Lahirnya Sang Nabi Besar (Chapter Three) II

Saat Pemuda Tampan Berusia 20 Tahun

Di saat usiannya menginjak 20 tahun, Muhammad, seorang anak yang sudah yatim piatu bersama para pamannya diajak menghadiri pertemuan penting dalam sejarah Arab yang berkenaan dengan peristiwa hak asasi manusia yang disebut dengan Halful Fudhul . Para sejarahwan menceritakan bahwa ketika itu ada seseorang saudagar dari keluarga Bani Zubaid yang telah menjual satu produk kepada salah seorang suku Quraisy yang bernama Ash ibn Wa’il as-Sahmi . Namun Ash ibn Wa’il as-Sahmi ini akhirnya tidak bisa membayar produk yang telah dibelinya, dan akhirnya saudagar itu melapor kepada orang-orang terkemuka dari kalangan Quraisy, agar ia bisa mendapatkan kembali sisa uang yang tidak terbayar itu.
Namun karena dianggap masalah ini sepele, para sesepuh Quraisy tidak serius menangani kasus ini yang membuat saudagar itu putus asa. Si saudagar akhirnya berdiri di samping Ka’bah di saat banyak orang berkerumun untuk melakukan Tawaf, sambil bersajak yang menceritakan keluhannya bahwa selama ini ia telah di zhalimi dan keherannanya mengapa tidak ada yang menolongnya padahal ia hanya meminta haknya.
Orang-orang yang simpati setelah mendengar sajak dari si saudagar, akhirnya dengan antusias menyatakan akan menolongnya dan merekapun bersumpah yang isinya menolak kezaliman, membela yang teraniaya dan menegakan keadilam di Mekkah.
Lalu kelompok yang akan membela saudagar itu mengadakan pertemuan di rumah salah seorang pemuka Quraisy, Abdullah ibn Jid’an, salah seorang pemuka Quraisy yang telah berusia lanjut. Selain itu pertemuan ini dihadiri pula oleh perwakilan dari berbagai suku ternama, antara lain: Keluarga Hasyim, Bani Muthalib, Bani As’ad, Zuhrah ibn Kilab, dan Taim ibn Marrah. Mereka bersumpah dan berjanji untuk menegakan keadilan dan menolong yang teraniaya, baik penduduk Mekkah maupun yang datang dari luar.
Pemuda tampan yang sudah yaim piatu ini ikut hadir di pertemuan bersejerah tersebut yang menjadi perwakilan Bani Hasyim yang akhirnya pertemuan itu disebut oleh orang-orang Quraisy, Halful Fudhul (ikrar membela kehormatan bersama-sama). Dengan demikian hak asasi manusia pernah diikrarkan Nabi Saw bersama tokoh masyarakat Quraisy meskipun beliau belum diangkat menjadi Nabi.
Setelah beliau diangkat menjadi Rasul, beliau pernah teringat peristiwa ini dan bercerita sambil memuji:
“ Bersama paman-pamanku, aku pernah menghadiri sebuah ikrar di Rumah Abdullah ibn Jid’an, dan aku tidak suka menganti fakta yang kuhadiri itu dengan jenis unta yang baik. Kalau sekarang aku diajak (lagi menghadiri seperti peristiwa itu) pasti aku kabulkan (aku datangi).”

Saat Pemuda Tampan Berusia 25 Tahun

Usia pemuda yatim ini telah menginjak 25 tahun dan reputasinya di kota Mekkah sangat baik, ia dikenal sebagai pemuda penuh pesona, terhormat, jujur dan amanah. Reputasinya akhirnya berhasil menarik perhatian salah seorang janda kaya kota Mekkah, yang berasal dari keturuan terhormat dan termasuk pengusaha yang sukses.
Sang nona bernama Khadijah binti Khuwailid yang memiliki banyak karyawan dan seriang menginvestasikan bisnisnya dengan sistem mudharabah (bagi hasil).

Ketika Khadijah mendengar kejujuran, amanah ditambah ketampanan selain budi pekerti yang baik, dari Rasulullah Saw, tanpa sungkan lagi, ia menawarkan kerjasama dalam menjalankan bisnsnya. Khadijah menawarkan agar Rasulullah mau menjual komoditinya ke Syiria dengan intensif dana yang lebih besar dibanding dengan yang lainnya. Khadijah pun meminta agar beliau untuk didampingi pembantu Khadijah sendiri yang bernama Maisarah. Tawaran Khadijah langsung diterima beliau dan singkat cerita pergilah Nabi Saw ke Syria untuk menjual beberapa komoditi dan akhirnya perjalanan bisnianya sukses besar kemudian menyerahkan seluruh hasil bisnisnya ke Khadijah ketika sampai ke Mekkah lagi. Melihat hasil yang lumayan besar, Khadijah memberikan bagian kepada Nabi Saw seperti yang telah disepakati.

Ayat-Ayat Cinta
Kerjasama bisnis dengan pemuda tampan ini, tidak saja mendatangkan keuntungan berlipat bagi Khadijah , namun timbul pula rasa aneh dalam hatinya. Pemuda ini selain menawan, baik, sopan, juga memiliki sifat jujur, amanah dan kharisma. Dan tentu saja siaft-sifat ini menjadi dambaan bagi setiap wanita, apalagi bagi seorang . Khadijah . Seorang janda kaya dari kalangan terhormat yang membutuhkan perhatian besar dari seorang pria. Meskipun banyak orang mendekatinya untuk mencuri hatinya, namun selama ini, ia tidak atau belum menemukan dambaan hatinya. Dan tidak disangka sama sekali bahwa hatinnya jatuh luluh pada seorang pemuda lugu yang jauh dibawah usianya. Bagi wanita-wanita Arab ketika itu, . Khadijah dianggap sebagai wanita independen, seorang yang memiliki kewenangan memutuskan satu masalah, karena selain wanita kaya iapun berasal dari keturunan terhormat.

Setelah bertukar pikiran dengan keluarganya dan setelah hatinya mantap. Ia pun mengutus salah seorang teman dekatnya untuk berbicara kepada Nabi Saw. Pembicaraan itu tidak banyak dan singkat saja…..yaitu menawarkan Nabi Saw untuk menikahinya, tanpa berfikir panjang, Nabi pun bersedia menikahinya.
Diantara para pamannya yang mendampingi beliau melamar Khadijah adalah Abu Thalib dan ketika memberi sambutan dalam acara pernikahan, beliau menyatakan pujian besar kepada keponakanya itu:
“ Sungguh jika Muhammad dibandingkan denga pemuda Quraisy lainnya, pastilah dia lebih unggul, (karena) ia punya sifat mulia, arif, dan bijakasana.”
Terasa sangat tinggi akhlak dan perangai Nabi, sampai dalam acara sambutan dalam pernikahan pun, pamanya malah banyak memuji Nabi Saw.

Sakinah..Mawaddah
Mulailah kehidupan harmonis antara Nabi dan Khadijah sampai akhirnya Khadijah meninggal dunia beberapa tahun setelah turun beberapa ayat Qur’an. Tepatnya setekah Muhammad diangkat menjadi Nabi.
Nabi tidak menikahi wanita lain selain Khadijah waktu itu, dan ketika bersama Khadijah lahirlah putra-putri Nabi yaitu: Qasim, Thayib, Thahir, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Zainab dan Fatimah . Kecuali Ibrahim yang dilahirkan oleh Maryam namun meninggal ketika masih bayi dari seorang wanita dari Mesir.
Semua putra Nabi meninggal ketika mereka masih kecil dan sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi. Sedangkan putri-putri beliau semuanya hidup hingga beliau diangkat menjadi Rasul.

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer