Nama : mandarjo/j64100071
Asisten : 1. nadarudin/k24080031
2.inul daratista/v34080039

Institut Pertanian Bogor

PERUBAHAN EKOLOGI PERTANIAN: DARI REVOLUSI HIJAU KE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION
Oleh: Rina Mardiana dan Soeryo Adiwibowo
dan
MANFAAT KEARIFAN EKOLOGI TERHADAP PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Studi Etnoekologi di Kalangan Orang Biboki
Oleh: Yohanes Gabriel Amsikan

ANALISIS :
Bacaan 1
Intensifikasi dan Peneragaman Sistem Pertanian
Pemberdayaan pertanian dengan cara yang lebih efisien dan tepat guna, sehingga menghasilkan output yang jauh lebih banyak dan dalam waktu yang lebih singkat. Salah satu programnya adalah Revolusi Hijau, yaitu program yang mengintensifkan penggunaan bibit varietas unggul, pestisida dan pupuk kimia, serta jaringan irigasi. Dengan adanya Revolusi Hijau mengakibatkan timbul berbagai masalah, yakni dari aspek ekologis telah terjadi uniformitas bibit padi yang mengakibatkan kerentanan terhadap berbagai hama, pola tanam, olah tanam, dan waktu tanam dari berbagai tanaman lokal. Dari aspek sosial-ekonomi dan budaya terjadi pengikisan berbagai pengetahuan lokal dibidang pertanian serta terjadinya involusi pertanian dan pembagian kemiskinan.
Sistem Pertanian Lokal Diabaikan
Petani lokal lebih memanfaatkan dan mengembangkan pertanian polikultur, yaitu dengan menggunakan aneka benih, serta menggunakan varietas lokal dan tanpa input kimia. Sedangkan pemerintah menginginkan agar petani lokal menggunakan bibit unggul buatan perusahaan besar beserta input kimia pertanian. Kebijakan dan praktek ini mengarah pada erosi plasma nutfah pertanian dan pengetahuan tradisional petani mengenai sistem pertanian yang lebih berkelanjutan.
Konversi Lahan Subur
Kerugiannya mencapai U$$ 1-2 miliar/tahun pada tahun 1980-1995 (Soemarwoto 2001) karena adanya konversi lahan subur diperkirakan mancapai 30 ribu ha per tahun (KLH 2002) yang sudah tidak digunakna unuk pertanian lagi. Ditengah kerugian tersebut, pemerintah justru memberikan kebijakan yang salah dengan mencetak sawah baru di luar Jawa dimana prasarana irigasi belum tersedia dengan baik dan areal tanah berada dalam tingkat kesuburan rendah.
Mengabaikan Sosial-ekonomi Petani
Kualitas sumberdaya manusia petani padi adalah yang terendah, baik dari segi pendidikan maupun kesehatan. Hal ini terjadi karena pembangunan pertanian gagal dikaitkan dengan pengembangan kesejahteraan petani melalui pembangunan desa yang rata dan adil. Petani juga hampir tidak memperoleh informasi mengenai bidang pertanian dan hasil penelitian. Akibatnya, citra petani sebagai golongan yang miskin, bta huruf, kumuh dan tidak berkembang.
System of Rice Intensification (SRI)
Setelah terjadinya kekacauan dalam bidang pertanian pada kelompok tani desa, muncul alternatif solusi dengan menyediakan informasi dan pelatihan untuk keluarga-keluarga petani mengenai berbagai aspek pertanian yang berkelanjutan oleh para sukarelawan dan aktivis. Timbul pula salah satu teknik pertanian yang merupakan hasil pengembangan dari pengetahuan tentang proses ekologis adalah Sistem Intensifikasi Padi (System of Rice Intensification – SRI). SRI dikembangkan diluar lembaga formal penelitian dan pengembangan pertanian, dan penyebaran pengetahuan ini dilakukan dengan cara saling berbagi informasi dan komunikasi antar petani. Metode dan teknik SRI yang digunakan adalah menguntungkan petani karena memberikan hasil produksi lebih tinggi dan memperlebar jarak tanam sehingga penyerapan unsur hara oleh akar merata kepada seluruh tanaman.
Sistem pertanian pangan yang adaptif dan dengan kondisi ekologi disekitarnya adalah system rice of intensification (SRI) karena dalam sistem ini terjadi penghematan air sampai 50%, penggunaan pupuk dan pestisida kimia juga lebih sedikit, dan diganti dengan penggunaan pupuk kandang. Dengan demikian metode ini memberi keuntungan bagi lingkungan hidup melalui perbaikan mutu tanah. Selain itu juga menguntungkan bagi petani karena memberikan hasil produksi yang lebih banyak.
Bacaan 2
Keadaan Ekologi Biboki
Pada sistem pertanian ladang berpindah masyarakat Biboki mengakibatkan ekosistem lingkungan yang awalnya adalah ekosistem hutan menjadi ekosistem padang ilalang, hal ini disebabkan masyarakat Biboki yang membiarkan lahan tidak produktif selama 8-10 tahun. Oleh karena itu areal hutan semakin berkurang di wilayah Biboki dan sering menyebabkan berbagai bencana alam.
Korelasi antar Pengetahuan Ekologi dan Pemeliharaan
Adanya hubungan mengenai aktivitas penggalian pengetahuan ekologi masyarakat petani di desa, khususnya di kalangan orang Biboki di desa Tautpah yang memiliki implikasi positif dan strategis terhadap pemeliharaan lingkungan hidup, dengan harapan mampu memberikan sumbangan informasi bagi para penentu kebijakan demi berhasilnya pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup.
Kebudayaan Biboki
Budaya pertanian masyarakat Biboki mengarah pada pendekatan ekologi budaya karena sebagai masyarakat yang komposisinya didominasi oleh orang-orang bermata pencaharian petani, maka core culture orang Biboki pun berkisar pada sub-budaya tani dengan poros kegiatannya pada pengolahan tanah pertanian sawah maupun ladang.
Mata pencaharian Biboki
Sebagian besar orang-orang Biboki bermatapencaharian petani. Gaya bertani mereka masih berpindah-pindah, seperti pola berladang sistem tebas setelah beberapa kali ditanami.
Kearifan ekologi menurut orang Biboki
Kearifan ekologi dalam penelitian tersebut artinya sebagai tindakan masyarakat Biboki dalam upaya melangsungkan kehidupannya, yang selaras dengan lingkungan tanah kering (meto) yang mereka kenal. Orang Biboki belum memiliki cukup pengetahuan mengenai ekologi secara ilmiah dan sistematis, meskipun tindakannya dalam membangun hubungan dengan lingkungan tampak sistematis
Pengetahuan tentang Alam
Pengetahuan mengenai alam sekitar tercakup dalam pengetahuan tentang pergantian yang terjadi di antara dua musim yang ada. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman, dan gejala alam lainnya yang berpengaruh terhadap baik atau tidak hasil pertanian, serta berbagai margasatwa yang merugikan dan berguna bagi kegiatan pertanian.
Raja yang membawa pengaruh
Ada raja dalam masyarakat Biboki yaitu Usi Koko/Nero Biboki yang dikenal sebagai si Atupus. Raja tidak boleh meperlihatkan diri kepada rakyatnya. Mereka yakin kesuburan, kesejahteraan yang mereka peroleh adalah peranan raja. Orang Biboki juga percaya pada mitos. Mereka percaya pada makhluk halus, dapat dilihat dari upacara yang sakral.
Kepercayaan
Bumi diyakini sebagai ahatafis (yang memberi makan dan memelihara), sementara langit yang dipersepsikan sebagai bapak dan juga tanah yang dimengerti sebagai sesuatu yang sakral. Mereka mengadakan ritual selama proses pertanian berlangsung. Mereka beranggapan bahwa tanah dihuni oleh roh-roh jahat dan baik, karena itu penggunaan sejengkal tanah harus seizin penghuninya.
Norma yang berlaku
Norma Agama: Kepercayaan Orang Biboki yang sering menggunakan petunjuk gaib mengenai layak tidaknya sebidang tanah, baik untuk ladang, kandang maupun mendirikan rumah.
Peranan pemerintah
Peranan pemerintah adalah melakukan larangan-larangan mengenai pelestarian alam kepada orang Biboki yang terus membuka ladang dengan menebas hutan serta upaya penggembalaan ternak secara bebas.
Adaptasi orang Biboki terhadap alam yang rusak
Kegiatan pertanian masih dapat dilakukan di tanah yang sudah gundul dengan cara dan teknologi yang baru, misalnya foi (balik) tanah. Tanah gundul yang ditumbuhi rumput juga dianggap menguntungkan bagi pengembangan potensi lain yang selama ini belum dioptimalkan, seperti peternakan.
Perbedaan cara pandang pemerintah dengan orang Biboki
Bagi pemerintah, tanah yang masih banyak belukar atau hutannya, berguna untuk menjaga kesuburan tanah dan menjadi tempat berlindung margasatwa, sedangkan orang Biboki beranggapan bahwa selama tanah masih menumbuhkan tanaman yang sehat hingga masa panen, selama tanah masih memberikan rejeki untuk mereka, mereka tetap yakin bahwa keadaan tanah masih baik, keadaan lingkungan mereka masih layak huni.
Kegagalan pemahaman orang Biboki atas pelestarian alam
Kegagalan terjadi manakala orang Biboki beranggapan tanah yang gundul masih bisa tumbuh, tapi pada kenyataannya keadaan tanah yang gundul menandakan bahwa alam tidak dilestarikan dan akhirnya akan mati.

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer