Laporan Dasbiotek
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tahun 1957, Skoog dan Miller mengemukakan bahwa regenerasi tunas dan akar in vitro dikontrol secara hormonal oleh sitokinin dan auksin. Organogenesis adalah proses terbentuknya organ seperti tunas dan akar, baik secara langsung dari permukaan eksplan atau secara tidak langsung melalui pembentukan kalus terlebih dahulu. Dengan menggunakan eksplan empulur tembakau, Skoog dan Miller mendemonstrasikan bahwa nisbah sitokinin dan auksin yang tinggi mendorong pembentukan tunas, sedangkan nisbah sitokinin dan auksin yang rendah mendorong pembentukan akar. Jika diberi dalam jumlah yang seimbang, sitokinin dan auksin akan mendorong pembentukan kalus (Yusnita, 2003).
Zat pengatur tumbuh yang banyak digunakan dalam kultur jaringan adalah auksin dan sitokinin. Salah satu zat pangatur tumbuh yang digolongkan auksin adalah asam 2,4-D. Peran auksin adalah merangsang pembelahan dan perbesaran sel yang terdapat pada pucuk tanaman dan menyebabkan
pertumbuhan pucuk-pucuk baru. Penambahan auksin dalam jumlah yang lebih besar, atau penambahan auksin yang lebih stabil, seperti asam 2,4-D cenderung menyebabkan terjadinya pertumbuhan kalus dari eksplan dan menghambat regenerasi pucuk tanaman (Wetherell, 1982).
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperkenalkan kepada mahasiswa cara untuk meningkatkan keragaman genetik dari sel somatik melalui induksi kalus secara in vitro.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 Oktober 2010, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan tanaman yang diigunakan untuk induksi keragaman genetik pada praktikum ini adalah planlet krisantimum yang dikulturkan pada media MS tanpa zat pengatur tumbuh. Bagian tanaman yang digunakan untuk menginduksi kalus adalah daun dan internode. untuk menginduksi kalus, media yang digunkan adalah MS + 1 mg/l BAP + 20 g/l gula, agar 6 g/l, pH 5,8. Sebagai perlakuan digunakan 1 (D1), 2 (D2), 3 (D3), dan 4 (D4) mg/2,4-D , yang ditambahkan ke dalam medium MS tadi serta diberi kinetin (golongan sitokinin) agar bisa terbentuk tunas.
Prosedur Kerja
1. Keluarkan planlet dari botolnya buang bagian akar dan daun yang sudah kering. Selanjutnya letakkan dalam cawan petri yang steril.
2. Potong daun dibagian pangkal tangkai daun (daun tanpa tangkai daun) dan internode pada planlet krisantimum. Daun dan internode dilukai dengan pisau atau gunting.
3. Tanam daun dan internode yang telah dilukai pada media perlakuan sebanyak 5 ekspaln per botol. Daun dan internode ditanam pada botol yang berbeda.
4. Beri kode dibagian tututp bototl seperti jenis tanaman, jenis eksplan, dan tanggal tanamn.
5. Simpan kultur di ruang kultur dan amati perubahan yang terjadi. Lakukan pengamatan setiap minggu.
Latar Belakang
Pada tahun 1957, Skoog dan Miller mengemukakan bahwa regenerasi tunas dan akar in vitro dikontrol secara hormonal oleh sitokinin dan auksin. Organogenesis adalah proses terbentuknya organ seperti tunas dan akar, baik secara langsung dari permukaan eksplan atau secara tidak langsung melalui pembentukan kalus terlebih dahulu. Dengan menggunakan eksplan empulur tembakau, Skoog dan Miller mendemonstrasikan bahwa nisbah sitokinin dan auksin yang tinggi mendorong pembentukan tunas, sedangkan nisbah sitokinin dan auksin yang rendah mendorong pembentukan akar. Jika diberi dalam jumlah yang seimbang, sitokinin dan auksin akan mendorong pembentukan kalus (Yusnita, 2003).
Zat pengatur tumbuh yang banyak digunakan dalam kultur jaringan adalah auksin dan sitokinin. Salah satu zat pangatur tumbuh yang digolongkan auksin adalah asam 2,4-D. Peran auksin adalah merangsang pembelahan dan perbesaran sel yang terdapat pada pucuk tanaman dan menyebabkan
pertumbuhan pucuk-pucuk baru. Penambahan auksin dalam jumlah yang lebih besar, atau penambahan auksin yang lebih stabil, seperti asam 2,4-D cenderung menyebabkan terjadinya pertumbuhan kalus dari eksplan dan menghambat regenerasi pucuk tanaman (Wetherell, 1982).
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperkenalkan kepada mahasiswa cara untuk meningkatkan keragaman genetik dari sel somatik melalui induksi kalus secara in vitro.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 Oktober 2010, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan tanaman yang diigunakan untuk induksi keragaman genetik pada praktikum ini adalah planlet krisantimum yang dikulturkan pada media MS tanpa zat pengatur tumbuh. Bagian tanaman yang digunakan untuk menginduksi kalus adalah daun dan internode. untuk menginduksi kalus, media yang digunkan adalah MS + 1 mg/l BAP + 20 g/l gula, agar 6 g/l, pH 5,8. Sebagai perlakuan digunakan 1 (D1), 2 (D2), 3 (D3), dan 4 (D4) mg/2,4-D , yang ditambahkan ke dalam medium MS tadi serta diberi kinetin (golongan sitokinin) agar bisa terbentuk tunas.
Prosedur Kerja
1. Keluarkan planlet dari botolnya buang bagian akar dan daun yang sudah kering. Selanjutnya letakkan dalam cawan petri yang steril.
2. Potong daun dibagian pangkal tangkai daun (daun tanpa tangkai daun) dan internode pada planlet krisantimum. Daun dan internode dilukai dengan pisau atau gunting.
3. Tanam daun dan internode yang telah dilukai pada media perlakuan sebanyak 5 ekspaln per botol. Daun dan internode ditanam pada botol yang berbeda.
4. Beri kode dibagian tututp bototl seperti jenis tanaman, jenis eksplan, dan tanggal tanamn.
5. Simpan kultur di ruang kultur dan amati perubahan yang terjadi. Lakukan pengamatan setiap minggu.
Komentar