NGGAK FAHAM EKONOMI

By Mardigu WP.

Ini pengalaman pribadi. Ini dunia saya 25 tahun dan ini adalah “bread butter” saya. Dunia tambang mineral oil &gas. Saya memiliki perusahaan di singapura semua pasti sudah tahu. Salah satu perusahaan saya adalah perusahaan kecil bergerak dalam bidang teknologi.

Teknologi berbasis environmental atau biotechnology. Hal ini menggabungkan dua dunia kesukaan saya, teknologi dan lingkungan hidup. Perusahaan ini memiliki lebih dari 5 patent internasional khusus dalam bidang pemanfaatan gas buang atau biasa di kenal dengan nama flare gas.

Asal muasalnya ketika teknologi ini sesungguhnya berbasis di majalaya dan tegal buatan nya. Secara mekanik dan electrikalnya. 9 tahun lalu mulai di bangun untuk pekerjaan shell singapura. Kontrak lengkap dari shell.

Biasa khan kita perlu modal maka seperti biasa kita ke bank. Bersama bank di Indonesia saya ada “keuntungannya” karena banyak banker yang saya kenal dalam hitungan tahunan. Konco lawas temen lama. Tak terkecuali direksi bank yang saya hendak pinjam uang.

Singkat cerita dia bertanya, mas ini mesin dari mana? Technology apa? Saya bilang ini telnologi putra bangsa, laksel technology dan mesin kami buat di majalaya dan tegal.

Mukanya berkerut, wah sulit mas kalau mesin beginian, kalau GE, siemens, sumitomo, dong fang bisa.

Hah, kata saya, mereka ngak bisa buat beginian. Ini teknologi specific untuk flare gas, ngak ada banyak pemainya ada simprogetti italia harga 5 kali lebih mahal. Ini kontrak sudah dapat dari shell singapura, saya menunjukan kontrak tersebut.

Di jawab dengan wajah bingung, ngak bisa mas, mas ada jaminanan, asset tanah, 2 kali nilai proyek?

Dalam hati saya, “ndas mu”! namun saya jawab sopan, kontrak proyek sama mesin ini saja jaminannya. Bagaimana?

Wah ngak bisa mas. Sulit, ini peraturan pemerintah dan BI.

Saya tanya, kalau bank lain. Di jawab olehnya, sama saja mas. Ngak bisa. Sudah pakai jaminan saja, tuh kantor mas gede nilainya, pakai itu saja, bagaimana?

Otak saya sudah ngak perduli dengan isi pembicaraannya. Saya pamit dan mengatakan ke asisten pribadi saya. Beli tiket singapura, bagian legal ber 3 dengan saya ke singapura, siang ini juga. Dan buatkan appointment kita buat perusahaan lagi di singapura. Guru juga di bawa demikain saya perintahkan, Gurunathan adalah salah satu partner saya orang india, asli tamilnadu. Yang kemudian jadi warga Negara singapura.

Inilah muasal lahirnya laksel EPS technology  Pte Ltd singapura. Guru kami jadikan managing director, padahal dia orang teknis yang ngak doyan manajemen, tapi penting buat posisi di mata bank di singapura.

 Kurang dari seminggu kredit keluar dari bank singapura. Mesin tetap majalaya dan tegal. Ini harga mati buat saya. Tetapi  urusan pembiayaan dan menghargai karya bangsa?   Saya dalam hati berkata “urusan begini” kapan Indonesia majunya. Teknologi kita anak bangsa TIDAK DI AKUI, TIDAK DI BIAYAI.

Cerita berlanjut, akhirnya mesin jadi dan di jalankan, shell senang kerena proven, terbukti, flare nya zero. Alias jadi nol. Ngak ada waste. Kemudian seleuruh shell singapura meminta dari 3 flare mereka di bersihkan juga oleh laksel. Di tambah 2 dari mobil oil 5 flare singapura sekarang nol. Singapura adalah Negara dengan zero flare country pertama di dunia.

Flare tersebut kami convert menjadi energy dalam kegunaan yang lain, sebagai listrik dan CO2 nya di convert dengan algae menjadi O2. Stabil berjalan hingga sekarang. Semua itu selesai di tahun 2014. Singapura bersih limbah flare.

Jadi apa yang di dapat dari “lesson learn” tulisan kali ini? kita titip pesan kepada pemimpin Indonesia nanti. Kita ubah system perbankan di Indonesia, kita ubah mindset befikir dunia keuangan, kita semua tahu khan dunia keuangan itu tidak melulu bank. Ini platform si sontoloyo. Ambil deh platform ekonomi nya. Bener deh, susah usaha berkembang dan negera berdaulat kalau pemimpin ngak faham ekonomi.

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer