laporan

Pada zaman sekarang, pembangunan rumah berdasarkan beberapa
pertimbangan. Faktor keuangan menjadi bahan pertimbangan bagi
ekonomi yang pas-pasan. Sementara konsumen berekonomi kuat
membangun rumah dengan memperhitungkan keindahan dan kemewahan
saja.
Adapun kriteria sehat berdasarkan kebutuhan sehat diantaranya
ukuran rumah sehat berkaitan dengan ukuran lantai rumah. Ideal
untuk satu orang memerlukan luas lantai 4,5 m2 dan untuk anak-anak
umur 1-10 tahun sekitar 1,5 m2. Selama ini rumah kecil dipadati
banyak isi keluarga, sehingga tampak berdesakan. Alhasil, aspek
pertumbuhan keluarga terabaikan. Semakin banyak penghuni pada
sebuah rumah terutama yang sempit, semakin banyak koloni kuman.
Dan ini, jelas ber-akibat mendapatkan penyakit saluran pernapasan.
Aspek yang juga penting diperhatikan adalah ventilasi. Artinya,
lantai rumah harus dirangkai sistim ventilasi yang baik, agar
mendapat kualitas udara bersih. Hasil penelitian, ventilasi yang
mendekati baik berdasarkan kesehatan adalah 10-20 persen dari luas
lantai rumah.
Udara salah satu unsur penting untuk menunjang kesehatan. Kita tak
bisa menunda bernapas, tapi kalau kita haus, kita masih bisa
menunda minum untuk beberapa lama. Dan celakanya di dalam rumah
kita sering menemukan sumber-sumber pencemaran, terutama asap
rokok lalu dari pembakaran kompor, cat, asbes. Semuanya itu
memberikan kontribusi kualitas udara di dalam rumah.
Terakhir lingkungan fisik, radiasi dari televisi, radio, alat-alat
elektronik lainnya serta kebisingan. Pekerja di perusahan radio
dan televisi, menurut suatu penelitian, ada keluhan gangguan
menstruasi. Konon ini merupakan dampak buruk dari radiasi radio.
Karenanya perlu penelitian lebih lanjut, apakah inipun dapat
diderita oleh penghuni rumah?. Kebutuhan atas rumah tinggal memang
dominan, dan kesadaran masyarakat untuk tinggal di rumah sehat
semakin tinggi. Hal itu tentu tidak lepas dengan semakin
menjamurnya pembangunan perumahan-perumahan di kawasan pinggiran
kota oleh pihak developer (pengembang).
Sekalipun keindahan budaya dan aspek kemewahan mempunyai arti
tersendiri, tapi bila ditinjau dari sudut kesehatan, suatu rumah
yang sehat tidaklah tergantung dari terpenuhi atau tidaknya kedua
hal tersebut diatas. Berdasarkan laporan American Public Health
Association (1959), satu rumah dipandang sesuai dengan prinsip
kesehatan apabila memenuhi 4 persyaratan pokok.
* Pertama, mampu memenuhi kebutuhan fisiologi dasar penghuni.
* Kedua, mampu memenuhi kebutuhan psikologi dasar penghuni.
* Ketiga, mampu melindungi penghuni dari kemungkinan terjangkitnya
penyakit menular.
* Keempat, mampu melindungi penghuni terhadap kemungkinan
timbulnya bahaya kecelakaan.
Dengan kata lain, suatu rumah yang benar-benar sehat adalah rumah
yang dapat menjamin terpeliharanya kesehatan para penghuninya.
Suatu rumah yang mewah, kalau penghuninya selalu jatuh sakit, maka
ini bukanlah rumah yang sehat. Sebaliknya, meskipun rumahnya
relatif sederhana tetapi bila kesehatan penghuninya dapat
terjamin, maka rumah tersebut adalah rumah yang sehat.
Pada akhirnya, masalah rumah sehat ini memang tidak bisa lepas
dari penghuninya itu sendiri. Dengan menjaga kebersihan di dalam
rumah berarti kesehatan lingkunganpun ikut terjaga. Bila rumah dan
lingkungan sehat, barulah terbentuk apa yang disebut rumah sehat.
***
http://adhisthana.tripod.com/artikel/kiat.txt
SISTEM PERNAFASAN DAN
SUCTIONING PADA JALAN NAFAS
PENDAHULUAN
Paru merupakan organ penting bagi tubuh yang mempunyai fungsi utama sebagai alat pernafasan (respirasi). Proses pernafasan yaitu pengambilan oksigen dari udara luar dan pengeluaran CO2 dari paru – paru.
Sistem pernafasan membawa udara melalui hidung dengan 021° , 26°C, rh 50-60 % ke dalam alveoli Dirongga hidung udara dibersihkan dari debu ukuran 2 – 10 u, dipanaskan dan dilembabkan oleh bulu dan lendir hidung sebelum masuk ke trakea. Debu yang lolos ditangkap oleh lendir dari sel-sel mukosa di bronkus dan bronkioli, cilia set mukosa ini bergerak berirama
mendorong kotoran keluar dengan kecepatan 16 mm/menit.
Proses transfer oksigen setelah sampai di alveoli terjadi proses difusi oksigen ke eritrosit yang terikat oleh haemoglobin sejumlah 20 ml/100 ml darah dan sebagian kecil larut dalam plasma 0,3 ml/ 100 CC, jika Hb 15 gr% Dan sebaliknya karbondioksida dari darah dibawa ke alveoli untuk dikeluarkan melalui udara ekspirasi.
Proses ventilasi (keluar masuknya udara) didukung oleh unsur-unsur jalan nafas, jaringan paru, rongga thorax, otot natas dan saraf nafas.
Rongga Thorax
Paru berada dalam rongga pleura yang tekanannya selalu negatif selama siklus nafas
(tekanan udara di luar dianggap = 0) Paru mengembang sampai menempel pleura. Bila tekanan rongga pleura jadi positif, paru-paru akan collaps. Hal ini terjadi pada:
• pneumothorax karena luka tusuk dari luar
• pneumothorax karena pecahnya blebs, caverne TBC atau pccahnya bronkus pada trauma .
• hidro/hemato-thoraks. pleural effusion
Gangguan - gangguan itu menyebabkan restriksi pengembangan para. Collaps paru karena pneumothorax disebut coppression atelectasis, sedangkan yang disebabkan obstruksi jalan nafas disebut dengan resorbtion atelectasis
Gangguan gerakan thorax terjadi pada penderita nyeri post operatif (Daerah thorax, abdomen atas. traktura costae Ini disebabkan karena bagian yang luka tersebut harus bergerak paling sedikit 20 x/menit untuk bernafas Pemakaian gurita/pleister fixasi yang lebar dan erat mengganggu pernatasan yang menyebabkan hipoventilasi, mikro atelektasis dan berlanjut menjadi atelektasis
Otot Nafas
Otot diaphragma melakukan 75% ventilasi, sisanya oleh otot nafas sekunder : intercostali,. sterno-cleido-mastoidus. sealenus
Otot expirasi sekunder adalah otot-otot dinding perut. Gangguan otot dijumpai pada
amstenia gravis atau penggunaan obat pelumpuh otot (muscle-relaxant) selama anestesi. Pada respitionary distress (sesak nafas berat) tubuh menggunakan otot-otot nafas disebut dengan akan tampak gerakan pada otot-otot leher, wajah dan

sela-sela iga Penderita yang sudah memakai otot natas sekunder sebenarnya sudah perlu bantuan nafas buatan mekanik.
Syaraf Nafas
Pusat nafas di medulla oblongata bekerja otomatik memerintah sistem pernafasan selain itu ada rangsang-rangsang yang mempengaruhi pusat nafas.
1. Wakefulness stimuli (rangsang kesadaran)
Bila orang sadar, maka pandangan, suara, sentuhan, nyeri, berperan menjalankan 50% dari respirasi
2. Rangsangan pC02.
Bila pCO2: di arteri naik, maka pC02 cairan cerebrospinal juga naik hingga pH cairan cerebrospinal menurun/acidosis, ini merangsang peningkatan respirasi
3. Rangsang-rangsang lewat receptor perirer
a. pH (acidosis)
b. pCO2 (hipercarbia/hipercapnia)
c. hipotensi
d. hipoxia. p02 < 60 mmHg (hypoxic drive)
e. suhu darah )'ang naik
Pada pCO2 90 – 120 mmHg kesadaran hilang (coma)
Pada pCO2 40 - 80 mmHg catecholamine darah meninggi
PARADOX-APNEA: terjadi jika hipoventilasi berat yang diberi 02.
Pada hipoventilasi, rangsang hipoxia dan hipercarbia mempertahankan penderita tetap bernafas. Pada hipoventilasi berat, pC02 naik > 90 mmHg sehingga menimbulkan coma ==>hypercarbic drive dan wakefulness stimuli hilang. Rangsang bernafas tinggal dari hypoxic drive saja, bila diberikan 02, p02 meningkat ==> hypoxic drive hilang ==> apnea.
Ganguan syaraf tipe perifer dapat terjadi pada N.phrenicus yang mensyarafi diafragma. Syaraf ini mungkin terkena trauma pada bedah thora-x. Poliomyelitis dan sindroma Guillain Barre juga mengakibatkan paralisis otot pernafasan.
PERNAFASAN terdiri dari 4 proses:
Ventilasi : pertukaran udara keluar masuk paru-paru.
Distribusi : pembagian udara ke cabang-cabang bronchus
Diffusi : peresapan masuknya oksigen dari alveoli ke darah dan
pengeluaran CO2 dari darah ke alveoli
Perfusi : aliran darah yang membawa O2 ke jaringan.
Ventilasi
Frekwensi nafas normal 12-15 x/menit. Pada orang dewasa setiap satu kali nafas (tidal volume Vt) udara masuk 500 cc atau 10 ml/kg BB. Sehingga setiap menit udara masuk ke sistem nafas 6-8 liter (minute volume, MV).
Udara yang sampai ke alveoli disebut Ventilasi Alveolair VA) Ventilasi Alveolair lebih kecil dari minute volume, karena sebahagian udara di jalan nafas tidak ikut pertukaran gas (Dead Space = VD).
VA normal ± 80 ml/kg/menit. VD Normal l 2-3 1m/kg BB.
misalnya : Berat Badan 50 kg.
MV = VT x f
MY = 500 x 12 = 6000 ml/menit
VA = (VT-Vd) x f
VA = (500 -150) x 4200 ml/menit

Frekuensi nafas yang cepat (tacliypnea) pada orang sesak menaikkan MY tetapi VA tidak naik sama banyak bahkan mungkin menurun
Contoh
Pad a orang normal Pada orang sesak
VT = 500 f =12 VT = 250 f = 30
MV = 500 x 12 = 6000 MV = 250 x 30 = 7500
VA = (500 -150) x 12 = 4200 VA = (250 -150) x 30 = 3000
Sehingga pada pasien-pasien yang frekuensi nafasnya tinggi alveolar ventilasi (V A) menurun akibatnya terjadi work of breathing dan oksigen demand meningkat
Gangguan Ventilasi
Hipoventilasi ===> p02 turun dan pC02 naik.
Hyperventilasi → turun tetapi pO2 tidak naik
Hypoventilasi sering terjadi di klinik karena gangguan pada :
-jalan atas : obstruksi, aliran udara terhambat
-rongga thorax : gangguan gerak karena nyeri operasi, farktur costae,
pleister lebar jaringan ketal. pneumothorax dan
pleural effusion
-jaringan paru : atelektasis
-otot nafas : paralyse diaphragma / otot nafas lain karena obat
pelumpuh otit myasthenia gravis
-syaraf nafas : kerusakan N-phrenicus, polio, anestesi spinal
-pusat nafas : depresi sentral nafas karena obat anestesi, narkotik,
sedatif, trauma alkohol
Dengan pembcrian O2, hipoksia berkurang (p02 naik) tetapi pCO2 tetap atau naik Pada hipoventilasi ringan. pemberian O2 bermanfaat. Sedangkan pada hipoventilasi berat jusrtu mengakibatkan paradoxical apnea ==> penderita jadi apnea setelah diberi oksigen Terapi yang benar pada hipoventilasi adalah :
1. Membebaskan jalan nafas
2. Memberikan oksigen
3. Menyiapkan nafas buatan
4. 4 Terapi causal penyebabnya
Distribusi
Gangguan distrihusi disebabkan oleh
1. Retensi spututm menyebabkan obstruksi bronchioli, hipovcntilasi alveolair dan atelektasis
2. Aspirasi masuknya benda asing ke jalan nafas.
3. Bronchospasme karena asthma bronchiale atau alergi
Disfusi
Disfsi oksigen berjalan lancar bila alveoli mengembang baik dari jarak disfusi trans-membran pendek Edema menyebabkan jarak disfusi oksigen menjauh hingga kadar O2 dalam darah menurun (hipoxemia).
Disfusi CO2 tidak pernah terganggu karena kapasitas disfusi CO2 jauh lebih besar daripada oksigen Pada edema paru tahap awal terjadi penumpukan cairan dalam jaringan di sekitar alveoli dan kapiler (interstitial edema) Pada tahap lanjut cairan masuk ke dalam alvcoli ,elveolar edema
Perfusi
Aliran darah di kapiler paru (perfusi) ikut menentukan jumlah O2 yang dapat diangkut Masaah timbul jika terjadi ketidak-seimbangan antara ventilasi alveolair (VA) dengan perfusi (Q) yang lazim disebut VA/Q imbalance
Dapat terjadi :
A. Ventilasi normal, perfusi normal → semua O2 diambil darah
B. Ventilasi normal, perfusi kurang → ventilasi berlebihan, tak semua O2 sempat diambil unit ini dinamai “dead space” yang terajadi pada shock dan emboli paru.
C. Ventilasi berkurang → perfusi normal. Darah tidak mendapat cukup oksigen (desaturasi) unit ini disebut "Shunt". Terjadi pada atelektasis edema paru. ARDS dan aspirasi cairan
D. Silent unit: tidak ada ventilasi dan perfusi
Pada penyakit-penyakit sistem pemafasan sering menyebabkan gangguan ventilasi dan perfusi yang menimbulkan hipoxia dan hipercarbia. Terapi causal sangat berbeda penyebab yang satu dengan yang lainnya Tetapi karena semua patologi ini berakibat hipoxia dan hipercarbia, maka sebenarnya terapi supponif untuk menyelamatkan jiwa penderita adalah sama : respiratory support.
Peran terapi support dan "simptomatik" disini sangat dominan bahkan menentukan mati hidup penderita.
Diagnosis gangguan nafas dan hipoksemia harus ditegakkan segera dengan mengetahui dari tanda-tanda fisik dan TIDAK harus menunggu pemeriksaan laboratorium tanda-tanda tfsik dari gangguan nafas dan hipoxemia :
1. Keluhan sesak dan sukar bernafas
2. Nafas cepat dan dangkal
3. Frekwensi > 35 per menit (penderita dewasa)
4. Ada gerak cuping hidung (flare)
5. Ada cekungan sela iga/jugulum waktu inspirasi
6. cyanosis (adalah tanda terlambat)
tanda-tanda sekunder tachycardia, aritmia/PVC, tekanan darah naik, keringat terutama di dahi dan telapak tangan
Berdasar ini kita harus mulai memberikan penanganan awal lebih banyak korban meninggal karena kekurangan oksigen daripada kelebihan oksigen. Oleh karena hipoksemia dap;a mematikan dalam waktu 3-5 menit. Sedangkan oksigen toxicity baru menyebabkan kerusakan jaringan paru jika pemberian okisgen 100% yang terus menerus selama 12 jam atau lebih Dan untuk terapi oksigen selanjutnya akan dibahas oleh pembicara lainnya Bila terjadi hal seperti di atas, ini adalah emergency dan harus segera kita atasi (lite saving) lakukan segera
• Kempiskan balon (euff) ETT, TT
• Perbaikan posisi tube
• Spooling dengan NaC1 0,9% dan segera suetion
• Bila gagal segera cabut ETT/TT dan beri nafas bantu dengan bag and mask
Suction jangan dilakukan bila kita akan melakukan pemeriksaan analisa gas darah 15 menit -20 menit sebelumnya dan hindarkan bila hemodinamik tidak stabil.
http://library.usu.ac.id/download/fk/anastesiologi-nazaruddin.pdf

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer