TOLAK, PEMBANGUNAN CENTRE POINT INDONESIA

Menolak, bukan berarti tidak setuju dengan maksud dan tujuan pembangun Center Point Indonesia (CPI) yang di gagas oleh Gubernur Sulsel, Dr. H. Syahrul Limpo, SH, MSi, MH.

Menolak, karena beliau tidak komitmen dengan apa yang pernah beliau ungkapkan dalam setiap kampanyenya saat mencalonkan diri sebagai Gubernur Sulsel.
Di berbagai kesempatan orasi kampanyenya yang saya dengar langsung di beberapa daerah,
beliau menebar janji bahwa program utama SAYANG adalah Program Pendidikan gratis
dan Program Pelayanan Kesehatan Gratis.

Kenapa Program Pendidikan gratis?,
karena dengan memberikan pendidikan gratis, maka para orang tua sudah tidak lagi dipusingi
dengan biaya pendidikan. Dengan memberikan pendidikan kepada anak-anaknya
maka diharapkan ada peningkatan taraf hidup dalam keluarga tersebut.
Bapaknya yang tukang becak tidak lagi mendorong anaknya menjadi tukang becak
karena anaknya sudah punya pendidikan.
Tukang batu tidak lagi mengajak anaknya menjadi tukang batu
karena anaknya sudah punya pendidikan.
Artinya, dengan memberikan pendidikan kepada anak-anak
maka kehidupan rakyat kita akan menuju ke arah yang lebih baik.

Maka dari itu, SAYANG, memprogramkan pendidikan gratis sebagai program utamanya.
Bukan pembangunan gedung, bukan pembangunan proyek mercusuar dan sebagainya.
Biarlah dengan bekal pendidikan, anak-anak kitalah
yang akan membangun ribuan gedung dan ribuan megaproyek lainnya.

Namun belum setahun pemerintahan SAYANG,
belum lagi rakyat merasakan pendidikan gratis dan pelayanan kesehatan gratis
(di mana program pendidikan gratis sudah jadi program nasional),
megaproyek pembangunan CENTRE POINT INDONESIA (CPI)
justru menjadi “target” utama SAYANG.

Kalaulah program pendidikan gratis sudah menjadi program nasional
tidaklah berarti SAYANG harus mengabaikan janji-janjinya.
Sebab sebagai pemimpin yang bukan biasa-biasa saja
(sebagaimana pengungkapan saat kampanye dulu)
SAYANG haruslah berfikir untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan bermartabat.
Bukan sekedar angka-angka sudah berapa anak yang yang sekolah,
tetapi memberikan pendidikan dengan tulus & penuh cinta (film laskar pelangi).

Contoh kasus, di SD Negeri Bung Tamalanrea,
depan sekolah mereka menjadi tempat pembuangan sampah.
Setiap anak yang bersekolah di sana saat masuk sekolah disuguhi oleh pemandangan
dan bau sampah. Saat belajar mereka diracuni oleh aroma sampah,
dan ketika pulang, lagi-lagi dicecoki oleh pemandangan dan bau sampah.
Artinya apa? Di dalam otak mereka selalu dihiasi oleh sampah dan bau sampah.
Akibatnya mereka terbiasa dengan sampah yang bisa jadi
akhirnya mental mereka adalah mental sampah.

Belum lagi anak-anak yang sekolah di sana sudah tidak percaya lagi dengan guru
dan lingkungan mereka. Guru agama mereka mengajarkan bahwa Kebersihan
adalah sebahagian dari iman. Guru kesehatan mereka mengajarkan
bahwa kebersihan adalah pangkal kesehatan.
Apakah anak-anak itu akan percaya dengan guru-guru mereka?
Dalam hati mereka akan berkata, itu semua teori. Itu semua bohong.
Sekolah kami tidak bersih, sekolah kami tidak sehat.

Belum lagi pandangan anak-anak sekolah tersebut terhadap lingkungannya,
di mana sekolah tersebut dikelilingi oleh beberapa perguruan tinggi,
beberapa lembaga dakwah, dekat dengan rumah sakit dan sebagainya.
Anak-anak tersebut akan berfikir, pada kemana orang-orang dewasa tersebut?
pada kemana kepedulian mereka?

Contoh lain SDN Karuwisi yang berada di dekat Fajar Graha Pena
dan Kantor Kejaksaan Tinggi Sulsel di Jalan Urip Sumoharjo.
Anak-anak bisa bersekolah di SD tersebut,
tapi kondunsifkah mereka menerima pelajaran
sementara sekolah mereka sangat bising dengan suara lalu lalang kendaraan?
Amankah meraka? Sehatkah sekolah mereka sementara polusi debu
dan asap kendaraan senantiasa meracuni mereka?.

Wal hasil, mereka bisa sekolah gratis,
tapi mereka tidak mendapat pendidikan dan pengajaran yang layak



Tolong, hentikan dulu pembangunan CPI itu,
berilah anak-anak kita pendidikan yang layak.
Berikan mereka pendidikan dengan cinta.
Bukan dengan angka-angka (sekali lagi film laskar pelangi).
Sebab masih banyak sekolah di daerah kita ini yang butuh perhatian,
butuh pembenahan. Kalau sekolah mereka sudah layak dan berkualitas,
maka mereka bukan hanya akan membangun seribu CPI yang megah,
tapi mereka akan mengisi gedung tersebut dengan orang-orang yang bersih dan berakhlak.

Terakhir, hentikan pembangunan CPI itu,
karena masih banyak rakyat sulsel yang menderita gizi buruk.
Masih banyak rakyat kita yang belum merasakan apa namanya pelayanan kesehatan gratis.

Alihkan dana pembangunan CPI itu ke pendidikan layak dan berkualitas,
gizi yang sehat untuk rakyat, serta percepatan program pelayanan kesehatan gratis.

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer