………………………………………………………………. e) Proses Produksi dan Layout Produksi …………………………………………………………..... 3) Aspek Manajemen ……………………………………………………………………………………………. 4) Aspek Hukum………………………………………………………………………………………………… 5) Aspek Keuangan …………………………………………………………………………………………….. 6) Aspek Lingkungan, Sosial, Ekonomi …………………………………………………………………. 3.2 Kelayakan Aspek Finansial ……………………………………………………………………………… 1) Asumsi Dasar …………………………………………………………………………………………………. 2) Komponen Inflow dan Outflow ……………………………………………………………………… 3) Analisis Cash Flow dan Laporan Laba/Rugi ………………………………………………….... 4) Kriteria Investasi …………………………………………………………………………………………. a) NPV ………………………………………………………………………………………………………………. b) PI ……………………………………………………………………………………………………………… c) IRR ……………………………………………………………………………………………………………….. c) PBP ………………………………………………………………………………………………………………... d) Analisis Sensitivitas ………………………………………………………………………………………. IV. KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………………………… V. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………….. VI. LAMPIRAN ……………………………………………………………………………………………. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Deskripsi Tugas Masing-Masing Personil Dalam Usaha ………………………………….. Tabel 2. Modal Tetap Atau Dana Investasi ……………………………………………………………….. Tabel 3. Bahan Baku Per Periode Produksi ………………………………………………………………. Tabel 4. Biaya Produksi Perbulan …………………………………………………………………………….. Tabel 5. Nilai kriteria investasi kelayakan ………………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Proses produksi ………………………………………………………………………………………. Gambar 2. Layout Lokasi Pembuatan Tempe Pak Mamat ……………………………………………. Gambar 3. Struktur Organisasi Usaha ……………………………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN Halaman Cashflow …………………….………………………………………………………………………………….. Laporan Laba-Rugi ………………………………………………………………………………………………….. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kita ketahui bersama bahwa dewasa ini jumlah unit-unit usaha di Indonesia berkembang cukup signifikan. Hal ini berbanding lurus dengan semakin tingginya biaya untuk hidup dan semakin banyaknya pengangguran baik dari tamatan pendidikan rendah sampai dengan pengangguran bergelar sarjana. Kondisi tersebut secara langsung menuntut setiap orang untuk semakin ulet dan berpikir kreatif, tidak hanya tergantung pada lowongan kerja yang ada namun sudah harus mulai berpikir untuk merintis usaha secara mandiri. Dari sekian banyaknya usaha yang berdiri, tidak semua pasti mendapatkan hasil yang diharapkan. Hal ini merupakan akibat dari semakin banyaknya kompetitor yang bergerak dibidang usaha yang sama. Salah satu usaha yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah industri tempe. Umumnya tempe digunakan sebagai lauk-pauk dan sebagai makanan tambahan atau jajanan. Potensi tempe dalam meningkatkan kesehatan dan harganya relatif murah memberikan alternatif pilihan dalam pengadaan makanan bergizi yang dapat dijangkau oleh segala lapisan masyarakat. Industri tempe pada umumnya merupakan industri kecil yang mampu menyerap sejumlah besar tenaga kerja baik yang terkait langsung dalam proses produksi maupun yang terkait dengan perdagangan bahan-bahan input maupun produk hasil olahannya. Prospek industri tempe sangat baik dimana pertumbuhan permintaan tempe setelah tahun 1998 diperkirakan mencapai 4 persen per tahun (Solahudin, 1998). Industri tempe memiliki peran yang sangat besar didalam usaha pemerataan kesempatan kerja, kesempatan usaha dan peningkatan pendapatan. Menurut Ambarwati (1994), industri tempe pada umumnya dikelola dalam bentuk industri rumah tangga, sehingga perkembangannya selalu dihadapkan dengan permasalahan yang menyangkut bahan baku yaitu kedelai, ketersediaan dan kualitas faktor produksi, tingkat keuntungan, pemasaran serta permodalan. Pendapatan para pengrajin tempe sangat tergantung dari penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Penjualan yang dilakukan pengrajin tempe belum mampu mendatangkan keuntungan yang optimal karena harganya yang murah, dan disisi lain biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku semakin besar dengan adanya krisis ekonomi. Keberadaan ini sangat mempengaruhi efisiensi usaha pengrajin tempe, sehingga banyak pengrajin tempe yang tidak mampu berproduksi lagi (Sari, 2002). Penelitian yang dilakukan Sebayang (1994) di Bogor menunjukkan bahwa kondisi tempe cenderung bersifat statis artinya pengusaha industri tempe merasa cukup dengan kondisi yang ada, serta berusaha dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari keluarga maupun kenalannya. Meskipun demikian, kesimpulan ini belum tentu tepat, karena ada kemungkinan bahwa sifat statis lebih disebabkan oleh karakteristik usaha itu sendiri. Posisi industri tempe kian terpuruk akibat sistem penjualan secara tradisional dengan kemasan yang kurang menarik dan tempat penjualan yang kurang bersih dan kurang strategis. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap penjualan tempe sehingga kegiatan usaha tempe belum mampu memberikan keuntungan yang optimal. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan untuk keberlangsungan proses usaha tersebut. Hal ini tidak hanya berlaku diawal pendirian usaha saja namun juga sangat penting untuk senantiasa dilakukan pengecekan kelayakan bisnis secara kontinu pada perusahaan besar sekalipun. Pengecekan kelayakan bisnis ini juga tidak terbatas pada satu atau dua sisi saja. Diperlukan pengecekan secara menyeluruh yang berkaitan dengan badan usaha tersebut sehingga diperlukan kerjasama tim ahli dari berbagai aspek seperti ekonom, akuntan, sosiolog, hukum, dan teknologi untuk sama-sama melakukan proses tersebut. Walaupun melihat prospek pabrik tempe yang mentereng, tidak menutup kemungkinan banyak pabrik yang mengalami kerugian hingga harus gulung tikar karena banyak faktor yang menjadi kendala dalam proses produksi mereka. Diharapkan, dengan adanya studi kelayakan bisnis, akan muncul alternatif-alternatif pengembangan usaha yang memang perlu ditingkatkan atau bahkan harus dihilangkan. 1.2. Tujuan Penulisan 1. Mengkaji kelayakan pada aspek non finansial 2. Mengkaji kelayakan aspek finansial 3. Mengkaji kepekaan kelayakan terhadap adanya perubahan-perubahan II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN/USAHA Pak Mamat adalah salah satu produsen tempe di daerah Bogor. Alamat rumah beliau berada di kampung Hegarmana Ciherang Dramaga Bogor. Usaha Bapak Mamat ini telah dimulai sejak tahun 1990-an. Beliau memproduksi tempe sendiri yang kemudian dijual ke pasar Dramaga yang lokasinya 300 meter dari rumahnya. Lokasi rumahnya yang sekaligus sebagai lokasi pembuatan tempe sangat strategis yakni dekat sungai dan dekat pasar. Karena kedekatan Pak Mamat dengan warga dan prospek tempe yang menggiurkan, beberapa orang kenalan ikut memproduksi tempe di tempat Pak Mamat. Kini ada 5 orang yang ikut memproduksi di tempat Pak Mamat. Untuk sistem kerjasamanya, Pak Mamat memberlakukan sistem sewa terhadap penggunaan peralatan-peralatan produksi miliknya sekaligus menyediakan bahan baku pembuatan tempe. Peralatan yang disewakan yakni kamar kos-kosan yang dibayar tiap bulan, kayu bakar dan mesin penggilingan yang dibayar harian. Mereka masing-masing membuat tempe untuk dijual sendiri-sendiri. Untuk tempe produksi Pak Mamat, beliau dapat menghabiskan kedelai sebanyak 80 kg dalam sehari dan dalam pengerjaannya, beliau dibantu 2 orang karyawan. Hasil produksinya langsung dijualnya sendiri di pasar pada pagi hari dan sebagian diantarkan ke warung-warung langganannya pada sore hari. III ANALISIS KELAYAKAN BISNIS 3.1 Kelayakan Aspek-Aspek Non Finansial 1. Aspek Pasar Dalam melakukan studi kelayakan bisnis suatu badan usaha, perlu adanya pengecekan dalam semua aspek yang berkaitan. Dan salah satunya adalah aspek pasar. Pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi dari gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan perseorangan dan organisasi. (Griffin dan Ebert, 2004; Nickels et al. 1996). Dalam aspek pasar ini, akan dibahas tentang bauran pemasaran (marketing mix) yang meliputi kebijakan product (pengembangan produk), price (penentuan harga), promotion (melakukan promosi), dan place (penetapan tempat untuk mendistribusikan produk) untuk produsen terpilih yakni rumah produksi tempe milik Pak Mamat. Pasar merupakan tempat dimana terjadinya interaksi antara penjual dan pembeli dalam jumlah besar. Pasar Darmaga Bogor, tempat Pak Maman menjual produk tempenya termasuk dalam pasar persaingan sempurna (PPS), dimana di pasar tersebut terdapat banyak penjual dan pembeli sehingga semua penjual di pasar tersebut menjadi price taker. Dalam pasar Dramaga yang cenderung dalam keadaan persaingan sempurna ini, peranan Pak Mamat dalam mensuplai tempe ke pasar cukup besar. Hal ini ditunjukkan oleh nilai market share hampir 60%. Jadi batasan permintaan tempe Pak Mamat di pasar Dramaga maksimal sekitar 59.02 % dari jumlah seluruh produk yang beredar di pasar Dramaga. a) Produk Ditinjau dari produknya, maka usaha tempe Pak Mamat ini termasuk jenis pemasaran barang konsumsi. Secara umum, produk tempe tersebut tidak memiliki perbedaan dengan produk tempe yang lain. Hanya saja bentuk tempe Pak Mamat ini berbentuk lebih lebar dan tipis daripada tempe-tempe lain yang beredar di Pasar Dramaga. Tempe yang dijual ada dua jenis tempe yakni tempe yang dibungkus dengan daun pisang dan tempe yang dibungkus dengan plastik. Namun Pak Mamat lebih banyak memproduksi tempe berbungkus plastik karena jumlah permintaan terhadap tempe tersebut lebih besar dan tidak diperlukan biaya ekstra untuk membeli daun. Produk tempe Pak Mamat ini telah memasuki fase dewasa dalam daur hidup produk (product life cycle) karena tempe tersebut telah muncul sejak tahun 1990-an dan saat ini jumlah penjualan relatif stabil yakni sekitar 70-80kg/hari kecuali pada musim-musim libur panjang. Selain memproduksi dan menjual hasil pembuatan tempe, Pak Mamat juga menyewakan peralatan produksi dan kamar kost-kostan untuk lima orang kenalannya yang ingin memproduksi tempe bersamanya. Untuk tempat tinggal, penyewa membayarnya secara bulanan. Sedangkan penggunaan kayu bakar dan penggilingan, dibayar secara harian. Sistem penjualannya, mereka memproduksi tempe secara individu, dan kemudian menjual masing-masing produknya ke pasar tanpa mengandalkan Pak Mamat sebagai pemilik tempat. b) Price Penetapan harga yang diberlakukan oleh Pak Mamat adalah dengan menetapkan harga tempenya sesuai dengan harga pasar. Hanya saja harga-harga tersebut ada sedikit perbedaan yang didasarkan pada ukuran dari masing-masing tempe yakni , mulai harga Rp 1.000,00/potong untuk ukuran kecil, Rp 2.000,00/potong untuk ukuran medium dan Rp 4.000,00/potong untuk ukuran besar. c) Promotion Sejauh ini, Pak Mamat tidak melakukan kegiatan promosi secara khusus. Beliau awalnya hanya menjual tempe-tempe tersebut di pasar yang kemudian mengembangkan sayap produksinya dengan deliver order ke warung-warung makan sekitar. Seiring dengan berjalannya waktu maka semakin banyaklah pelanggannya. Dan secara tidak langsung para pelanggannya melakukan promosi dengan kekuatan WOM (word of mouth) sehingga produk tempe Pak Mamat semakin dikenal. Untuk tempat, Pak Mamat telah memiliki tempat yang strategis yakni di pasar Dramaga yang mana posisinya dekat dengan kampus IPB. Hal ini mengingat bahwa mahasiswa terkenal dengan konsumen yang mencintai produk-produk murah-berkualitas sehingga tempe menjadi produk yang paling diburu. Tidak hanya tempat untuk berdagang, tempat produksinya pun sangat strategis yakni dekat dengan tempat pendistribusian dan terlewati aliran sungai sehingga biaya produksi dan distribusi dapat ditekan. Faktor ini juga yang menjadi alasan beberapa kenalan Pak Mamat untuk ikut melakukan kegiatan produksi tempe dengan beliau. d) Place Untuk tempat, Pak Mamat telah memiliki tempat yang strategis yakni di pasar Dramaga yang mana posisinya dekat dengan kampus IPB. Hal ini mengingat bahwa mahasiswa terkenal dengan konsumen yang mencintai produk-produk murah-berkualitas sehingga tempe menjadi produk yang paling diburu. Tidak hanya tempat untuk berdagang, tempat produksinya pun sangat strategis yakni dekat dengan tempat pendistribusian dan terlewati aliran sungai sehingga biaya produksi dan distribusi dapat ditekan. Faktor ini juga yang menjadi alasan beberapa kenalan Pak Mamat untuk ikut melakukan kegiatan produksi tempe dengan beliau. SEGMENTASI, TARGETING, POSITIONING Segmentasi pasar Pak Mamat adalah konsumen kalangan menengah ke bawah karena melihat strategi-strategi yang digunakan oleh Beliau masih termasuk sederhana. Beliau tidak berusaha untuk lebih meningkatkan nilai tambah produknya dari produk tempe pada umumnya. Promosi yang dilakukan pun sangat minim. Beliau hanya akan memproduksi tempe sesuai dengan permintaan para pengecer yang datang padanya. Target pasar Pak Mamat adalah para konsumen biasa seperti ibu-ibu rumah tangga, warung-warung penjual makanan dan para pengecer seperti tukang sayur yang biasa membuka lapak dagangan di pinggir jalan daerah sekitar kampus. Pak Mamat memposisikan produk tempenya sebagai makanan yang bergizi, murah dan berkualitas. 2. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Penilaian kelayakan terhdap aspek teknis atau operasi ini penting untuk dilakukan sebelum suatu usaha dijalankan. Penentuan kelayakan teknis dan operasi akan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan proses operasi perusahaan. Oleh karena itu jika aspek teknis ini tidak dianalisis secara mendalam akan berdampak fatal terhadap proses produksi perusahaan di kemudian hari. Analisis dalam aspek teknis adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usaha. Aspek ini sangat penting untuk dianalisis karena nantinya aspek teknis usaha tersebut berimplikasi langsung terhadap biaya input tetap, biaya input variabel, jumlah output yang dapat dihasilkan dan penentuan harga output. Selain itu, analisis aspek teknis tersebut dapat memberikan informasi mengenai strategi produk, pemilihan teknologi, kapasitas produksi dan penentuan tata letak dan layout secara geografis. a) Lokasi Bisnis Dalam memilih lokasi untuk mendirikan sebuah pabrik, terdapat dua faktor penting yang perlu diperhatikan. Faktor utama yang sangat mempengaruhi keputusan penempatan lokasi bisnis ini yaitu meliputi bahan baku, pemasaran, biaya listrik dan air, tenaga dan transportasi, sedangkan faktor pendukungnya yaitu rencana masa depan, perluasan, fasilitas layanan, keuangan, harga tanah, peraturan daerah, sikap masyarakat, iklim lingkungan. Awalnya Pak Mamat berdagang tempe mengikuti keluarganya di daerah Sindangbarang Bogor. Namun setelah melihat prospek yang kurang menguntungkan, ia memutuskan untuk pindah ke lokasi lain yakni pasar Jumat (kini Pasar Darmaga). Pertimbangannya adalah karena ia melihat dilokasi tersebut belum ada produsen tempe yang juga berjualan disana sehingga tingkat persaingannya masih rendah dan peluang pasar Pak Mamat masih sangat lebar. Selain itu, lokasi yang dipilih Pak mamat terletak di pinggir kali sehingga memudahkan ia dalam membuang limbah berupa air asam dari proses produksi. Untuk limbah padat yang berupa bungkil-bungkil kedelai saat ini sudah ada yang secara rutin membelinya untuk pakan ternak sekitar Rp 10.000,00/hari. Dalam memasok bahan baku, tidak ada perbedaan biaya yang signifikan antara lokasi lama dengan lokasi baru. Faktor lain yang mendukung pemilihan lokasi baru adalah harga tanah yang termasuk murah, sikap masyarakat yang mendukung, dan mudah didapatkannya bantuan tenaga kerja untuk proses produksi. Sehingga saat ini di tempat Pak Mamat sudah terdapat lima orang yang menyewa alat-alat produksi Beliau untuk memproduksi tempe masing-masing dan terdapat dua orang pekerja tetap yang membantu Beliau dalam berproduksi. Kini, pasar Jumat telah menjadi pasar Darmaga. Semakin banyak pedagang yang datang dan memasarkan produk tempe disana. Untuk Pak Mamat sendiri, Beliau harus menyewa lapak di pasar tersebut sebesar 35 juta rupiah untuk jangka waktu 20 tahun. Walaupun sudah banyak pedagang tempe di kawasan tersebut, jumlah tempe yang diproduksi Pak Mamat relatif stabil karena Beliau telah memiliki pelanggan tetap yang terdiri dari pengecer, ibu rumah tangga, pedagang gorengan, pedagang warteg sampai dengan pedagang rumah masakan padang. b) Skala Usaha / Luas Produksi Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Sesuai dengan definisi Undang-undang No.9 Tahun 1995 usaha kecil merupakan usaha produktif dengan skala kecil. Usaha kecil memiliki kriteria kekayaan bersih paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), kekayaan usaha kecil ini tidak termasuk tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha kecil memiliki hasil penjualan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun dan bangkable untuk memperoleh kredit dari bank maksimal di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai maksimal Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Dari kriteria-kriteria diatas, skala usaha perusahaan tempe Pak Mamat dapat dikategorikan sebagai sebuah usaha skala kecil. Batasan Permintaan Pak Mamat memasarkan tempe dengan cara menitipkannya di sekitar 20 warung di pasar dramaga. Setiap hari mampu menjual 180 kg tempe/hari. Selain itu di pasar dramaga terdapat tempe dari perusahaan-perusahaan tempe lain yang jumlah totalnya sekitar 305 kg. 1. Kapasitas Mesin Mesin pemisah kulit kedelai dibeli Pak Mamat pada tahun 1994. Pada tahun tersebut mesin mampu memisahkan kulit kedelai sebanyak 125 kwintal/hari dan mampu bertahan dengan perbaikan sampai 11 tahun. Pada tahun 2005 Pak Mamat membeli mesin baru lagi namun untuk mesin yang kedua ini setiap dua bulan sekali biasanya mesin mengalami gangguan atau kerusakan. 2. Jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi Jumlah tenaga kerja terdapat 4 orang yakni Pak Mamat sendiri, istri dan dan dua karyawannya. Pak mamat rata-rata bekerja 8-10 jam/hari untuk proses produksi dan pemasaran, istri beliau dan dua orang karyawan bekerja rata-rata bekerja 3 jam/hari membantu proses produksi. Diluar jam-jam tersebut, istri Pak Mamat juga bekerja dengan waktu yang tidak tentu dalam pembukuan dan manajemen keuangan. 3. Kemampuan finansial dan manajemen perusahaan Kemampuan finansial dan manajemen perusahaan Pak Mamat cukup baik, namun beliau masih ragu untuk memperbesar skala usahanya karena takut memperbesar tingkat persaingan yang tidak sehat diantara sesame para produsen. 4. Kemungkinan adanya perubahan teknologi dimasa yang akan datang yang dapat meningkatkan efisiensi produksi. Melihat perkembangan usaha tempe Pak Mamat yang cukup stastis, kemungkinan besar perusahaan tempe Pak Mamat tidak akan melakukan perubahan teknologi produksi dimasa yang akan datang karena Beliau memang belum adanya keinginan untuk lebih memperbesar skala produksi. c) Pemilihan Teknologi Pemilihan teknologi yang digunakan untuk meningkatkan produk tidak terlepas dari jenis teknologi, seberapa jauh mekanisme, dan manfaat ekonomi yang diinginkan. Berdasarkan hasil survei kami di lapang, kami memperoleh data bahwa mesin yang digunakan untuk membuat tempe yang dimiliki Pak Mamat dapat dikatakan mampu memenuhi kebutuhan tempe untuk pasar Dramaga karena setiap hari Pak Mamat dan karyawannya mampu membuat tempe dengan jumlah kedelai yang digunakan adalah 180 kg/hari. Jika dilihat dari ketepatan jenis teknologi dan bahan mentah yang digunakan maka alat yang digunakan Pak Mamat termasuk kategori tradisional-sederhana karena masih konvensional dan mesinnya pun mudah untuk dioperasikan tanpa bantuan tenaga ahli. Begitu juga dengan proses pendistribusiannya kepada pelanggan, Pak Mamat dan karyawannya hanya menggunakan sebuah motor dan dua sepeda. Dampak mesin yang digunakan tersebut tidak merusak lingkungan karena proses produksi tempe sendiri tidak menghasilkan limbah sampingan yang merusak. Limbah yang dihasilkan hanya berupa air asam yang konsentrasinya tidak terlalu besar dan juga bungkil-bungkil kedelai yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. d) Pemilihan Alat dan Perlengkapan Lain Selain menggunakan mesin sederhana sebagai teknologi utama, diperlukan beberapa perangkat alat pelengkap dalam memproduksi tempe. Diantaranya adalah gentong plastik, tungku perapian (awalnya menggunakan kompor), kayu (pengganti dari minyak tanah), tampah, cetakan, drum untuk merebus kedelai. Untuk drum ini, Pak Mamat selalu menggantinya setiap tiga bulan sekali karena drum ini selalu terpanggang api besar sehingga tingkat kerusakannya tinggi. Harga input variabel yakni : drum dengan harga Rp 120.000,00, kayu bakar seharga Rp 250.000,00 tiap lima hari sekali dan biaya perbaikan mesin sebesar 4juta rupiah. Untuk iuran air dan listrik bulanan kami belum mengetahui secara pasti. e) Proses Produksi dan Layout Produksi Gambar 1. Proses produksi Jika disimpulkan, proses pembuatan tempe ini tidak serta merta langsung jadi dalam waktu singkat. Namun perlu waktu yang cukup panjang yakni sekitar empat hari untuk mengolah dari bahan baku kedelai sampai terbentuk tempe. Nah untuk mensiasati hal ini, Pak Mamat melakukan tiga tahap proses produksi setiap harinya. Misalnya, di dalam satu hari, kegiatan produksi Pak Mamat adalah merebus kedelai yang baru datang, menggiling dan memberi ragi kedelai yang direndam dari kemarin, dan kemudian menjual tempe hasil fermentasi dari dua hari yang lalu. Dengan begitu, Pak Mamat tidak mengalami kevakuman dalam proses usahanya 3. Aspek Manajemen Dalam aspek manajemen, perlu adanya pembagian kerja yang jelas yang tergambar dalam struktur organisasi usaha sehingga pemerataan sumberdaya tercapai dan tidak terjadi pemborosan biaya dibagian-bagian tertentu dalam sebuah proses produksi. Bentuk usaha Pak Mamat adalah usaha keluarga dengan skala kecil menengah. Pelaku usaha ini hanya terdiri dari empat orang diantaranya Pak Mamat sendiri, istri dan dua orang karyawan yang statusnya masih terikat hubungan saudara. Gambar 3. Struktur Organisasi Usaha Walaupun terdapat struktur organisasi dalam usaha Pak Mamat ini, job desk masing-masing posisi kurang begitu diperhatikan dan bersifat lebih fleksibel. Hal ini terlihat pada tabel berikut, Tabel 1. Deskripsi tugas masing-masing personil dalam usaha NO NAMA SPESIFIKASI JABATAN KUALIFIKASI KEBUTUHAN (orang) UPAH/BULAN 1. Pak Ahmad Hasan (Pak Mamat) Key Person, pencetak tempe, dan penjual SD 1 Rp 900.000,- 2. Bu Neneng (istri) Pemegang keuangan, pengemasan dan persiapan akhir tempe yang akan dijual SD 1 Rp 900.000,- 3. Pak Dede dan Pian (karyawan) Merebus dan mencuci kedelai SD 2 Rp 900.000,- per orang Dari tabel tersebut terlihat bahwa, sebagai key person, Pak mamat tidak hanya memegang kendali dalam usaha tersebut. Beliau juga melakukan aktivitas-aktivitas teknis yang seharusnya dilakukan para karyawannya misalnya saja kegiatan mencetak dan menjual tempe. Begitu juga yang dilakukan Bu Neneng. Hal tersebut dilakukan karena mengingat kapasitas kerja kedua karyawan yang terbatas dan keinginan untuk menambah pegawai belum ada. Pak Mamat juga sering memberikan tunjangan kepada karyawannya berupa uang, makanan, pakaian yang diberikan minimal setahun sekali yakni saat lebaran. Biaya dokter saat pegawai sakit pun ditanggung Pak Mamat. 4. Aspek Hukum Penilaian atas aspek hukum sendiri sangat penting mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, segala prosedur yang berkaitan dengan izin atau berbagai persyaratan lain harus terlebih dahulu dipenuhi. Bagi penilai studi kelayakan bisnis, dokumen yang perlu diteliti keabsahan, kesempurnaan dan keasliannya meliputi badan hukum, perizinan yang dimiliki, sertifikat tanah maupun dokumen pendukung lainnya. Dalam menjalankan sebuah usaha, selalu tidak terlepas dari aspek hukum dan perizinan yakni diantaranya adalah kelengkapan untuk membangun sebuah usaha yang diperoleh dari pemerintah seperti surat ijin usaha. Dari hasil survey yang telah kami lakukan, perusahaan tempe Pak Mamat tidak memiliki surat ijin usaha karena skala produksinya tidak terlalu besar. Beliau hanya mendaftarkan usahanya tersebut ke kantor desa dan untuk biaya administrasinya, Pak Mamat ditarik iuran sebesar Rp 5.000,00 per bulan. Untuk aktivitas penjualan, awalnya Pak Mamat tidak harus membayar lapak yang menjadi tempat beliau jualan. Namun sejak munculnya Pasar Dramaga dan dengan sistem manajemen pasar yang baru, maka Pak Mamat diharuskan membayar biaya sewa lapak sebesar 35juta rupiah untuk jangka waktu 20tahun. Untuk mendaftarkan usaha tempe Pak mamat ini sebagai salah satu pengguna tempat di pasar Dramaga, tidak diperlukan persyaratan khusus. Pak Mamat hanya menerima Surat Hak Guna dari pengelola pasar sebagai bukti pembayaran sewa lapak yang dilakukan. Sistem sewa ini akan berakhir jika masa sewa sudah habis, atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di pasar misalnya kebakaran atau perombakan sistem pasar. 5. Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk membuat keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan dividen. Keputusan pendanaan difokuskan untuk mendapatkan usaha optimal dalam rangka mendapatkan dana/dana tambahan untuk mendukung kebijakan investasi. Studi keuangan ini sangat perlu dilakukan agar dapat lebih memberikan pendalaman ke arah bagaimana dana akan dialokasikan oleh perusahaan. Tabel 2. Modal tetap atau dana investasi BISNIS : TEMPE NO. KELOMPOK BIAYA RUPIAH JUMLAH KETERANGAN 1. Pungutan dari pemerintah desa + pajak bumi dan bangunan Rp 100.000/tahun 1 Hasil akumulasi perbulan 2. Tanah : a. Pembelian Rp. 3.500.000 1 bidang Luas lahan tidak diketahui. Pak mamat membeli lahan dari temannya. Lahan termasuk rumah dan pabrik 3. Gedung dan bangunan lain a. Bangunan pabrik b. Sewa bangunan lapak Rp. 7.000.000 Rp. 35.000.000 1 bangunan Termasuk fasilitas didalam pabrik Sisa umur sewa sekitar 20 tahun lagi 4. Mesin a. Pembelian RP. 2.000.000 1 buah Mesin kedua (tahun 2005) 5. Kendaraan : sepeda motor kharisma 125 D Rp. 9.000.000 1 buah Jumlah dana modal tetap Modal kerja Tabel 3. Bahan baku per periode produksi INPUT VARIABEL HARGA (Rp) Kedelai 900.000 Kayu bakar 60.000 Plastik 60.000 Daun pisang 10.000 Total 1.030.000 Tabel 4. Biaya produksi perbulan Input variabel Biaya (Rp) Tenaga kerja @ 60.000 180.000 Iuran listrik + air 100.000 Total 280.000 Sumber pembiayaan dan investasi Awalnya, modal yang digunakan dalam proses produksi tempe adalah modal sendiri sehingga kelemahannya adalah jumlah produksi tempe yang terbatas. Namun saat ini, ada dua toko langganan yang mau menginvestasikan bahan baku kedelainya untuk di usahakan Pak Mamat dengan sistem bayar diakhir produksi setelah produk terjual. 6. Aspek Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi Aspek ekonomi-sosial dan lingkungan juga perlu di pertimbangkan karena dampak yang ditimbulkan nantinya akan sangat luas apabila perusahaan/investor salah dalam melakukan penilaian terhadap aspek tersebut. Dampak ini tidak hanya akan mempengaruhi internal perusahaan atau investor saja, tetapi juga bagi masyarakat dan pemerintah. Bagi masyarakat adanya investasi dapat memberikan peluang dalam peningkatan kesejahteraan, sementara itu bagi pemerintah, adanya investasi dapat meningkatkan pendapatan baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Lingkungan pun jangan sampai dilupakan kelestariannya karena dampak buruk pada jangka panjang yang dihasilkan akan sangat merugikan masyarakat sekitar dan pada akhirnya usaha tersebut tidak diharapkan lagi keberadaannya. Menilik dari hal-hal tersebut, dengan adanya perhatian terhadap aspek sosial-ekonomi dan lingkungan, diharapkan berdirinya suatu proyek/bisnis akan memberikan manfaat positif yang lebih banyak dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkannya. Pendirian pabrik ini awalnya adalah lahan kosong yang tidak digunakan pemiliknya, namun kini lahan tersebut telah memberikan kesejahteraan pada kehidupan Pak Mamat dan beberapa produsen maupun pengecer tempe lainnya. Selain itu, keberadaan usaha Pak Mamat ini, dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi lima orang pengrajin tempe yang saat ini bergabung dalam usaha pembuatan tempe di tempat Pak Mamat. Selain untuk mendapatkan penghasilan, salah satu tujuan pendirian pabrik ini adalah untuk mensuplai kebutuhan tempe di pasar Dramaga dan beberapa warung kecil disekitarnya. Adanya pabrik tempe ini akan memudahkan para pengecer dan pemilik rumah makan mendapatkan tempe yang segar tanpa bersusah payah untuk mendapatkannya. Secara umum, pabrik tempe Pak Mamat ini cenderung bersifat ramah lingkungan. Dampak negatif yang mungkin timbul akibat adanya kegiatan operasional pabrik adalah polusi suara yang ditimbulkan dari generator pemecah kedelai. Namun polusi suara tersebut tidak begitu mempengaruhi kehidupan masyarakat karena suaranya cukup teredam dalam pabrik dan tidak dioperasikan selama 24 jam. Pabrik tempe ini tidak menghasilkan limbah yang mengganggu masyarakat. Limbah bungkil kedelai dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh pihak lain. Sedangkan air cucian dari kedelai yang mengalir ke sungai dibelakang rumah juga tidak mengganggu karena selain masyarakat tidak menggunakan air kali tersebut, air tersebut justru memberikan pengaruh positif terhadap persawahan yang berada disekitar pabrik menjadi lebih subur. 3.2 Kelayakan Aspek Finansial 1. Asumsi Dasar Analisis aspek keuangan dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan proyek berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria kelayakan usaha yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net B/C, Break Even Point (BEP), Payback Periode (PBP). Beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam analisis finansial adalah sebagai berikut: a. Periode analisis adalah selama 20 tahun, hal ini dikarenakan umur ekonomis pabrik produksi adalah 20 tahun b. Perhitungan menggunakan basis harga tetap (fixed price) dan penentuan harga menggunakan harga yang berlaku pada periode pengambilan data yaitu pada bulan September 2011 c. Harga jual yang digunakan adalah Rp 3.000,00-Rp 3.500,00 yaitu harga jual produsen kepada konsumen akhir dan pengecer d. Jenis peralatan yang digunakan adalah peralatan yang tersedia di lapangan dan jumlah kebutuhan peralatan yang digunakan telah tersedia di lapangan. e. Luas lahan yang diteliti sesuai dengan keadaan yang ada dilapangan yaitu : 70 m2 f. Tempe diproduksi setiap hari. Sehingga dalam satu tahun tempe dapat diproduksi kurang lebih sebanyak 360 kali. g. Discount factor yang digunakan sesuai dengan suku bunga bank BRI, BNI dan Mandiri yaitu 12% per tahun. h. Analisis sensitivitas dilakukan pada kondisi harga bahan baku naik dan jumlah produksi turun. i. Perubahan harga input (harga bahan baku) pada analisis sensitivitas didasarkan pada perbedaan harga pembelian secara agregat di pasaran. j. Penurunan harga penjualan pada analisis sensitivitas didasarkan pada perbedaan jumlah produksi tempe rata-rata setiap harinya. 2. Komponen Inflow dan Outflow Komponen inflow usaha tempe Pak Mamat merupakan hasil dari penjualan tempe bungkus plastik. Tempe bungkus daun pisang, bungkil kedelai dan nilai sisa dari penyusutan. Untuk outflow, komponen-komponen penyusunnya yakni barang-barang investasi yang terdiri dari bangunan beserta lahannya, mesin pemecah kedelai, biaya sewa lapak, motor charisma 125D, drum, gentong, tungku, biaya perbaikan mesin. Dan biaya operasional yang terdiri dari biaya bahan baku kedelai, daun pisang, plastik, ragi, kayu bakar, listrik dan air, gaji pegawai, dan iuran administrasi desa. 3. Analisis Cash Flow dan Laporan Laba/Rugi Pada cashflow, kapasitas penjualan tempe Pak Mamat dari tahun ke tahun relative stabil. Dalam cashflow yang dilampirkan, besar inflow dan outflownya diasumsikan sama setiap tahunnya karena Pak Mamat tidak melakukan pencatatan rinci aktivitas produksinya. Pada cashflow usaha tempe Pak Mamat, komponen inflow terdiri dari tempe bungkus plastik, tempe bungkus daun pisang, bungkil kedelai dan nilai sisa dari penyusutan. Nilai total inflow tersebut adalah Rp 519.600.000,00. Pada komponen outflow terdapat biaya-biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi terdiri dari bangunan beserta lahannya, mesin pemecah kedelai, biaya sewa lapak, motor Kharisma 125D, drum, gentong, tungku, biaya perbaikan mesin yang nilai totalnya Rp 68.030.000,00. Dan biaya operasional yang terdiri dari biaya bahan baku kedelai, daun pisang, plastik, ragi, kayu bakar, listrik dan air, gaji pegawai, dan iuran administrasi desa yang total nilainya sebesar Rp 476.970.000,00. Total outflow semuanya adalah sebesar Rp 545.000.000,00. Pada laporan laba-rugi, komponen penyusun inlow dan outflownya hampir sama dengan komponen yang terdapat pada cashflow. Hanya saja, pada outflow laporan laba-rugi, tidak ada biaya investasi. Kriteria Investasi Terdapat empat kriteria paling umum yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi suatu usaha, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), Internal Rate Of Return (IRR), dan Payback Period (PBP) (Keown, et, al, 2001). Tabel 5. Nilai kriteria investasi kelayakan Kriteria Penilaian Investasi Usaha NPV 27.626.203,67 IRR 168 % PI (net B/C) 2,22 a. Net Present Value (NPV) : Hasil perhitungan kriteria investasi untuk net present value (NPV) diketahui bahwa pada usaha tempe Pak Mamat memiliki nilai NPV yang positif yaitu sebesar Rp 27.626.203,67. Artinya bahwa arus kas masuk usaha Pak Mamat lebih besar dari arus kas keluarnya, sehingga usaha ini dapat dikatakan menguntungkan dan layak diimplementasikan dalam jangka panjang. Nilai NPV menunjukkan hasil dari nilai arus kas yang masuk selama periode analisis yang didiskontokan dikurangi dengan nilai arus kas keluar yang didiskontokan. b. Profitability Index (PI) : PI disebut juga sebagai net B/C, yaitu perbandingan antara nilai sekarang dari keuntungan bersih masa depan pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif, yaitu biaya investasi awalnya. Pada usaha tempe Pak mamat, nilai net B/C nya yaitu sebesar 2,22. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha tempe Pak Mamat ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih dari 1. c. Internal Rate Of Return (IRR) : Nilai IRR yang diperoleh untuk usaha tempe Pak Mamat ini adalah sebesar 168%. Nilai tersebut lebih besar dari nilai suku bunga deposito untuk UKM-UKM yaitu sebesar 12 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha tempe Pak Mamat ini layak untuk dijalankan. Analisis Sensitivitas/Switching Value Hasil analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap perubahan yang mungkin terjadi. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu presentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Skenario yang digunakan pada analisis sensitivitas penelitian ini adalah biaya naik harga turun, harga tetap biaya naik, dan harga turun biaya tetap. Penentuan skenario pada analisis sensitivitas ini berdasarkan perubahan harga yang diketahui dengan melakukan pengamatan. Analisis sensitivitas pada usaha tempe Pak Mamat ini menggunakan kriteria analisis penurunan jumlah produksi dan kenaikan harga bahan baku. No Kriteria Kriteria Analisis NPV IRR net B/C 1 Penurunan Produksi (%) a. 0 27626203.67 168% 2.22 b. 2.5 2254037.418 80% 1.07 c. 3 -2820395.832 69% 0.92 2 Kenaikan Harga Kedelai (%) a. 0 27626203.67 168% 2.22 b. 4 761557.0506 77% 1.02 c. 4.5 -2596523.78 70% 0.93 Analisis sensitivitas dilakukan dengan melihat BEP, IRR, net B/C dan BEP. Hasil analisis sensitivitas dapat dilihat pada table diatas. Dari table di atsa terlihat bahwa usaha Tempe Pak Mamat masih layak dilakukan (masih memberikan nilai NPV positif, IRR diatas laju inflasi, net B/C diatas 1) walaupun harga kedelai mengalami kenaikan 4% dan penjualan hanya 97,5% dari produksi. IV. KESIMPULAN Studi kelayakan bisnis tempe pak mamat dikaji dalam tiga aspek yaitu analisis non finansial, analisis finansial dan analisis sensivitas usaha, dari ketiga aspek kajian tersebut secara garis besar usaha Tempe Pak Mamat layak untuk dijalankan walaupun ada faktor –faktor di luar analisis yang mungkin berpengaruh terhadap beberapa hasil kelayakan. V. DAFTAR PUSTAKA Puslata UT. 2010. Pengantar Bisnis. [Terhubung Berkala] http://pustaka.ut.ac.id/ [ diakses tanggal 15 September 2011] Erida. 2010. Jurnal Manajemen Pemasaran Universitas Jambi. [terhubung berkala] http://www.docstoc.com/docs/19916413/jurnal-manajemen-pemasaran-modern [diakses tanggal 15 September 2011] http://www.scribd.com/doc/7806097/Proposal-Skripsi-Studi-Kelayakan-Bisnis http://murtaqicomunity.wordpress.com/category/materi-kuliah/studi-kelayakan-bisnis/ Nurmalina, Rita dkk. 2002. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. http://www.scribd.com/doc/7806097/Proposal-Skripsi-Studi-Kelayakan-Bisnis http://murtaqicomunity.wordpress.com/category/materi-kuliah/studi-kelayakan-bisnis/ http://belajarusahakecil.blogspot.com/2009/01/usaha-kecil.html [diakses tanggal 28 Desember 2011] Rasyid, Kemal Muhammad. 2007. Studi Kelayakan Bisnis Pengembangan Produk Pendamping Beras “Gari” dalam Industri Rumah Tangga Di Kabupaten Boyolali Dengan Konsep Ekonomi Syari’ah. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sutrisno, Endar. 2006. Studi Profil Industri Tempe Berdasarkan Tingkat Kesuksesan (Studi Kasus Industri Tempe di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Winarno. 1985. Studi Kelayakan Pemukiman Industri Kecil (PIK) Komoditi Tahu Tempe di Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Narundana, Vonny Tiara. 2011. Studi Kelayakan Bisnis Tanaman Buah Jambu Kristal Pada Kelompok Tani Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. LAMPIRAN CASHFLOW USAHA TEMPE PAK MAMAT SELAMA 10 TAHUN NO URAIAN TAHUN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 INFLOW a. Tempe bungkus daun 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 b. Tempe bungkus plastik 378,000,000 378,000,000 378,000,000 378,000,000 378,000,000 378,000,000 378,000,000 378,000,000 378,000,000 378,000,000 c. Bungkil kedelai 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 c. Nilai Sisa 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 1 TOTAL INFLOW 519,600,000 519,600,000 519,600,000 519,600,000 519,600,000 519,600,000 519,600,000 519,600,000 519,600,000 519,600,000 OUTFLOW A INVESTASI Bangunan 7,000,000 Lahan 14,000,000 Gentong 10,000 Tungku 20,000 Mesin pemecah kedelai 2,000,000 Sewa lapak pasar 35,000,000 Motor Kharisma 125D 10,000,000 Total Investasi 68,030,000 - - - - - - - - - B Biaya Operasional Kedelai 324,000,000 324,000,000 324,000,000 324,000,000 324,000,000 324,000,000 324,000,000 324,000,000 324,000,000 324,000,000 Daun pisang 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 Plastik 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 Ragi 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 Kayu Bakar 90,000,000 90,000,000 90,000,000 90,000,000 90,000,000 90,000,000 90,000,000 90,000,000 90,000,000 90,000,000 Drum 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 Perbaikan mesin 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000 Listrik dan air 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pekerja 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 Iuran administrasi 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 Total Biaya Produksi/ Operasional 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 2 TOTAL OUTFLOW 545,000,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 476,970,000 3 Net Benefit -25400000 42,630,000 42,630,000 42,630,000 42,630,000 42,630,000 42,630,000 42,630,000 42,630,000 42,630,000 4 DF 12 % (asumsi untuk UKM) 0.89 0.40 0.24 0.16 0.11 0.08 0.06 0.05 0.04 0.03 5 PV net benefit -22678571.43 16992187.50 10114397.32 6773033.92 4837881.37 3599614.12 2754806.72 2152192.75 1708089.48 1372571.91 6 PV benefit 463,928,571 207,110,969 123,280,339 82,553,798 58,966,999 43,874,255 33,577,236 26,232,216 20,819,219 16,729,729 7 PV biaya 486,607,143 190,118,782 113,165,942 75,780,764 54,129,117 40,274,641 30,822,429 24,080,023 19,111,129 15,357,157 8 PV (+) 50,304,775 9 PV (-) -22,678,571 10 NPV 27626203.67 11 gross B/C 1.03 12 net B/C 2.22 13 IRR 168% LAPORAN LABA RUGI SELAMA 10 TAHUN NO URAIAN TAHUN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 PENERIMAAN a. Tempe bungkus daun 108,000,000.00 108,000,000.00 108,000,000.00 108,000,000.00 108,000,000.00 108,000,000.00 108,000,000.00 108,000,000.00 108,000,000.00 108,000,000.00 b. Tempe bungkus plastik 378,000,000.00 378,000,000.00 378,000,000.00 378,000,000.00 378,000,000.00 378,000,000.00 378,000,000.00 378,000,000.00 378,000,000.00 378,000,000.00 c. Bungkil kedelai 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 d. Nilai Sisa 30,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 Total Penerimaan 519,600,000.00 519,600,000.00 519,600,000.00 519,600,000.00 519,600,000.00 519,600,000.00 519,600,000.00 519,600,000.00 519,600,000.00 519,600,000.00 2 PENGELUARAN 3 Biaya operasional-variabel a. Kedelai 324,000,000.00 324,000,000.00 324,000,000.00 324,000,000.00 324,000,000.00 324,000,000.00 324,000,000.00 324,000,000.00 324,000,000.00 324,000,000.00 b. Daun pisang 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 c. Plastik 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 d. Ragi 1,800,000.00 1,800,000.00 1,800,000.00 1,800,000.00 1,800,000.00 1,800,000.00 1,800,000.00 1,800,000.00 1,800,000.00 1,800,000.00 e. Kayu Bakar 90,000,000.00 90,000,000.00 90,000,000.00 90,000,000.00 90,000,000.00 90,000,000.00 90,000,000.00 90,000,000.00 90,000,000.00 90,000,000.00 4 Total biaya operasional-variabel 441,000,000.00 441,000,000.00 441,000,000.00 441,000,000.00 441,000,000.00 441,000,000.00 441,000,000.00 441,000,000.00 441,000,000.00 441,000,000.00 5 Margin kotor 78,600,000.00 78,600,000.00 78,600,000.00 78,600,000.00 78,600,000.00 78,600,000.00 78,600,000.00 78,600,000.00 78,600,000.00 78,600,000.00 6 Biaya operasional-tetap a. Listrik dan air 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 b. Gaji pekerja tetap 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 21,600,000.00 c. Iuran administrasi 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 d. biaya penyusutan 3,034,318.18 3,034,318.18 3,034,318.18 3,034,318.18 3,034,318.18 3,034,318.18 3,034,318.18 3,034,318.18 3,034,318.18 3,034,318.18 7 Total biaya operasional-tetap 37,834,318.18 37,834,318.18 37,834,318.18 37,834,318.18 37,834,318.18 37,834,318.18 37,834,318.18 37,834,318.18 37,834,318.18 37,834,318.18 8 Total Pengeluaran 478,834,318.18 478,834,318.18 478,834,318.18 478,834,318.18 478,834,318.18 478,834,318.18 478,834,318.18 478,834,318.18 478,834,318.18 478,834,318.18 9 laba kotor (EBIT) 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 10 bunga modal (0%) 11 laba sebelum pajak (EBT) 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 40,765,681.82 12 pajak penghasilan (10%) 4,076,568.18 4,076,568.18 4,076,568.18 4,076,568.18 4,076,568.18 4,076,568.18 4,076,568.18 4,076,568.18 4,076,568.18 4,076,568.18 13 laba bersih (EAT) 36,689,113.64 36,689,113.64 36,689,113.64 36,689,113.64 36,689,113.64 36,689,113.64 36,689,113.64 36,689,113.64 36,689,113.64 36,689,113.64

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer