Broiler Performances Fed Diet Contained Jatropha curcas L. Meal Fermented with Rhizopus oligosporus
Versi online:
http://medpet.journal.ipb.ac.id/
DOI: 10.5398/medpet.2011.34.2.117
Media Peternakan, Agustus 2011, hlm. 117-125
EISSN 2087-4634
Terakreditasi B SK Dikti No: 43/DIKTI/Kep/2008
Performa Ayam Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Bungkil Biji Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.) Hasil Fermentasi Menggunakan Rhizopus oligosporus
Sumiatia, *, Farhanuddina, W. Hermanaa, A. Sudarmana, N. Istichomaha, & A. Setiyonob
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
b
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
Jln. Agatis Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
(Diterima 26-04-2011; disetujui 13-06-2011)
a
ABSTRAK
Bungkil biji jarak pagar (BBJP) mengandung protein tinggi (58%-60%), namun ketersediaan
protein tersebut sangat rendah, disebabkan beberapa zat antinutrisi yang terkandung dalam BBJP,
diantaranya curcin dan phorbolesther. Zat antinutrisi tersebut mengganggu metabolisme dan sintesis
protein dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh pemberian BBJP
hasil fermentasi menggunakan Rhizopus oligosporus pada ayam broiler. Penelitian menggunakan
anak ayam umur satu hari (d.o.c) strain Ross sebanyak 96 ekor (bobot badan awal rata-rata 45,6±1,7
g/ekor) dan dipelihara selama 5 minggu. Perlakuan ransum yang diberikan adalah: R0 (ransum tanpa
BBJP), R1 (ransum mengandung 3% BBJP fermentasi), R2 (ransum mengandung 6% BBJP fermen-
tasi) dan R3 (ransum mengandung 9% BBJP fermentasi). Data dianalisis menggunakan sidik ragam
(ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian BBJP fermentasi sebanyak 3%–9%
dalam ransum ayam broiler periode starter dan grower-finisher sangat nyata menurunkan (P<0,01)
konsumsi ransum, bobot badan akhir, dan pertambahan bobot badan. Pemberian BBJP fermentasi
sebanyak 9% sangat nyata meningkatkan (P<0,01) angka mortalitas ayam broiler pada periode starter
maupun grower-finisher. Fermentasi BBJP menggunakan R. oligosporus belum efektif dalam menu-
runkan antinutrisi yang tercermin dari tidak adanya perbaikan performa ayam broiler.
Kata kunci: ayam broiler, bungkil biji jarak pagar, Rhizopus oligosporus
ABSTRACT
Jatropha curcas meal (JCM) contains high crude protein (58%-60%), but it can not be used
properly because of anti-nutritional contents known as curcin and phorbolesther. These components
interferes protein metabolism and body protein synthesis. This study was conducted to evaluate the
effect of feeding fermented JCM using Rhizopus oligosporus on broilers’ performances. Ninety six
of day old chicks of Ross strain broiler (initial body weight 45.6±1.7 g) were used and reared for five
weeks. The treatments were: R0 (diet without JCM), R1 (diet contained 3% fermented JCM), R2 (diet
contained 6% fermented JCM) and R3 (diet contained 9% fermented JCM). A completely randomize
design with 4 treatments and 4 replications was assigned in this experiment. The data were analyzed
using analysis of variance (ANOVA). The results indicated that feeding fermented JCM at the level of
3% to 9% in starter and grower-finisher broilers highly significant reduced (P<0.01) feed consumption,
body weight and body weight gain. Feeding JCM at the level of 9% (R3) highly significant increased
(P<0.01) the mortality rate of starter as well as grower-finisher period broilers. Fermentation of JCM
using R. oligosporus indicated no effective detoxification process in relation to the improvement of
broiler performances.
Key words: broilers, Jatropha curcas L meal, Rhizopus oligosporus
* Korespondensi:
e-mail: y_sumiati@yahoo.com
Edisi Agustus 2011
117
SUMIATI ET AL.
Media Peternakan
PENDAHULUAN
Bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) meru-
pakan hasil samping pengolahan biji jarak menjadi mi-
nyak jarak. Potensi bungkil biji jarak pagar di Indonesia
saat ini sangat besar. Menurut Departemen Pertanian
(2008), produktivitas tanaman jarak berkisar 3,5-4,5 kg
biji/pohon/tahun ketika ditanam di atas tanah seluas
lebih kurang 37541,5 ha. Produksi akan stabil setelah
tanaman berumur lebih dari satu tahun dan bila dipe-
lihara dengan baik, tanaman pagar dapat berumur 20
tahun.
Menurut Akintayo (2004), bungkil biji jarak me-
ngandung protein kasar 24,6%; lemak kasar 47,25%;
serat kasar 10,12%; air 5,54%; abu 4,5%; dan karbohidrat
7,9%. Martinez-Herrera et al. (2006) menyatakan bahwa
bungkil biji jarak mengandung protein tinggi (31%-35%)
dengan komposisi asam amino dalam keseimbangan
yang baik menurut pola FAO/WHO, kecuali lisin.
Kandungan asam amino (kecuali lisin) pada bungkil
biji jarak lebih tinggi dibandingkan pada bungkil
kedelai (Makkar & Becker, 2009). Menurut Abu-Arab
& Abu-Salem (2010), bungkil biji jarak juga kaya akan
mineral makro maupun mikro. Bungkil biji jarak pagar
mengandung Ca 34,21 mg/kg; P 185,17 mg/kg; Mn 28,37
mg/kg; dan Zn 47,13 mg/kg. Kandungan nutrien yang
tinggi dalam bungkil biji jarak pagar tersebut tidak bisa
dimanfaatkan secara optimal oleh ternak unggas, karena
adanya kandungan racun, seperti curcin/lectin dan phor-
bol ester yang berbahaya (Makkar et al., 2008). Phorbol
ester menyebabkan berbagai efek fisiologis dalam sel
pada berbagai jaringan (Silinsky & Searl, 2003). Menurut
Haas et al. (2002), phorbol ester adalah diterpenes yang
mempunyai struktur kerangka tigliane, dan pada J.
curcas terkandung 6 phorbol ester. Racun tersebut di atas,
terutama phorbol ester menyebabkan bungkil biji jarak
sangat beracun jika diberikan pada ternak kalau tidak
diolah terlebih dahulu. Aregheore et al. (2003) melapor-
kan bahwa terjadi tingkat kematian yang tinggi dan
perubahan patologi yang parah pada ayam Hisex Brown
yang diberi ransum mengandung 0,5% biji J. curcas.
Menurut Lin et al. (2003), curcin mempunyai kekua-
tan menghambat sintesis protein dalam tubuh. Curcin
dalam bungkil biji jarak pagar bersifat tidak stabil
dengan panas, sehingga racun tersebut dapat dihilang-
kan dengan perlakuan pemanasan. Sementara, phorbol
ester tidak dapat rusak dengan perlakuan pemanasan
bahkan dengan suhu pemanggangan (roasting) sekitar
160 oC selama 30 menit karena racun ini bersifat stabil
(Martinez-Herrera et al., 2006). Racun dalam bungkil
tersebut dapat dikurangi dengan perlakuan kimiawi
(Aregheore et al., 2003). Belewu & Sam (2010) melapor-
kan bahwa fermentasi bungkil biji jarak menggunakan
Rhizopus oligosporus dapat menurunkan berbagai anti
nutrisi, yaitu inhibitor tripsin, curcin, saponin, asam fitat
dan phorbolester. Menurut Han et al. (2003), R. oligospo-
rus menghasilkan enzim protease, lipase, α-amylase,
glutaminase, dan α-galactosidase. Adanya enzim-enzim
tersebut diharapkan dapat menurunkan antinutrisi dan
racun yang terkandung dalam bungkil biji jarak pagar
dan sekaligus meningkatkan nilai nutrisinya.
118
Edisi Agustus 2011
Oleh karena itu, salah satu upaya yang dilakukan
untuk detoksifikasi racun dalam bungkil biji jarak pagar
pada penelitian ini adalah secara biologis dengan fer-
mentasi menggunakan R. oligosphorus. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian
bungkil biji jarak yang difermentasi menggunakan R.
oligosphorus terhadap performa ayam broiler.
MATERI DAN METODE
Ternak dan Peralatan
Penelitian menggunakan 96 ekor ayam broiler umur
satu hari (day old chick) strain Ross yang dipelihara se-
lama 35 hari. Peralatan yang digunakan adalah kandang
sistem litter yang terbagi menjadi 16 petak yang terbuat
dari bambu dengan ukuran 1 x 1 x 1 m, dilengkapi
pemanas (brooder), tempat pakan dan air minum, dan
lampu pijar 60 watt.
Ransum dan Perlakuan
Ransum perlakuan terdiri atas:
R0 : Ransum tanpa bungkil biji jarak pagar
R1 : Ransum mengandung 3% bungkil biji jarak pagar
terfermentasi
R2 : Ransum mengandung 6% bungkil biji jarak pagar
terfermentasi
R3 : Ransum mengandung 9% bungkil biji jarak pagar
terfermentasi.
Ransum penelitian dibagi menjadi dua menurut
periode umur ayam, yaitu broiler starter (0-2 minggu)
dan grower-finisher (2-5 minggu) dengan komposisi dan
kandungan nutrien masing-masing terdapat pada Tabel
1 dan 2. Ransum disusun isokalori, isoprotein, serta
imbangan Ca : P yang sama (Leeson & Summers, 2005).
Peubah Penelitian dan Rancangan Percobaan
Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum (g/
ekor), bobot badan (g/ekor), pertambahan bobot badan
(PBB) (g/ekor), konversi ransum (PBB/konsumsi ran-
sum), dan mortalitas (%). Penelitian menggunakan ran-
cangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan
dan 4 ulangan dengan 6 ekor ayam setiap ulangan. Data
dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), bila terdapat
pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan
(Steel & Torrie, 1995).
Prosedur Fermentasi Bungkil Biji Jarak Pagar
Fermentasi bungkil biji jarak dilakukan dengan
mengikuti metode Rotib (1990) yang dimodifikasi.
Persiapan inokulan. Pembuatan media PDA (potato
dextro agar) miring diawali dengan mencampur PDA
sebanyak 4 g ditambah akuades steril 100 ml, dilarutkan
sampai homogen, kemudian dipanaskan hingga larutan
berwarna bening kemerahan. Larutan tersebut selan-
jutnya dituang sebanyak 3 ml ke dalam tabung reaksi,
kemudian dimasukkan ke dalam autoclave pada suhu
Vol. 34 No. 2
PERFORMA AYAM BROILER
Tabel 1. Susunan dan kandungan nutrien ransum ayam broiler periode starter (umur 0-2 minggu)
Perlakuan (%)
R0 R1 R2 R3
Jagung kuning 52,2 54,4 52,7 50,5
Dedak padi 10,0 5,0 5,0 5,0
Bungkil kedelai 23,0 22,8 21,5 20,7
Komposisi bahan (%)
Bungkil biji jarak
0,0 3,0 6,0 9,0
10,0 10,0 10,0 10,0
Minyak 2,5 2,5 2,5 2,5
DCP 0,8 0,8 0,8 0,8
CaCO3 0,9 0,9 0,9 0,9
DL-Metionina 0,1 0,1 0,1 0,1
Premix 0,5 0,5 0,5 0,5
Tepung ikan
Jumlah
100 100 100 100
3.056 3.066 3.069 3.068
Kandungan nutrien ransum
berdasarkan perhitungan:
Energi metabolis (kkal/kg)
Protein kasar (%)
21,3 21,4 21,4 21,5
Serat kasar (%) 4,0 4,7 5,9 7,1
Kalsium (%) 1,1 1,1 1,1 1,1
Fosfor tersedia (%) 0,6 0,6 0,6 0,6
Metionina (%) 0,5 0,5 0,5 0,5
Lisina (%) 1,3 1,2 1,2 1,2
Keterangan: R0= ransum tanpa bungkil biji jarak pagar; R1= ransum mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi; R2= ransum mengan-
dung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi; R3= ransum mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi.
121 oC selama 15 menit, dan didinginkan dalam keadaan
miring. R. oligosphorus sebagai inokulan ditumbuhkan
pada PDA miring dalam tabung reaksi dan diinkubasi
pada suhu kamar selama 3 x 24 jam sampai terjadi per-
tumbuhan miselia.
Inokulasi pada dedak padi dan ampas tahu. Sebelum
diinokulasi, ke dalam dedak padi dan ampas tahu di-
tambahkan larutan mineral (0,5% NH4NO3, 0.5% KCl,
0,05% MgSO4.7H2O, 0,01% FeSO4.7H2O, 0,0001% CuSO4.
5H2O), kemudian dimasukkan ke dalam autoclave
(pemanasan pada suhu 121 °C selama 15 menit). Jumlah
larutan mineral yang ditambahkan adalah sebanyak 100
ml untuk setiap 100 g bahan (50 g dedak padi dan 50 g
ampas tahu), kemudian dibuat dalam bentuk larutan
suspensi. Inokulasi tersebut dilakukan dengan men-
campurkan larutan inokulan ke dalam 100 g substrat.
Setelah itu diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu
kamar, kemudian dilakukan pengamatan pertumbuhan
jamur. Substrat selanjutnya dikeringkan dalam oven
dengan suhu 60 °C, kemudian digiling dan siap digu-
nakan sebagai starter fermentasi bungkil biji jarak pagar.
Fermentasi bungkil biji jarak pagar. Bungkil biji jarak
pagar dipanaskan dalam autoclave selama 30 menit de-
ngan suhu 121 °C, kemudian didinginkan. Selanjutnya
ditambahkan akuades steril sebanyak 60% dari ba-
nyaknya bungkil biji jarak dan diaduk hingga homogen.
Inokulasi dilakukan dengan menambahkan substrat
sebanyak 0,6%, setelah itu diinkubasi selama 3 x 24 jam
pada suhu kamar. Fermentasi ini dihentikan dengan
cara bungkil biji jarak fermentasi dikeringkan dalam
oven dengan suhu 60 °C, kemudian digiling dan siap
digunakan sebagai bahan ransum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum, Bobot Badan, Pertambahan Bobot
Badan, dan Konversi Ransum
Pemberian ransum mengandung bungkil biji jarak
pagar hasil fermentasi sebanyak 3% (R1), 6% (R2) dan
9% (R3) sangat nyata (P<0,01) menurunkan konsumsi
ransum, bobot badan, PBB, dan efisiensi penggunaan
ransum ayam broiler, baik pada periode starter (umur
0-2 minggu), periode grower-finisher (umur 2-5 minggu),
maupun secara kumulatif (Tabel 3 dan 4). Semakin
tinggi penggunaan bungkil biji jarak pagar dalam ran-
sum, performa ayam semakin menurun.
Apabila dibandingkan dengan ayam yang diberi
ransum kontrol (tanpa pemberian bungkil biji jarak
pagar), penurunan konsumsi ransum selama pemeli-
haraan masing-masing sebesar 37,78% (R1); 63,57% (R2);
dan 77,01% (R3) (Gambar 1). Penurunan bobot badan
Edisi Agustus 2011
119
SUMIATI ET AL.
Media Peternakan
Tabel 2. Susunan dan kandungan nutrien ransum ayam broiler periode grower-finisher (umur 2-5 minggu)
Perlakuan (%)
R0 R1 R2 R3
Jagung kuning 57,0 56,5 54,4 52,5
Dedak padi 10,0 8,5 8,5 8,5
Bungkil kedelai 19,8 18,8 17,9 16,9
Bungkil biji jarak 0,0 3,0 6,0 9,0
Tepung ikan 8,0 8,0 8,0 8,0
Minyak 2,4 2,4 2,4 2,4
DCP 1,2 1,2 1,2 1,2
CaCO3 0,9 0,9 0,9 0,9
DL-Metionina 0,2 0,2 0,2 0,2
Komposisi bahan (%)
Premix
0,5
Jumlah
0,5
0,5
0,5
100 100 100 100
3.081 3.087 3.087 3.088
Kandungan nutrien ransum
berdasarkan perhitungan:
Energi metabolis (kkal/kg)
Protein kasar (%)
19,25 19,21 19,27 19,30
Serat kasar (%) 3,84 4,87 6,05 7,22
Kalsium (%) 1,29 1,11 1,12 1,13
Fosfor tersedia (%) 0,58 0,58 0,58 0,59
Metionina (%) 0,55 0,53 0,53 0,52
Lisina (%) 1,10 1,06 1,03 1,00
Keterangan: R0= ransum tanpa bungkil biji jarak pagar; R1= ransum mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi; R2= ransum mengan-
dung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi; R3= ransum mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi.
Tabel 3. Performa ayam broiler periode starter (umur 0-2 minggu)
Peubah
Perlakuan
R0
R1
R2
R3
Konsumsi pakan (g) 451,10±16,40A 330,30±44,10B 249,20±28,90C 154,40±17,10D
Bobot badan (g/ekor) 354,70±12,90 246,20±13,40 163,80±16,20 C 115,70±18,20D
Pertambahan bobot badan (g) 307,40±12,90A 199,70±12,70B 120,50±15,40C 70,50±17,80D
B
A
B
Konversi pakan 1,47± 0,11 1,64± 0,11 2,07± 0,08 2,24± 0,35B
Mortalitas (%) 0,00± 0,00A 0,00± 0,00A 4,16± 2,08A 33,33± 5,55B
A
A
Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01). R0= Ransum tanpa bungkil biji jarak pagar; R1=
Ransum mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi; R2= Ransum mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi;
R3= Ransum mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi.
Tabel 4. Performa ayam broiler periode grower-finisher (umur 2-5 minggu)
Peubah
Perlakuan
R0
R1
R2
Konsumsi pakan (g) 2.188,80±290,60 1.312,30±201,20
Bobot badan (g/ekor) 1.426,10±176,80 Pertambahan bobot badan (g) 1.071,50±166,30A
A
A
R3
712,70±167,10 380,60±60,60C
861,30± 96,10 445,30±55,10 C 297,30±24,40C
615,20± 93,40B 281,50±39,00C 181,70±33,70C
B
B
C
Konversi pakan 2,05± 0,06 2,14± 0,14 2,52±0,36 2,13±0,44
Mortalitas (%) 0,00± 0,00 4,16± 2,08 29,16±5,24 50,00±5,55B
A
A
B
Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01). R0= Ransum tanpa bungkil biji jarak pagar; R1=
Ransum mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi; R2= Ransum mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi;
R3= Ransum mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi.
120
Edisi Agustus 2011
Vol. 34 No. 2
PERFORMA AYAM BROILER
ayam broiler pada perlakuan pemberian bungkil biji
jarak pagar, yaitu 39,60% (R1); 68,77% (R2); dan 79,15%
(R3) dibandingkan dengan pemberian ransum kontrol
(R0) (Gambar 2). Penurunan PBB masing-masing sebesar
40,91% (R1); 70,92% (R2); dan 81,71% (R3) dibandingkan
dengan kontrol (R0) (Gambar 3). Pertambahan bobot
badan ayam broiler yang diberi ransum selama 5 ming-
gu yang dihasilkan pada penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil Setiaji & Sudarman (2005),
yaitu 1380,5 g/ekor dibandingkan dengan 1244 g/ekor.
Efisiensi penggunaan pakan yang dicerminkan
oleh angka konversi ransum selama 5 minggu penelitian
semakin menurun dengan pemberian bungkil biji jarak
pagar dalam ransum (Gambar 4). Penurunan efisiensi
penggunaan pakan terutama terjadi pada ayam broiler
periode starter (Tabel 3). Pemberian bungkil biji jarak
pagar pada periode grower-finisher tidak nyata mem-
pengaruhi angka konversi ransum, namun demikian
bobot badan akhir ayam broiler yang dihasilkan jauh
lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, sehingga
bungkil biji jarak pagar dalam penelitian ini belum bisa
digunakan sebagai pakan ayam broiler. Angka konversi
yang tidak berbeda nyata dengan kontrol ini dikarena-
kan ayam broiler yang diberi bungkil biji jarak pagar
mengkonsumsi ransum sedikit dan menghasilkan PBB
yang rendah.
Penurunan performa ayam broiler ini disebabkan
masih tingginya kadar racun, terutama phorbol ester,
dalam ransum. Hal ini tercermin masih tingginya ka-
dar lemak kasar dalam bungkil biji jarak pagar yang
difermentasi, yaitu 16,96%. Fermentasi menggunakan
R. oligosporus hanya mampu menurunkan lemak 3,66%,
2500
Bobot badan akhir (g/ekor)
3000
2000
1500
1000
500
0
R0
R1
R2
R3
Perlakuan
Perlakuan
Gambar 2. Grafik bobot badan akhir. R0= Ransum tanpa bung-
kil biji jarak pagar; R= Ransum mengandung 3%
bungkil biji jarak pagar terfermentasi; R2= Ransum
mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermen-
tasi; R3= Ransum mengandung 9% bungkil biji jarak
pagar terfermentasi. Superskrip berbeda menunjuk-
kan berbeda sangat nyata (P<0,01)
Gambar 1. Konsumsi ransum total selama pemeliharaan. R0=
Ransum tanpa bungkil biji jarak pagar; R= Ransum
mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermen-
tasi; R2= Ransum mengandung 6% bungkil biji jarak
pagar terfermentasi; R3= Ransum mengandung 9%
bungkil biji jarak pagar terfermentasi. Superskrip
berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata
(P<0,01).
Perlakuan
Gambar 3. Pertambahan bobot badan selama pemeliharaan.
R0= Ransum tanpa bungkil biji jarak pagar; R1=
Ransum mengandung 3% bungkil biji jarak pagar
terfermentasi; R2= Ransum mengandung 6% bung-
kil biji jarak pagar terfermentasi; R3= Ransum men-
gandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi.
Superskrip berbeda menunjukkan berbeda sangat
nyata (P<0,01).
Perlakuan
Gambar 4. Grafik konversi ransum ayam broiler selama
pemeliharaan. R0= Ransum tanpa bungkil biji jarak
pagar; R1= Ransum mengandung 3% bungkil biji
jarak pagar terfermentasi; R2= Ransum mengan-
dung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi;
R3= Ransum mengandung 9% bungkil biji jarak
pagar terfermentasi.
Edisi Agustus 2011
121
SUMIATI ET AL.
Media Peternakan
yaitu dari kadar lemak 20,62% menjadi 16,96% (Tabel 5).
Racun phorbol ester terdapat dalam lemak bungkil biji
jarak. Menurut Ahmed & Salimon (2009), kandungan
phorbol ester minyak biji jarak pagar yang berasal dari
Indonesia adalah 1,58%. Mengacu pada penelitian terse-
but, maka kandungan phorbol ester dalam ransum pene-
litian adalah: 0 (R0); 0,08 (R1); 0,16 (R2); dan 0,24 mg/g
ransum (R3). Menurut hasil penelitian Aregheore et al.
(2003), taraf toleransi phorbol ester pada ransum tikus
adalah 0,09 mg/g ransum. Sampai saat ini belum ada
hasil penelitian berapa taraf toleransi phorbol ester dalam
ransum ayam broiler. Kandungan phorbol ester dalam
ransum perlakuan R2 dan R3 melebihi taraf toleransi
menurut Aregheore et al. (2003), sedangkan kandungan
phorbol ester pada ransum R1 lebih rendah daripada taraf
toleransi tersebut. Walaupun kandungan phorbol ester
pada perlakuan R1 relatif lebih rendah, tetapi sudah
dapat menurunkan performa ayam broiler.
Phorbol ester, bahkan dalam konsentrasi sangat
rendah, menyebabkan kejadian toksik pada ternak yang
mengkonsumsi pakan yang mengandung phorbol ester.
Phorbol ester bertanggung jawab terhadap iritasi kulit
dan pemacu tumor dengan cara menstimulasi protein ki-
nase C yang terlibat dalam transduksi sinyal dan proses
perkembangan dari sebagian besar sel-sel dan jaringan,
sehingga menyebabkan berbagai pengaruh biologis pada
berbagai organisme. Phorbol ester dapat melepaskan pro-
tease, sitokin, dan mengaktivasi NADPH oksidase yang
berakibat rusaknya jaringan sehingga menimbulkan rasa
sakit (Goel et al., 2007). Hal ini diduga menyebabkan
menurunnya selera makan, sehingga konsumsi ransum
menurun. Penelitian Rakshit et al. (2008) membuktikan
bahwa phorbol ester menyebabkan penurunan konsumsi
ransum dan pertumbuhan tikus.
Curcin sangat beracun bagi manusia dan ternak
karena dapat menghambat sintesis protein di dalam
reticulocyte (Lin et al., 2003). Curcin juga dapat meng-
gumpalkan sel darah merah pada semua spesies hewan
dan semua tipe darah. Sifat curcin seperti di atas meng-
hasilkan pertumbuhan ayam broiler pada penelitian ini
Tabel 5. Komposisi kimia bungkil biji jarak pagar (Jatropha
curcas L.) sebelum dan setelah fermentasi
Tanpa Fermentasi
perlakuan
Bahan kering (%) 88,82 95,24
Protein kasar (%) 18,40 19,78
Serat kasar (%) 32,81 31,81
Lemak kasar (%) 20,62 16,96
Komponen
Beta-N (%)
4,36 21,60
12,63 5,09
Ca (%) 0,56 0,49
P (%) 0,67 0,76
Curcin (%) 0,09 0,07
Abu (%)
Keterangan: Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan IPB (2006); *Hasil analisis
Laboratorium Balai Besar Pasca Panen, BALITBANG
Pertanian, Bogor (2006).
122
Edisi Agustus 2011
terhambat, karena kandungan curcin dalam bungkil biji
jarak yang digunakan masih tinggi.
Selain itu penurunan konsumsi ransum juga
disebabkan kerusakan organ hati untuk mendetosifi-
kasi racun, hal ini sebagai mekanisme pertahanan diri
terhadap racun. Penyebab lain adalah pendarahan pada
pembuluh darah usus akibat adanya akumulasi racun
curcin dan phorbol ester yang semakin tinggi sejalan
dengan peningkatan konsumsi ransum. Racun tersebut
memodifikasi sel-sel usus sehingga sel-sel usus menjadi
rusak. Hal ini menyebabkan fungsi usus sebagai organ
penyerapan menurun. Hasil penelitian Kumar et al.
(2010) menyatakan bahwa phorbol ester menyebabkan
lesio parah pada usus halus ikan gurame bagian ante-
rior dan posterior. Li et al. (2010) menunjukkan bahwa
phorbol ester sebesar 32,40 mg/kg bobot badan sangat
toksik pada mencit dan menyebabkan pendarahan
hebat pada paru-paru serta glomerular sclerosis dan at-
rophy pada ginjal. Hasil histopatologi pada penelitian
ini ditemukan adanya kerusakan hati dan ginjal berada
pada skor 2 untuk pemberian bungkil biji jarak 3% (R1)
yang ditandai dengan degenerasi berbutir, oedema dan
pendarahan. Pemberian bungkil biji jarak pagar 6%
dan 9% menghasilkan kerusakan hati dan ginjal yang
berada pada skor 2 dan 3, berupa degenerasi berbutir,
degenerasi lemak dan pendarahan meluas (Gambar 5
dan 6). Devappa et al. (2008) memberikan bungkil biji
jarak pagar pada tikus dan hasilnya adalah menurunkan
selera makan (appetite) dan konsumsi ransum disertai
diare serta penurunan aktivitas motorik.
Menurunnya konsumsi ransum menyebabkan
bobot badan dan PBB yang diperoleh semakin rendah,
karena asupan nutrien (terutama energi dan protein)
semakin sedikit. Bobot badan erat hubungannya de-
ngan jumlah konsumsi ransum (Bell & Weaver, 2002).
Menurunnya konsumsi ransum mengakibatkan rendah-
nya PBB karena konsumsi nutrien berkurang (Leeson
& Summers, 2005). Asupan energi ayam broiler selama
5 minggu dalam penelitian ini adalah: 8122,3 kkal/ekor
(R0); 5091,4 kkal/ekor (R1); 2964,9 kkal/ekor (R2); dan
1649,2 kkal/ekor (R3). Asupan protein ayam broiler se-
lama 5 minggu dalam penelitian ini adalah: 517,4 g/ekor
(R0); 322,8 g/ekor (R1); 190,6 g/ekor (R2); dan 106,7
g/ekor (R3). Asupan energi metabolis dan protein ayam
broiler selama 5 minggu (umur 0-5 minggu) menurut
Leeson & Summers (2005) berturut-turut adalah 9418,2
kkal/ekor dan 633,36 g/ekor.
Racun curcin dan phorbol ester dapat menyebab-
kan penyerapan nutrien terganggu, sehingga terjadi
penekanan pertumbuhan. Hal ini dibuktikan oleh
Annongu et al. (2010), bahwa pemberian bungkil biji
jarak yang telah didetoksifikasi pada tikus albino
meningkatkan efisiensi penggunaan ransum, sehingga
PBB meningkat. Hasil penelitian Martinez-Herrera et
al. (2006) membuktikan bahwa kecernaan protein in
vitro dari bungkil biji jarak pagar yang telah didetoksi-
fikasi meningkat. Hasil penelitian Chivandi et al. (2006)
menyebutkan bahwa pemberian bungkil biji jarak pada
babi menurunkan metabolit dalam serum (packed
cell volume, glukosa, kolesterol, trigliserida, aktivitas
alfa-amilase). Hal ini disebabkan gangguan pencernaan
Vol. 34 No. 2
PERFORMA AYAM BROILER
Skor 0 (Perbesaran 10x)
Skor 1 (Perbesaran 20x)
Skor 1 (Perbesaran 10x)
Skor 2 (Perbesaran 20x)
Skor 3 (Perbesaran 40x)
Skor 2 (Perbesaran 20x)
Skor 3 (Perbesaran 40x)
Gambar 6. Histopatologi organ ginjal ayam broiler penelitian,
kongesti (K), dilatasi pada tubuli (D), pendarahan
(P), oedema (O), degenerasi berbutir (B), degenerasi
lemak (L).
(maldigestion) dan penyerapan (malabsorption) nutrien R3 (9% bungkil biji jarak pagar) melebihi batas toleransi
dalam ileum. menurut Aregheore et al. (2003), sehingga kemungkinan
terjadi karsinogen lethal yang mengakibatkan kematian.
Selain itu, kematian disebabkan racun curcin yang
masih terkandung pada bungkil biji jarak pagar, walau-
pun pada penelitian ini sudah dilakukan pemanasan
(autoclave 121 °C, 30 menit) sebelum difermentasi.
Pengolahan yang dilakukan dalam penelitian ini (fer-
Mortalitas
Mortalitas tertinggi terjadi pada ayam yang diberi
ransum perlakuan yang menggunakan bungkil biji jarak
terfermentasi sebesar 9% (R3), yaitu sebanyak 83,33%
dan menurun dengan semakin rendahnya penggunaan
bungkil tersebut dalam ransum. Angka mortalitas
berturut-turut adalah R2 (6%) sebesar 33,3%; R1 (3%)
sebesar 4,16%; dan R0 sebesar 0% (Gambar 7). Hasil si-
dik ragam menunjukkan bahwa pemberian bungkil biji
jarak sebesar 6% (R2) dan 9% (R3) sangat nyata (P<0,01)
meningkatkan angka mortalitas dibandingkan dengan
pemberian ransum kontrol (R0) dan R1 (3%). Kematian
disebabkan adanya phorbol ester (phorbol-12-myristate
13-asetate), yaitu racun yang utama pada J. curcas.
Phorbol ester diketahui dapat meniru aktivitas diasig-
liserol (DAG) secara berlebihan, yaitu mengaktifkan
protein kinase C yang berperan dalam mengatur jalur
signal transduksi dan aktivitas metabolik sel. Selain itu,
interaksi phorbol ester dengan protein kinase C mem-
pengaruhi aktivitas sebagian enzim, biosintesis protein,
DNA (deoxyribo nucleic acid), polyamine, proses
pembelahan sel, dan ekspresi gen (Goel et al., 2007).
Phorbol secara berlebihan dapat mengaktifkan protein
kinase C dan perkembangan sel, kemudian memperkuat
terjadinya karsinogen. Kandungan phorbol ester pada
ransum perlakuan R2 (6% bungkil biji jarak pagar) dan
Gambar 5. Histopatologi organ hati ayam broiler penelitian, sel
hepatosis tersusun radier terhadap vena sentralis
(R), kongesti (K), pendarahan (P), oedema (O), de-
generasi berbutir (B), degenerasi lemak (L).
Perlakuan
Gambar 7. Grafik mortalitas ayam broiler selama pemeli-
haraan. R0= Ransum tanpa bungkil biji jarak pagar;
R1= Ransum mengandung 3% bungkil biji jarak
pagar terfermentasi; R2= Ransum mengandung 6%
bungkil biji jarak pagar terfermentasi; R3= Ransum
mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfer-
mentasi. Superskrip berbeda menunjukkan berbeda
sangat nyata (P<0,01).
Edisi Agustus 2011
123
SUMIATI ET AL.
Media Peternakan
Tabel 6. Rataan konsumsi curcin tiap minggu pemeliharaan
(mg/ekor)*
Perlakuan
Minggu R0 R1 R2 1 0,0 2,3±0,4 4,6±0,6 4,7±0,2
ke-
2 0,0 4,4±0,5 5,5±0,7 4,7±1,0
3 0,0 6,1±0,8 6,1±1,2 9,7±1,2
4 0,0 8,4±1,3 8,7±2,8 8,1±3,1
5 0,0 12,0±2,0 14,1±4,2 9,7±3,1
Total 0,0A 33,3B 39,0B
R3
36,9B
Keterangan: *Konsumsi curcin= konsumsi ransum x kadar curcin dalam
ransum. Kadar curcin dalam ransum berdasarkan kadar
curcin dalam bungkil biji jarak (bbj); 0,09% (bbj kontrol);
0,07% (bbj fermentasi); R0= Ransum tanpa bungkil biji
jarak pagar; R1= Ransum mengandung 3% bungkil biji
jarak pagar terfermentasi; R2= Ransum mengandung 6%
bungkil biji jarak pagar terfermentasi; R3= Ransum me-
ngandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi.
mentasi menggunakan R. oligosphorus) hanya mampu
menurunkan kadar curcin sedikit, yaitu dari 0,09%
menjadi 0,07%. Sebenarnya curcin bukan merupakan
racun utama pada jarak pagar, tetapi efek toksik akan
meningkat jika bergabung dengan toksin lain seperti
phorbol ester. Berdasarkan Tabel 6, konsumsi curcin se-
lama pemeliharaan (0-5 minggu) pada perlakuan R2
(6%) lebih tinggi, walaupun tidak berbeda nyata diban-
dingkan perlakuan lain yaitu R1 (3%) dan R3 (9%) dan
sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan
kontrol (R0).
Fermentasi bungkil biji jarak pagar menggunakan
R. oligosphorus belum mampu mengurangi atau meng-
hilangkan racun phorbol ester sampai pada kadar aman
untuk ayam broiler, sehingga perlu dicari metode detok-
sifikasi lain yang tepat. Wina et al. (2008) menyatakan
bahwa perlu diupayakan teknologi detoksifikasi melalui
proses kombinasi fisik, kimiawi atau biologis yang mu-
rah dan mudah diaplikasikan untuk mendetoksifikasi
bungkil biji jarak pagar.
KESIMPULAN
Pengolahan bungkil biji jarak pagar (J. curcas L)
yang dilakukan secara biologis (fermentasi) menggu-
nakan R. oligosphorus belum efektif untuk meminimal-
kan kandungan anti nutrisi dan meningkatkan performa
ayam broiler.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih peneliti ucapkan kepada Tim Program
DUE-like Institut Pertanian Bogor Tahun Anggaran 2006
yang telah membiayai penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abu-Arab, A. A. & F. M. Abu Salem. 2010. Nutritional qual-
ity of Jatropha curcas seeds and effect of some physical
and chemical treatments on their anti-nutritional factors.
African J. Food Sci. 43: 93-103.
124
Edisi Agustus 2011
Ahmed, W. A. & J. Salimon. 2009. Phorbol ester as toxic con-
stituents of tropical Jatropha curcas seed oil. European J.
Sci Res. 31: 429-436.
Akintayo, E. T. 2004. Characteristics and composition of Parkia
biglobbosa and Jatropha curcas oil and cakes. Bioresource
Technol. 92:307-310
Annongu, A. A., J. K. Joseph, D. F. Apata, A. O. Adeyina,
M. B. Yousuf, & K. B. Ogunjimi. 2010. Detoxification of
Jatropha curcas seeds for use in nutrition of monogastric
livestock as alternative feedstuff. Pak. J. Nutr. 9: 902-904.
Aregheore, E. M., K. Becker, & H. P. S. Makkar.2003.
Detoxification of a toxic variety of Jatropha curcas using
heat and chemical treament, and preliminary nutritional
evaluation with rats. S. Pac. J. Nat. Sci. 21:50-56.
Belewu, M. A. & R. Sam. 2010. Solid state fermentation of
Jatropha curcas kernel cake: Proximate composition and
antinutritional components. J. Yeast Fungal Res. 1: 44-46.
Bell, D. & W. D. Weaver. 2002. Commercial Chicken
Production Meat and Egg Production. 5th Ed. Springer
Science and Business Media, USA.
Chivandi, E., K. H. Erlwanger, S. M. Makuza, J. S. Read, & J.
P. Mtimuni. 2006. Effect of dietary jatropha curcas meal
on percent packed cell volume, serum glucose, cholesterol
and triglyceride concentration and alpha-amylase activity
of weaning pig. Research. J. Anim. Vet. Sci. 1: 18-24.
Departemen Pertanian. 2008. Kajian Sistem Usahatani Jarak
Pagar di Lahan Kering Dataran Rendah di Sulawesi
Tengah (APBN). BPTP Sulawesi Tengah. http://sulteng.lit-
bang.deptan.go.id/index2.php?option=com_content&do_
pdf=1&id=48. [01 September 2009].
Devappa, R. K., J. Darukesshwara, K. Rathina Raj, K.
Narasimhamurthy, P. Saibaba, & S. Bhagya. 2008.
Toxicity studies of detoxified jatropha meal (Jatropha cur-
cas) in rats. Food Chem. Toxicol. 46: 3621-3625.
Goel, G., H. P. S. Makkar, G. Francis, & K. Becker. 2007.
Phorbol esters: structure, biological activity, and toxicity
in animals. Int. J. Toxicol. 26: 279-288.
Han, B., Ma Y., M. Frans, M. J. Rombouts, & N. Robert. 2003.
Effects of temperature and relative humidity on growth
and enzyme production by actinomucor elegans and
Rhizopus oligosporus during sufu pehtze preparation. Food
Chem. 81: 27-34.
Haas, W., H. Strerk, & M. Mittelbach. 2002. Novel 12 deoxy-
16-hydroxyphorbol diesters isolates from the seed oil of
Jatropha curcas. J. Nat. Prod. 65: 1434–1440.
Kumar, V., H. P.S. Makkar, W. Amselgruber, & K. Becker.
2010. Physiological, haematological and histopatho-
logical responses in common carp (Cyprinus carpio L.)
fingerlings fed with differently detoxified Jatropha curcas
kernel meal. Food Chem. Toxicol. 48: 2063–2072
Leeson, S. & J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry
Nutrition. 3rd Ed. University Book. Guelp, Ontario.
Li, C. Y., K. D. Rakshit, J. X. Liu, Jian-Min Lv, H. P. S. Makkar,
& K. Becker. 2010. Toxicity of Jatropha curcas phorbol
esters in mice. Food Chem. Toxicol. 48: 620–625.
Lin, J., Y. Fang, T. Lin, & C. Fang. 2003. Antitumor effects of
curcin from seeds of Jatropha curca. Acta Pharmacol Sin.
24: 241-246.
Makkar, H. P. S. & K. Becker. 2009. Jatropha curcas, a promis-
ing crop for the generation of biodiesel and value-added
coproducts. Eur. J. Lipid Sci. Technol. 111: 773–787.
Makkar, H. P. S., J. Martinez-Herrera, & K. Becker. 2008.
Variations in seed number per fruit, seed physical pa-
rameters and contents of oil, protein and phorbol ester
in toxic and non-toxic geno types of Jatropha curcas. J.
Plant Sci. 3: 260-265.
Martinez-Herrera, J., P. Siddhuraju, G. Davila-Ortiz, & K.
Becker. 2006. Chemical composition, toxic/antimetabolic
constituents and effecta of different treatments on their
Vol. 34 No. 2
levels, in four provenances of Jatropha curcas L. Mexico.
Food Chem. 96: 80-89.
Rakshit, K. D., J. Darukeshwara, K. Rathina Raj, K.
Narasimhamurthy, P. Saibaba, & S. Bhagya. 2008.
Toxicity studies of detoxified Jatropha meal (Jatropha
curcas) in rats. Food Chem. Toxicol. 46: 3621–3625.
Rotib, L. A. 1990. Penggunaan bungkil kedelai yang difermen-
tasi dengan jamur Rhizopus oligosporus dalam ransum
terhadap performa ayam broiler. Disertasi. Fakultas
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
PERFORMA AYAM BROILER
Setiaji, D. & A. Sudarman. 2005. Ekstrak daun beluntas
(Pluchea indica less.) sebagai obat anti stress pada ayam
broiler. Med. Pet. 28:46-51.
Silinsky, E. M. & T. J. Searl. 2003. Phorbolesters and neu-
rotransmitter release: more than just protein kinase C?.
Br. J. Pharmacol. 138: 1191-1201.
Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur
Statistik. Terjemahan: M. Syah. Cetakan keempat.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wina, E., I. W. R. Susana, & T. Pasaribu. 2008. Pemanfaatan
bungkil biji jarak pagar (jatropha curcas) dan kendalanya
sebagai pakan ternak. Wartazoa 18: 1-8.
Edisi Agustus 2011
125