PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN DENGAN TEKNIK PENANAMAN PADI SISTEM “STRAIN BISO TAGOWO” (STRATEGI INTENSIFIKASI BERBASIS SEMI ORGANIK TABELA DAN LEGOWO).

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN DENGAN TEKNIK PENANAMAN PADI SISTEM “STRAIN BISO TAGOWO”
(STRATEGI INTENSIFIKASI BERBASIS SEMI ORGANIK TABELA DAN LEGOWO).



Jenis Kegiatan :
PKM Penelitian


Diusulkan Oleh:

Ketua : Yusak A24080079 Angkatan 2008
Anggota : Ina Ana Khoeriah A24080123 Angkatan 2008
Niken Khusnul Tri Lestari A24080041 Angkatan 2008 Herlin Herliansyah E24090045 Angkatan 2009 Yudha Yaniari Satriya Putri P040999035 Angkatan 2009


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009


PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1. Judul Kegiatan : Peningkatan Produksi Pangan dengan Teknik
Penanaman Padi Sistem “Strain Biso Tagowo”
(Strategi Intensifikasi Berbasis Semi Organik
Tabela dan Legowo)
2. Bidang Kegiatan :  PKMP  PKMK
 PKMT  PKMM

3. Bidang Ilmu : ( ) Kesehatan () Pertanian
( ) MIPA ( ) Sosial Ekonomi
( ) Pendidikan ( ) Humaniora
( )Teknologi dan Rekayasa
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Yusak
b. NRP : A24080079
c. Progran Studi : Sarjana
d. Fakultas : Pertanian
e. Universitas : Institut Pertanian Bogor
f. Alamat Rumah / HP : JalanYogyakarta Km 11 No.29 Bagelen RT 02 RW 1 Kec.
Bagelen Kab. Purworejo 54174
g. Alamat E-mail : yusakyusak27@yahoo.com

5. Anggota Pelaksana Kegiatan : 5 (lima) orang
6. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap : Hajrial Aswidinnoor
b. N I P :
c. Alamat : Taman Pagelaran EE I No. 19
Ciomas, Bogor 16610
Telp. 0251–635358, 0251-631701
7. Biaya Kegiatan Total : Rp 9.370.000
8. Jangka Waktu Pelaksanaan :
Bogor, 30 September 2009
Menyetujui,











A. Judul Program
Peningkatan Produksi Pangan Dengan Teknik Penanaman Padi Sistem “Strain Biso Tagowo” (Strategi Intensifikasi Berbasis Semi Organik Tabela dan Legowo).

B. Latar Belakang
Padi saat ini menjadi perhatian utama karena padi merupakan kebutuhan pokok yang amat dibutuhkan masyarakat, tetapi sekarang produktivitasnya makin menurun. Selain itu, produksi padi juga berkaitan erat dengan kesejahteraan hidup petani. Seperti kita ketahui, saat ini kesejahteraan petani Indonesia berada pada tahap yang memprihatinkan akibat menurunnya produksi padi dan harga gabah yang merosot tajam.
Perwakilan dari Departemen Pertanian RI, Dr. Hc. Ir. Siswono Yudho Husodo (HKTI), menyatakan fenomena pangan yang sekarang terjadi adalah penggunaan bahan pangan sebagai sumber energi alternatif. Contohnya, saat ini Amerika Serikat sedang gencar menggunakan jagung sebagai bahan pembuatan etanol. Tidak tanggung-tanggung, setiap tahunnya amerika serikat menggunakan 25 juta ton jagung untuk pembuatan etanol. Ini salah satu penyebab mengapa harga pangan terus melonjak (webadmin[at]depkominfo.go.id).
Menurut catatan Departemen Pertanian 2006, tingkat konsumsi di Indonesia 139,15 kilogram per kapita per tahun atau setara dengan kebutuhan beras 47,57 juta ton gabah kering giling (GKG). Sementara lahan yang tersedia hanya 11 juta-12 juta hektar (ha) dengan rata-rata produksi 4-6 ton per ha. Jumlah ini tidak akan cukup pada 2030. Dengan asumsi laju pertumbuhan 0,92 persen per tahun, kebutuhan beras kita akan mencapai 61,23 juta ton GKG, sementara konversi lahan pertanian berlangsung terus-menerus. Untuk membangun kemandirian dan ketahanan pangan atau swasembada beras maka dari produksi 4-6 ton per hektar (luas panen total saat ini 5,5 juta hektar) harus mampu ditingkatkan produktivitasnya menjadi 6-8 ton per hektar. Sedangkan jika ingin menjadi eksportir beras maka produktivitas padi harus ditingkatkan menjadi 8-12 ton per hektar (Kompas, Sabtu, 3 Mei 2008).
Upaya peningkatan produksi pangan merupakan tindakan strategis karena dapat memperkuat ketahanan pangan nasional. Upaya mencapai ketahanan pangan ini disatu sisi akan membantu pemerintah mengurangi impor beras dan disisi lain akan meningkatkan pendapatan petani. Berbagai paket teknologi penanaman padi terus dikembangkan guna mencapai upaya tersebut. Paket teknologi penanaman padi tersebut antara lain SRI, Jajar Legowo, IPAT BO, Dan Tabela
SRI (Sistem Of Rice Intensification) merupakan sistem yang dapat meningkatkan produksi padi dengan strategi perenggangan jarak tanam sampai dua kali lebih lebar dari pada sistem konvensional. Metode ini sudah diterapkan di bali. Namun metode ini mulai ditinggalkan karena produktivitas masih rendah (6-7 ton per ha) akibat pertumbuhan gulma yang justru lebih banyak daripada sistem konvensional (Mutakin Jenal, 2009).
Jajar legowo adalah teknik penanaman padi dengan pengaturan jarak tanam secara optimal menggunakan sistem dua baris (legowo 2), tiga baris (legowo 3) dst. Produktivitas padi dengan metode ini lebih banyak daripada sri yaitu sekitar 7-8 ton per ha. Namun hasil ini masih belum optimal karena lahan yang digunakan adalah lahan tergenang. Metode penanaman lahan tergenang (anaerob) menghambat pemanfaatan kekuatan biologis tanah untuk ikut membantu intensifikasi. Contohnya, cacing tanah dapat membuka ‘jalan tol’ untuk air dan unsur hara untuk memudahkan penyerapan nutrisi (Simarmata Tualar, 2007).
IPAT BO (intensifikasi padi aerob terkendali berbasis organik) adalah metode intensifikasi padi aerob (lahan tidak tergenang). Penemu metode ini, dr. Tualar simarmata menjelaskan bahwa IPAT-BO tidak berbeda jauh dengan sri. IPAT-BO hanya mengubah cara menanam padi tergenang (anaerob) menjadi tidak tergenang (aerob). Metode ini mampu meningkatkan produktivitas padi hingga 9-11 ton per ha.
Ketiga metode diatas sebenarnya mampu memberikan hasil yang lebih banyak dibanding cara konvensional, akan tetapi hasil tersebut masih belum optimal. Hal ini terkait dengan masalah perakaran dan pengairan tepat yang berdampak pada produktivitas dan waktu panen. Pada saat bibit dicabut dari tempat persemaian maka bibit akan mengalami kerusakan pada sistem perakarannya. Akar juga akan mengalami proses stagnasi dimana pertumbuhan bibit tanaman akan terhenti sementara sampai dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Sistem budidaya melalui persemaian sebenarnya lebih cocok untuk musim penghujan karena proses transpirasi (penguapan) dapat ditekan lajunya sehingga bibit padi dapat terhindar dari proses kelayuan (www.tanindo.com/abdi10/image/hal-16a).
Sebenarnya masalah perakaran, waktu panen dan pengairan ini sudah mampu diselesaikan oleh petani-petani dari sulawesi selatan sejak lama. Mereka menyiasatinya dengan strategi tabela atau tabur benih langsung. Cara ini lebih praktis sehingga bisa menghemat biaya tanam. Kelebihan sistem ini, petani tak perlu menyiapkan bibit, membuat bedengan, mencabut bibit, dan mengangkutnya ke tempat tanam karena hanya memerlukan waktu panjang. Jadi sistem tabela ini benar-benar mengefesienkan waktu petani. Namun, sistem ini kurang populer lantaran sosialiasi yang masih kurang menyentuh masyarakat bawah. Kelemahan metode tabela ini terletak pada borosnya benih yang digunakan yaitu berkisar 60-80 kg per hektar padahal sistem SRI, IPAT BO, dan Jajar Legowo hanya membutuhkan benih sekitar 9-15 kg per hektar. Selain itu produktivitas sistem ini masih kalah dengan SRI, IPAT BO, dan Jajar Legowo yaitu sekitar 5-6 ton per hektar.
Setelah pemaparan empat metode intensifikasi di atas, pertanyaan yang mungkin muncul adalah metode apa yang lebih baik diterapkan di indonesia? Keempatnya baik diterapkan di indonesia. Kita tidak perlu membandingkan keempatnya, karena semuanya sama-sama membantu peningkatan produksi padi di indonesia. Sebenarnya produtifitas padi bisa ditingkatkan dengan mengambil kelebihan-kelebihanya dan menggabungkannya kedalam suatu strategi intensifikasi padi yang baru.
Dalam program kreativitas mahasiswa ini, kelompok kami mencobakan mengembangkan suatu metode penanaman padi yang baru dengan mengambil kelebihan-kelebihan dari masing-masing sistem. Metode ini akan mememberikan padi dengan karakteristik anakan seperti sri, masa panen dan perakarannya seperti tabela, produktivitasnya melebihi legowo, dan pupuknya seperti ipat bo. Resiko gulma dapat disiasati dengan legowo, lahan anaerob dapat disiasati dengan ipat bo, kebutuhan air dapat disiasati dengan tabela, dan borosnya benih dapat disiasati dengan sri. Selain menggabungkan-gabungkan sifat-sifat yang ada, metode ini juga ditambahkan dengan sistem parit untuk mengatur aliran air, sistem penyaringan air untuk menangkal serangan hama keong mas, dan perapatan benih di pinggir sawah. Diperkirakan cara baru ini akan meningkatkan produktivitas padi sekitar 10-13 ton per hektar, mempercepat masa panen 7-10 hari, dan memungkinkan petani untuk menanam padi tiga kali setahun secara optimal.
Jika hal ini tercapai maka tidak menutup kemungkinan produktivitas dari cara baru ini akan semakin bagus walaupu petani hanya menggunakan varietas biasa sekalipun. Marilah kita bangun indonesia dengan swasembada pangan, menuju indonesia yang sejahtera dan mandiri.
C. Perumusan Masalah
Pada dasarnya sistem penanaman padi yang ada sekarang ini (SRI, Jajar Legowo, IPAT BO, dan Tabela) sudah memberikan hasil yang lebih baik daripada sistem konvensional. Namun hasil yang sudah bagus tersebut masih dapat ditingkatkan lagi untuk mencapai hasil yang optimal. Kekurangoptimalan ini terjadi karena dari dari sistem-sistem tersebut masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan inilah yang harus disiasati agar pada saat panen, petani memperoleh hasil yang lebih banyak lagi. Jika hal ini dapat dilakukan, petani akan lebih leluasa dalam menentukan varietas mana yang akan mereka gunakan.
Agar produksi pangan meningkat, maka diperlukan suatu terobosan baru dalam tata pengelolaan lahan. Lahan yang dikekola harus dikemas sedemikian rupa dalam satu sistem baru sehingga memunculkan sifat-sifat yang menguntungkan dari sri, jajar legowo, ipat bo, dan tabela. Sifat-sifat yang menguntungkan tersebut antara lain anakan seperti sri, masa panen dan perakarannya seperti tabela, produktivitasnya melebihi legowo, dan pupuknya seperti ipat bo. Namun dengan hal itu saja masih belum cukup untuk mengoptimalkan produktivitas padi kerena ada kemungkinan akan muncul sifat-sifat yang merugikan dari SRI, Jajar Legowo, IPAT BO, dan Tabela. Kendala gulma, hama keong mas, pengairan, dan banyaknya bibit yang digunakan juga harus diperhatikan. Modifikasi dengan cara-cara yang belum lazim digunakan tetapi mampu meningkatkan hasil juga harus diupayakan.

D. Tujuan Program
Tujuan dari program ini adalah untuk membuktikan cara mengoptimalkan produktivitas padi dengan menggabungkan sifat-sifat yang menguntungkan dari sri, jajar legowo, ipat bo, dan tabela ke dalam satu sistem penanaman padi baru dengan menambahkan beberapa modifikasi yang mendukung.
dengan terbuktinya sistem ini diharapkan dapat diterapkan oleh petani maupun pemerintah sehingga pada saat sistem ini diusahakan secara nasional, hasil panennya mampu mewujudkan target pemerintah dalam mencapai swasembada pangan walaupun menggunakan varietas yang berbeda-beda.

E. Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah terciptanya suatu sistem penanaman padi baru yang dinamakan Strain Biso Tagowo yaitu Strategi Intensifikasi Berbasis Semi Organik Tabela dan Legowo. Strain Biso Tagowo ini memiliki karakteristik anakan seperti sri, masa panen dan perakarannya seperti tabela, produktivitasnya melebihi legowo, dan kebutuhan pupuknya seperti ipat bo. Resiko gulma mampu disiasati dengan legowo, lahan anaerob .mampu disiasati dengan ipat bo, kebutuhan air mampu disiasati dengan tabela, dan borosnya benih mampu disiasati dengan sri. Diharapkan dengan Strain Biso Tagowo ini mampu meningkatkan produktivitas padi sekitar 10-13 ton per hektar, mempercepat masa panen sekitar 7-10 hari, produk ramah lingkungan dan memungkinkan petani untuk menanam padi tiga kali setahun secara optimal

F. Kegunaan Program
1) Manfaat bagi mahasiswa
• Menumbuhkan sikap peduli mahasiswa terhadap kondisi pertanian indonesia
• Menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan seluruh kegiatan selama proses penelitian tersebut berlangsung.
• Media pengembangan serta penerapan ilmu dan teknologi pengelolaan lahan pertanian dari berbagai disiplin ilmu.
• Merangsang mahasiswa untuk berfikir kreatif, inovatif, dan dinamis

2) Manfaat bagi perguruan tinggi
• Perwujudan tridharma perguruan tinggi
• Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh perguruan tinggi
• Meningkatkan citra positif perguruan tinggi sebagai salah satu pencetak generasi perubah yang positif bagi bangsa.

3) Manfaat bagi lingkungan dan masyarakat
• Masyarakat dapat memanfaatkan teknologi sistem Strain Biso Tagowo sebagai pendukung dalam pelaksanaan usaha pertanian padi.
• Masyarakat akan memiliki kemampuan dalam mengelola lahan yang baik, benar, dan mampu meningkatkan hasil panen.
• Masyarakat akan mendapatkan pengetahuan mengenai macam-macam sistem penanaman padi berikut keuntungan dan kerugiannya serta pengaruhnya terhadap hasil panen.
• Sistem Strain Biso Tagowo merupakan metode penanaman padi yang ramah lingkungan karena sebagian besar asupan pupuknya berasal dari pupuk organik.

G. Tinjauan Pustaka

Padi (oriza sativa)

Padi (oriza sativa) merupakan tanaman yang membutuhkan air cukup banyak untuk hidupnya, memang tanaman ini tergolong semi aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi di tanam di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya (utomo munajir, 2002). Berikut adalah klasifikasi dari tanaman padi:
Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Monocots

(tidak termasuk) Commelinids

Ordo: Poales

Famili: Poaceae

Genus: Oryza

Spesies: O. sativa


Nama binomial Oryza sativa


Gambar dan klasifikasi padi dari Koehler's Book of Medicinal Plants
Karakteristik padi adalah tanaman semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang (Glaszmann, J.C. 1987).
Pada awal mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan japonica (sinonim sinica). Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki "bulu" (Ing. awn), bijinya cenderung panjang. Padi japonica biasanya agak lengket nasinya. Padi indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, paleanya tidak ber-"bulu" atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval. Walaupun kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar IR8, yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica (kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa dengan indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal pula sekelompok padi yang tergolong varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua varietas utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa. Budidaya padi yang telah berlangsung lama telah menghasilkan berbagai macam jenis padi akibat seleksi dan pemuliaan yang dilakukan orang (Zohary D., Hopf, M. 2000).

SRI (Sistem Of Rice Intensification)
SRI (Sistem Of Rice Intensification) merupakan sistem yang dapat meningkatkan produksi padi dengan strategi perenggangan jarak tanam sampai dua kali lebih lebar dari pada sistem konvensional. Pengertian SRI di Indonesia merupakan usahatani padi sawah irigasi secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal serta berbasis pada kaidah ramah lingkungan (Deptan, 2007).
Saat ini SRI telah berkembang di banyak negara penghasil beras seperti di Thailand, Philipina, India, China, Kamboja, Laos, Srilanka, Peru, Cuba, Brazil, Vietnam dan banyak negara maju lainnya. SRI diperkenalkan di Indonesia. Dan sejak tahun 2003 penerapan dilapangan oleh para petani kita di Sukabumi, Garut, Sumedang, Tasikmalaya dan daerah lainnya (Uphoff, Norman, Prof.1997).

Prinsip-prinsip budidaya padi organik metode SRI (mutakin jenal, 2009) :
1. Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai (hss) ketika bibit
masih berdaun 2 helai
2. Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau lebih
jarang
3. Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati
hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal
4. Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan
sampai pecah (irigasi berselang/terputus)
5. Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10
hari
6. Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau).
Hasil panen pada metode SRI pada musim pertama tidak jauh berbeda dengan hasil sebelumnya (metode konvensional) dan terus meningkat pada musim berikutnya sejalan dengan meningkatnya bahan organik dan kesehatan tanah (mutakin jenal, 2009).

Perbedaan Metoda Bertani Konvensional Dengan SRI (Mulyawan Bustanul,2009):

No Konvensional Metode SRI
1 Penggunaan pupuk sawah (FYM), dan tergantung kepada penggunaan pupuk kimia Penggunaan kompos dan pupuk organic
2 Lahan pesawahan terus menerus direndam dengan level air yang tinggi selama masa pertumbuhan Hanya menggunakan air yang minim, lebih disarankan menjaga tanah sekedar lembab dan kondisi antara kering/basah
3 Bibit ditumbuhkan dengan terlalu banyak air dan jarak bibit terlalu rapat Bibit ditumbuhkan pada tegalan seperti tegalan sayuran, dan kerapatan bibit sangat rendah
4 Penanaman dengan terlalu banyak bibit per rumpunnya, tercampur antara bibit yang lemah dan tebal Hanya satu atau 2, tetapi dianjurkan satu bibit per rumpun, hanya bibit yang kuat
5 Bibit ditanamkan dengan jarak yang rapat dan jarak yang tidak sama Jarak yang lebar dan pola segiempat atau sedikitnya penanaman segaris
6 Penyiangan tidak cukup awal, tidak sering dan tidak dilakukan secara teratur Penyiangan yang awal dan sering untuk meningkatkan aerasi/sirkulasi udara
7 20 – 25 kg benih digunakan per acre (=0.4646 ha) 2 kg benih sudah mencukupi untuk satu acre (5 kg/ha)
8 Umur bibit terlalu tua, umumnya 25 sampai 30 hari atau bahkan lebih dari satu bulan Bibit masih muda, lebih disarankan kurang dari 15 hari (8-12 hari)
9 Bibit dicabut dengan paksa, akar dicuci, diikat, ditumpuk, dilempar yang akibatnya terjadi trauma dan shok pada tanaman Bibit diperlakukan dengan lembut diambil dengan di keduk. Tidak ditarik. Tidak dicuci. Tidak diikat dan Tidak ditumpuk
10 Bibit dicabut dengan kerusakan pada akar dan batang, dan kemudian didiamkan selama satu atau dua hari sebelum dipindahkan Bibit muda dicabut dan dipindahkan dengan hati-hati, ditanamkan segera setelah pencabutan

SRI adalah teknologi yang menggunakan ekologi sawah agak tergenang (anaerob) hal ini menghambat pada pemulihan kekuatan biologis tanah dan penyuburkan akar padi. Padahal kekuatan biologis tanah ini dapat menghasilkan pupuk alami (bioreaktor) pada akar padi sehingga menghasilkan malai padi yang lebih banyak dan subur (Kompas, 3mei 2008).

Jajar legowo
Jajar legowo adalah teknik penanaman padi dengan pengaturan jarak tanam secara optimal menggunakan sistem dua baris (legowo 2), tiga baris (legowo 3) dst. Cara tanam padi Legowo merupakan rekayasa teknologi yang diperuntukan memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan jarak tanam dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Legowo diambil dari bahasa banyumas yang berasal dari kata lego dan dowo. Lego berarti luas dan dowo artinya meanjang. Jadi, diantara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan. Jarak antarbarisan (lorong) bisa mencapai 35-60 cm tergantung tingkat kesuburan tanah (Suriapermana et al., 1990)
Teknologi legowo dikembangkan untuk memanfaatkan pengaruh pinggiran barisan tanaman padi (border effect) yang lebih banyak (Departemen Pertanian, 1995). Dengan sistem legowo tanaman tumbuh lebih baik dan hasilnya lebih tinggi karena luasnya border effect dan lorong di petakan sawah sehingga menghasilkan bulir gabah yang lebih bernas (Suriapermana et al., 1990). Prinsip teknologi ini adalah perbanyakan populasi tanaman secara optimal sehingga diharapkan produksinya akan lebih tinggi. Jarak tanam padi legowo adalah jarak tanam dengan ukuran 15 cm di dalam barisan, 20 cm antar barisan, dan 40 CM antar barisan ganda sesuai dengan bagan berikut :




.


Legowo umur 30 hari Legowo umur 45 hari Legowo umur 7 hari

Keuntungan dari teknologi jajar legowo dibandingkan dengan Sistem konvensional adalah :
1) Peningkatan jumlah rumpun sebanyak 50.000-100.000 malai per hektar dengan menggunakan bibit yang berumur 14 – 17 hari.
2) Pemanfaatan sinar matahari secara optimal oleh barisan tanaman tanpa tertutup oleh kanopi tanaman lain dari pagi hingga sore.
3) Terbentuknya iklim mikro di sekitar tanaman.
4) Memudahkan dalam perawatan.
Bibit padi yang baru saja ditanam dengan sistem legowo 2. Setiap titik tanam hanya diberi dua atau satu bibit saja. Cara ini mengurangi kebutuhan benih dan merangsang tumbuhnya anakan yang optimal. Jika pada sistem legowo ini yang diterapkan adalah legowo 2 maka kemungkinan populasinya akan tinggi dibanding legowo 3 atau legowo 4. Keuntungan lainnya adalah mengurangi serangan hama tikus, karena ada ‘efek pinggir’ dari sistem legowo ini. Arah jalur penanaman juga dibuat searah dengan sinar matahari. Dengan demikian penyinaran menjadi lebih efektif walaupun tanaman sudah tinggi. Hasil panen padi lebih tinggi dengan sistem legowo ini (isroi.wordpres.com).



IPAT BO (Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik)
IPAT BO (intensifikasi padi aerob terkendali berbasis organik) adalah metode intensifikasi padi aerob (lahan tidak tergenang). IPAT-IBO tersebut sepertinya modern, namun sebenarnya teknologi yang kembali ke asal, yaitu jangan banyak air, kalau pada saat memerlukan air diberikan air, dan pada waktu tidak memerlukan air jangan diberikan air, jadi IPAT itu lebih irit menggunakan air (Pusat Data DEPKOMINFO, 2008). Sedangkan berbasis organik adalah pada saat habis panen yang diambil yang diperlukan saja atau padinya saja, seperti jerami, kotoran hewan, dan lain-lain dikembalikan ke sawah agar menjadi pupuk. Selain itu, yang tidak dilupakan adalah di bawah tanah/sawah juga ada mikro-organisme yang tugasnya memberikan tanah menjadi subur yang disebut mikroba, kalau mikroba tersebut diperbanyak akan bermanfaat sebagai “pupuk”(Simarmata Tualar, 2007).
Teknologi IPAT-BO merupakan sistem produksi secara holistik dengan menitikberatkan pemanfaatan kekuatan biologis tanah, manajemen tanaman, pemupukan, dan tata air mendukung pertumbuhan dan pengembangan perakaran padi. Ia mengatakan, teknologi yang mengalihkan ekologi sawah tergenang (anaerob) menjadi tidak tergenang (aerob) ini berdampak pada pemulihan kekuatan biologis tanah dan menyuburkan akar padi. Kekuatan biologis tanah ini menghasilkan pupuk alami (bioreaktor) pada akar padi sehingga menghasilkan malai padi yang lebih banyak dan subur (Kompas, 3 Mei 2008).
IPAT-BO memiliki sedikit perbedaan dengan SRI, yaitu pada hal penanaman benih. Metode SRI menganjurkan untuk menanam satu benih dalam satu lubang dengan bibit yang berumur 9-12 hari, sedangkan IPAT-BO menyarankan untuk menanam tiga benih dalam satu lubang dengan bibit yang berumur 12-16 hari. Penanaman tiga benih ini juga harus diberi jarak, sekitar 5 cm dari satu benih ke benih lainnya. IPAT-BO juga mengendalikan pemupukan dengan prinsip: berorientasi hasil dengan LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture), pemupukan terpadu dengan sistem online (sesuai dengan kondisi pertanian), dan manajemen pemupukan (wordpres.com).
Kenaikan produksi padi dengan metode IPAT-BO dibandingkan dengan metode konvensional disebabkan oleh meningkatnya zona perakaran hingga 4-10 kali, jumlah anakan bermalai hingga 60-80 malai per rumpun, panjang malai 30-35 cm, jumlah gabah 200-300 butir per malai, dan meningkatnya biota tanah yang menguntungkan. Hampir sama dengan metode SRI, metode IPAT-BO juga memiliki keuntungan pada hal penghematan air (hingga 75%), penghematan bibit (20-25%), penghematan pupuk anorganik dan pestisida (Pusat Data DEPKOMINFO, 2008).

Tabela
Cara bercocok tanam padi dengan sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) bisa menjadi alternatif baru bagi petani. Di banding cara Tanam Padi Pindah (TAPIN) atau cara konvensional yang selama ini diakrabi petani, Tabela lebih unggul. Tabela bisa lebih irit air dan masa tanam padi lebih pendek. Keunggulan utama tabela ini adalah cara tanam menjadi lebih simpel, yang bisa menekan biaya tanam bagi petani. Tak perlu menggunakan lahan luas dan suplai air yang banyak (Fajar,2005).
Pada sistem tabela ini, sebelum benih ditabur ke lapangan terlebih dahulu di kecambahkan di dalam karung yang basah selama 2 hari sampai calon akarnya kelihatan, kemudian barulah dimasukkan langsung ke dalam lubang-lubang yang dibuat terlebih dahulu menggunakan kayu sederhana (tugal) yang berfungsi sebagai alat pembuat lubang dan sekaligus untuk mengatur jarak tanam. Sebelumnya lahan perlu diairi sampai agak basah tetapi tidak sampai menggenang atau becek sehingga mempermudah pembuatan lubang-lubang tanam. Benih hasil peraman yang telah kelihatan calon akarnya dimasukkan ke dalam lubang dengan menggunakan telunjuk jari tengah dan ibu jari + 20 – 25 benih ke dalam satu lubang. Perlakuan ini dengan estimasi bahwa satu rumpun padi yang optimal terdiri dari 20 – 25 anakan. Jarak tanam yang baik adalah + 25 x 25 cm dengan kebutuhan benih + 60 kg/ha.
Di Sulawesi Selatan, sistem tabela ini sudah mulai memasyarakat dan banyak digunakan oleh petani padi sawah terutama di Kabupaten Sindrap, Pinrang dan Bone. Adapun beberapa keuntungan budidaya padi dengan sistem tabela diantaranya : (a) sistem tabela memastikan jarak tanam lebih tepat dan teratur sehingga produksi yang diperoleh petani lebih banyak 500 – 1000 kg gabah kering per hektar bila dibandingkan dengan sistem persemaian. Konsekuensi yang diperoleh dari jarak tanam yang teratur akan mengurangi kompetisi untuk mendapatkan faktor-faktor produksi antar tanaman. Yang terpenting adalah bahwa jarak tanam yang tepat dan teratur akan menyebabkan Leaf Area Indeks (LAI) yang optimum karena semua lapisan daun sempurna sehingga proses fotosintesis tanaman dapat berlangsung secara optimal. Keadaan inilah yang dapat menunjang kenaikan produksi lebih tinggi pada sistem budidaya padi dengan menabur benih langsung tanpa melewati proses persemaian. (b) sistem tabela menyebabkan tanaman terhindar dari proses transpirasi yang berlebihan yang dapat menyebabkan kelayuan saat kekurangan air , (c) tanaman terhindar dari stagnasi (d) tanaman terhindar dari proses penggabungan akar yang biasa terjadi saat transplanting sehingga banyak akar yang rusak dan putus dan (e) Dengan sistem tabela kebutuhan tenaga kerja penanam untuk luasan 1 hektar adalah lima orang tenaga kerja dengan waktu + 4 jam sehingga besar biaya akan jauh lebih murah ( + Rp. 125.000) jika dibandingkan dengan budidaya sistem persemaian. Dengan sistem tabela dapat menghasilkan 6 – 6,5 ton gabah, sedangkan melalui sistem persemaian konvensional menghasilkan 5 – 5,5 ton gabah (www.tanindo.com).

Pupuk Anorganik
Setiap jenis tanaman termasuk padi membutuhkan sejumlah zat hara (nutrient) untuk pertumbuhannya yang normal. Zat-zat hara tersebut dibagi dalam tiga katagori yaitu hara utama (NPK), hara pelengkap (Ca, Mg, S), hara mikro (Fe, Cu, Zn, Mg, B, Mo). Tanaman padi membutuhkan zat hara N, P, dan K dalam jumlah banyak. Jika persediaannya dalam tanah sudah tidak mencukupi, maka agar tetap memberikan hasil yang tinggi diperlukan usaha pemupukan. Biasanya pupuk buatan tersebut dikemas dalam bentuk pupuk urea, AS (Ammonium Sulphate), Calcium Cyanamide, Enkel Superphospate, Agrophos, FMP (Fused Magnesium Phospate), Muriate of Potas, dll (Siregar Hadrian,Dr.,1978).
Nitrogen sangat penting untuk pembentukan protein dan senyawa lainnya dalam tubuh tanaman. Nitogen berfungsi menghijaukan daun, merangsang pertumbuhan, dan pembentukan anakan. Tanaman yang kekurangan nitrogen pertumbuhannya akan terhambat dan terllihat kerdil. Daunnya berwarna hijau kekuning-kuningan dan kemudian mati dari ujung kemudian menjalar ke tengah helai daun dan malainya akan kosong. Phosphat berfungsi merangsang pertumbuhan akar dan pembentukan anakan. Phosphat juga berperan mempercepat pembungaan sehingga tanaman menjadi pendek, merangsang pembentukan protein dan buah. Tanaman yang kekurangan phosphate akan kerdil dan untuk tanaman yang masih muda daunnya akan berwarna keungu-unguan. Kalium sangat berfungsi untuk fotosintesis, pembentukan protein dan selulose. Tanaman yang kekurangan kalium daunnya akan cepat menguning dan kemudian mati (Siregar Hadrian,Dr.,1978).

Pupuk Organik
Ditinjau dari sifat tanah, yaitu sifat kimia dan sifat psikis tanah, pemupukan dengan pupuk buatan (anorganik) hanya memperkaya kesuburan tanahdengan zat hara yang dikandung zat anorganik saja. Pupuk organik disamping memperkaya zat hara dengan NPK, juga memperbaiki sifat psikis tanah. Pemupukan dengan pupuk organik akan membuat tanah yang berat seperti tanah liat menjadi ringan dan sebaliknya tanah yang terlalu ringan akan sedikit lebih berat. Selain itu pupuk organik akan mengurangi perkolasi tanah (air cepat hilang). Jika pemupukan dilakukan secara rutin, sistem aliran air dan udara akan semakin lancer sehingga akar akan tumbuh sehat dan proses penyerapan unsur hara akan semakin baik.
Tanaman yang baik digunakan untuk kompos adalah sejenis Leguminose karena dibagian akarnya terdapat bintil-bintil yang dapat mengikat nitrogen bebas di udara. Yang tergolong tanaman ini adalah kacang panjang, Crotalaria anagyroides, Crotalaria usaramoensis, Crotaria yuncea. Pemakaian bahan organik sebagai kompos dapat disebarkan begitu saja atau di timbun di dalam tanah agar mengalami proses fermentasi (Siregar Hadrian,Dr.,1978).

Proses Pengomposan
Proses pengomposan merupakan proses penghancuran atau dekomposisi bahan organik oleh berbagai macam mikroorganisme di dalam suatu lingkungan terkendali. Dengan hasil berupa produk yang cukup stabil, mudah disimpan dan tidak menimbulkan efek yang merugikan bila diberikan kepada tanaman. Produk dari pengomposan yaitu kompos yang bila diberikan ke tanaman atau tumbuhan maka akan memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah (Harada et al, 1993). Jenis mikroorganisme yang berperan dalam pengomposan adalah bakteri, fungi, Actomycetes, protozoa, serta makrofauna seperti semut, laba-laba, tungau, cacing, dll (Dalziell et al, 1987)
Dalziell et al, (1987) menambahkan bahan utama kompos adalah bahan yang mudah lapuk seperti sampah rumah tangga, daun-daunan, jerami, alang-alang, batang jagung, dan kotoran hewan.
Menurut Gaur (1981), reaksi biodegradasi bahan organik secara skematis berlangsung secara aerobik adalah sebagai berikut :
Gula, selulose, hemiselulose (CH2O)x + x O2  xCO2 + XH2O + energi
Protein (N organik)  NH4+ + NO2- + NP3+ + energi
Organik sulfur + xO2  SO42- + energi
Organik fosforus (lesitin, phitin) H3PO4 + Ca(HPO4)2

Gulma, Hama dan Penyakit Padi
Biasanya gulma yang sering muncul pada tanaman padi berupa eceng gondok, jejagoan, genjer, ilalang, rumput duri, dan sapu jagad. Cara menanggulangi gulma-gulma tersebut dapat dengan penggosokan atau dapat langsung dicabut. Pertumbuhan optimal dari gulma biasanya bermulai ketika bibit berumur 17-22 HST. Sebaiknya penyiangan gulma dilakukan dua minggu sekali sampai bibit berumur 60 HST.
Hama tanaman padi yang paling umun adalah wereng hijau (Nephotettix spp), wereng cokelat (Nailaparvata lugens), belalang sangit (Leptocoriza oratorius), kepik (Nezara viridula), ulat daun (Spodoptera mauritia), ulat tanah (Agrotis ipsilon), tikus (Rattus rattus argentiventer), Uret (Exopholis hipoleuca), Lalat bibit (Atherigona exigua), Ganjur (Orseolia oryzae).
Penyakit padi dapat dengan mudah menyerang bibit yang masih muda, kurang air, pembentikan anakan dan masa berbunga. Macam-macam penyakit tanaman padi meliputi penyakit busuk batang oleh cendawan Rhizoctonia oryzae,bercak daun padi oleh cendawan Helminthosporim oryzae, penyakit kresek oleh Xanthomonas oryzae, penyakit gosong oleh Ustilaginoidae virens, penyakit kerdil rumput oleh virus dengan vektor wereng cokelat, penyakit tungro ditularkan oleh wereng hijau.
Untuk mencegah dan membasmi hama dan penyakit padi, dapat dilakukan penyemprotan dengan biopestisida. Biopestisida adalah pestisida yang bahan dasar utama dalam pembuatannya berasal dari bahan-bahan alami tetapi mempunyai khasiat yang sama dengan pestisida buatan dan aman bagi lingkungan disekitarnya. Biopestisida yang lazim digunakan petani adalah biji mahoni, daun papaya, daun tembakau, daun sirsak, cengkih, Bawang putih, minyak jarak ,dan sereh (Sunoto Endro, 2008).


H. Metode Pelaksanaan Program

Waktu dan Tempat
Program penelitian ini dilakukan selama lima bulan bertempat di komplek persawahan Situ Gede kecamatan Bogor Timur pada lahan ukuran 6 x 10 m x 10m (600 m2).

Alat dan Bahan
Alat-alat yang dibutuhkan dalam percobaan ini berupa ember besar dan gayung, untuk perkecambahan, karung beras, pedang sawah, sabit, pencong, cangkul, alat perata tanah, layar terpal, dan timbangan gancu.
Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa benih padi varietas IPB…… merupakan varietas unggulan padi IPB. Penelitian ini menggunakan lahan dengan masing-masing ukuran 10 m x 10 m sebanyak enam petak sawah, pupuk urea, pupuk organik, dan biopestisida (jika diperlukan).

Variabel Yang Telibat
 Variabel bebas yang digunakan adalah sistem penanaman padi yang digunakan.
 Variabel terikat yang ingin diketahui adalah besarnya produktivitas padi yang dihasilkan dari luasan yang sama terhadap masing-masing sistem yang digunakan.
 Variabel kontrol yang digunakan meliputi
• Luas area
• Varietas padi
• Jumlah pupuk urea
• Biopestisida (jika diperlukan)
• Umur bibit dari perkecambahan
• Perawatan lahan

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan benih, pengolahan lahan, penanaman benih, pengairan, pemupukan, penanggulangan gulma dan hama, perawatan pematang, pemanenan dan penghitungan hasil, dan penarikan kesimpulan.
a) Persiapan Benih
Benih yang diperlukan sebagai bibit dibutuhkan sebanyak 20 kg. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembibitan adalah :
1) Bibit diperam kedalam air yang telah ditambahkan sedikit garam selama 36 jam.
2) Bibit ditiriskan kemudian diangin-anginkan selama 12 jam.
3) Bibit dimasukkan ke dalam karung beras kemudia diperam selama 48 jam.
4) Akan muncul kecambah dan bibit siap dipindahkan ke media penyemaian atau langsung di tanam ke dalam lubang tanam.

















Sumber : organikhijau.com/sibupa.php Sumber : www.tanindo .com
b) Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap, yaitu pembersihan, pencangkulan, pembajakan, penggaruan, dan pengaturan petakan.
 Pembersihan
Parit-parit perlu dibersihkan, begitu juga dengan rumput-rumput yang ada di area penanaman. Jerami yang ada dapat dibakar langsung atau disebarkan di area penanaman agar biasa langsung tertimbun oleh proses pembajakan dan menjadi kompos
 Pencangkulan
Pecangkulan dilakukan apabila terdapat sebagian lahan yang sekiranya luput dari proses pembajakan atau pada area yang sukar dibajak.
 Pembajakan
Pembajakan adalah proses pemecahan tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah dan pembalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami ) sehingga akhirnya membusuk. Proses pembusukan kompos ini dilakukan dengan bantuan mikroorganisme yang ada dalam tanah.
 Penggaruan
Penggaruan dimaksudkan untuk meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah. Pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan basah. Selama penggaruan saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar lumpur tidak hanyut terbawa air keluar. Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan memberikan keuntungan pada penyerapan unsur hara oleh akar. Tanah yang telah digaru permukaan tanahnya menjadi rata dan sisa tanaman atau rumput akan terbenam di dasar sehingga memudahkan penanaman.
 Pengaturan petakan
Dalam lahan seluas 600 M2 terbagi dalam enam petakan ukuran 10 M x 10 M, satu petakan luasnya 100 M2.
 Petakan 1
Merupakan area penanaman menggunakan sistem SRI
 Petakan 2
Merupakan area penanaman menggunakan sistem Legowo
 Petakan 3
Merupakan area penanaman menggunakan sistem IPAT BO
 Petakan 4
Merupakan area penanaman menggunakan sistem Tabela
 Petakan 5
Merupakan area penanaman menggunakan sistem konvensional
 Petakan 6
Merupakan area penanaman menggunakan sistem Strain Biso Tagowo. Dibawah ini merupakan bentuk dari sistem penanaman padi dengan metode “Strain Biso Tagowo”:


c) Penanaman Bibit
Untuk masing-masing sistem penanaman padi yang digunakan di setiap petak, cara penanamannya mengikuti aturan-aturan sesuai dengan petunjuk yang telah ada.
Strain Biso Tagowo merupakan kependekan dari Strategi Intensifikasi Berbasis Semiorganik Tabela dan Legowo. Strategi penanaman pada sistem ini menggabungkan cara penanaman tabela dan legowo ditambah dengan beberapa modifikasi yang mendukung. Bibit langsung ditanam pada lahan setelah bibit mengalami perkecambahan selama pemeraman. Cara penanaman dapat secara manual atau menggunakan alat dengan mengikuti cara legowo yaitu bibit ditanam secara memanjang hingga membentuk lorong-lorong dengan ketentuan :
 Lahan yang digunakan selama penanaman sampai bibit berumur 21 HST (Hari Setelah Tanam) harus dalam kondisi macak-macak (tidak tergenang).
 Sepanjang pinggir pematang ditanam bibit dengan jarak antar lubang tanam 15 CM.
 Dibuat parit sepanjang pematang dengan jarak antara parit dengan tanaman pinggir pematang sebanyak 15 CM sedalam 10 CM.
 Jarak antara parit dengan kelompok barisan terluar adalah 20 CM.
 Ukuran dalam kelompok barisan tanam adalah 15 CM di dalam barisan, 20 CM antar barisan, dan 40 CM antar barisan ganda.
 Dalam satu lubang hanya terdapat dua bibit saja agar proses peranakan terjadi secara optimal.

Selama penanaman bibit usahakan bibit berada dalam kondisi mendatar (horizontal), hal ini diharapkan agar terjadi perakaran secara horizontal yang lebih luas.
Menanam dengan akar sejajar permukaan tanah akan membuat akar menyebar di dekat permukaan. Hanya sebagian yang masuk ke tanah yang lebih dalam. Padi bukan tanaman air dan akar akan tumbuh dengan subur dan kuat sehingga dapat menyerap nutrisi dengan lebih banyak sekaligus mendorong pertumbuhan anakan lebih optimal.

d) Pengairan
Pengairan diusahan sesuai dengan masing-masing sistem yang digunakan apabila air masih dalam kondisi berlimpah. Namun, apabila lahan dalam kondisi kekurangan air maka diperlukan pengairan dalam jumlah sama pada setiap petak sehingga peran pengairan disini akan beralih menjadi variabel kontrol.
Pada sistem Strain Biso Tagowo, sistem pengairannya menggunakan saluran parit keliling dan parit antar kelompok barisan. Hal ini memudahkan dalam pengairan dan menjadikan lahan selalu dalam keadaan macak-macak sehingga walaupun lahan tidak tergenang, kebutuhan airnya akan selalu tersedia.
Saluran parit keliling ini berhubungan dengan arah masuk dan keluarnya air yang berada di masing-masing pojok dalam satu petakan tersebut. Penempatan lubang keluar masuknya air di pojok ini dimaksudkan agar selama bibit masih muda, air yang masuk dalam petakan akan terpecah sehingga daya erosinya akan berkurang dan bibit tidak mudah tumbang (Suripin, 2002).

e) Pemupukan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan / produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa pupuk alam (organik), pupuk buatan (an organik) (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2007).
Pemupukan dilakukan tiga kali dengan komposisi pemupukan pupuk urea 2,5-3 kg per 100 M2 dan pupuk organik 10 kg per 100 M2. Pemupukan pertama dilakukan pada saat bibit berumur 15 HST (masa pembentukan akar dan daun). Pemupukan kedua dilakukan saat bibit berumur 30 HST (masa pembentukan anakan). Pemupukan ketiga dilakukan saat bibit padi berumur 45-50 HST (masa pembentukan malai dan bulir padi)

f) Penanggulangan Gulma, Hama dan Penyakit padi
Penanggulangan gulma, hama, dan penyakit padi langsung dilakukan sedini dan secepat mungkin begitu tanaman diketahui terserang gulma, hama ,dan penyakit .Adanya penghalang tersebut akan mengganggu hasil yang akan dicapai. Oleh karena itu untuk mencegah gulma dapat dilakukan penyiangan setiap dua minggu sekali sampai bibit berumur 60 HST. Untuk mencegah munculnya hama dan penyakit dapat dilakukan dengan biopestisida. Biopestisida yang umum digunakan karena murah dan efektif membasmi bermacam-macam hama adalah biji mahoni, daun papaya, dan daun tembakau. Sebaiknya penyemprotan dilakukan pada saat bibit berumur 45 HST.

g) Perawatan Pematang
Perawatan pematang perlu dilakukan ketika tanaman sudah dalam kondisi menunggu panen. Pada masa ini tanaman dapat dikatakan sudah mantap baik uti dari segi perakaran, daun, dan malainya. Perawatan yang perlu dilakukan dalam masa ini adalah pembabatan pinggir pematang agar tanaman padi terlihat rapi dan rumput yang ada pada pematang yang dpotong tersebut dapat dijadikan kompos tambahan.
h) Pemanenan dan Penghitungan Hasil
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman padi sudah mulai menguning. Ciri-ciri padi yang sudah siap panen adalah pada bagian pangkal malainya sudah menguning dan warna daunnya sudah mulai pudar. Itu berarti adanya daun sudah tidak diperlukan lagi untuk fotosintesis. Masa panen padi tergantung pada sistem dan varietas padi yang digunakan. Namun biasanya masa panen padi berkisar antara 95-120 hari.
Proses pemanenan ini harus dilakukan secara teliti agar pada masing-masing petak, resiko terbuangnya padi saat pemanenan dapat diminimalisir. Cara untuk meminimalisirnya yaitu dengan menggunakan layar terpal yang lebar pada saat proses perontokan padi.
Tujuan penghitungan hasil dalam penelitian ini adalah menentukan produktivitas padi GKP. Oleh karena itu proses penghitungan hasil langsung dilakukan setelah padi tersebut dipanen. Hal ini dilakukan untuk menghindari hilangnya air dalam gabah tersebut. Pengemasan masing-masing hasil panen harus dipisahkan dan dibedakan. Data yang ada kemudian diproses untuk membandingakan produktivitas dari masing-masing sistem yang digunakan. Dari hasil penghitungan tersebut, masing-masing dikonversikan kedalam rupiah dengan menilik harga gabah pada saat itu.

i) Penarikan Kesimpulan
Dilakukan setelah hasil penghitungan didapatkan seluruhnya. Setelah kesimpulan didapatkan dilakukan juga evaluasi-evaluasi agar didapatkan perbaikan pada masa tanam berikutnya.

I. Jadwal kegiatan program
Kegiatan PKM ini direncanakan berkangsung selama lima bulan, rencana pelaksanaan ini tertera pada tabel dibawah ini.
Kegiatan Bulan ke-
No Uraian 1 2 3 4 5
1 Penerimaan dana dari Dikti
2. Persiapan alat-alat
4. Persiapan bibit, pengolahan lahan
5. Penanaman bibit
6 Pengairan
7. Pemupukan,Penyemaian, dan penyemprotan
9. Perawatan Pematang
10. Pemanenan dan Penghitungan Hasil
11. Penarikan Kesimpulan
12. Pembuatan Laporan Akhir







J. Rancangan biaya
Biaya Operasional

No Barang Harga Per Unit Satuan Jumlah Total Harga
1 Benih Padi 10 kg 20 200000
2 Ember Besar 25 Buah 6 150000
3 Gayung 5000 Buah 3 15000
4 Sewa Lahan 800 Petak 1 800000
5 Sewa Traktor 300 Hari 1 300000
6 Penanaman Bibit 200 Hari 1 200000
7 Pupuk Kandang 25 Karung 9 225000
8 Sampah Organik 15 Karung 6 90000
9 Pupuk urea 4 kg 60 240000
10 Pengairan 90 Kali 3 270000
11 Selang D = 4 cm 7 Meter 30 210000
12 Peralon 40 cm 15 Potong 24 360000
13 Karung Beras 2 Buah 40 80000
14 Sprayer Kecil 20 Buah 10 200000
15 Biopestisida 50 Paket 1 50000
16 Strimin 25 Meter2 6 150000
17 Timbangan Gancu 300 Buah 1 300000
18 Sepatu Boot 110 Buah 6 660000
19 Topi Lapangan 20 Buah 6 120000
20 Layar Terpal 300000 Lembar 2 600000
21 Triplek 130000 Lembar 2 260000
22 Tongkat Kayu 40000 Buah 4 160000
23 Rol Meteran 275000 Buah 1 275000
24 Gergaji 80000 Buah 1 80000
25 Cangkul 60000 Buah 4 240000
26 Paku Kecil 25000 Kg 0,5 12500
26 Golok 50000 Buah 1 50000
27 Pedang Sawah (Gobet) 80000 Buah 1 80000
28 Pisau Potong 15000 Buah 5 75000
29 Saringan Ekstrak 12500 Buah 3 37500
30 Ember Kecil 15000 Buah 6 90000
31 Upah Panen 50000 Orang 6 300000
Total Pengeluaran 6.880.000

Transportasi
No Barang Harga Per Unit Satuan Jumlah Total
1 Sewa Motor 50000 Hari 8 400000
2 Sewa Truk 300000 Hari 2 600000
Total Pengeluaran 1.000.000

Dokumentasi
No Barang Harga Per Unit Satuan Jumlah Total
1 Sewa Kamera 35000 Hari 4 140000
2 Baterai Alkalin 20000 Buah 8 160000
Total Pengeluaran 300000

Kesetariatan
No Barang Harga Per Unit Satuan Jumlah Total
1 Sewa Laptop 25000 Hari 8 200000
2 CD Laporan Akhir 5000 Keping 6 30000
3 Flash Disk 4 GB 110000 Buah 2 220000
4 Alat Tulis Kantor 100000 Paket 1 100000
5 Print dan Jilid 200000 Paket 1 200000
6 Tinta Komputer 20000 Bungkus 3 60000
7 Kalender 10000 Lembar 1 10000
Total Pengeluaran 820000


Konsumsi Tenaga Kerja
No Barang Harga Per Unit Satuan Jumlah Total
1 Makanan 10000 Paket 18 180000
2 Minum Botol 20000 Kardus 2 40000
Total Pengeluaran 220000


Anggaran Tak Terduga 150000


Total Pengeluaran
1 Operasional 6.880.000
2 Transportasi 1.000.000
3 Dokumentasi 300
4 Keseketariatan 820
5 Konsumsi Tenaga Kerja 220
6 Anggaran Tak Terduga 150
Total Pengeluaran 9.370.000




K. Daftar pustaka

Agus Yp Bambang, Drs., M.Si. 2008. Dampak Pembangunan Pengelolaan Lahan Dan Air Tahun 2006- 2007 Terhadap Produksi Padi Tahun 2006-2008. Jakarta: Erlangga.
Arsyad. S 1989. Konsevasi Tanah Dan Air. Bogor : Penerbit IPB.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. 2001. Identifikasi Dan Karakterisasi Wilayah Pengembangan Sistem Usaha Tani Terpadu Di Desa Bojong, Kec. Cikembar Kab. Sukabumi. Lembang : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat.
BPTP Nusa Tenggara Timur. 2009. Padi Membrano Dengan Sistem Legowo di Lahan Sawah Beririgasi. Nusa Tenggara Timur : BPTP Nusa Tenggara Timur.
Departemen Pertanian. 1995. Budidaya Mina Padi Azolla Dengan Tanam Jajar Legowo. Jakarta : Departemen Pertanian.
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. 2007. Menanam Padi. Bantul : Ngraho.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. 1997. Data Pokok Petanian Jawa Barat. Bandung : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 2007. Pedoman Penyusunan Standar Prosedur Operasional ( S P O ) Padi Organik. Jakarta : Direktorat Pengoalahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP, Departemen Pertanan.
Entun Santosa, 2005. Rice organic farming is a programme for strengtenning food security in sustainable rural development, Makalah disampaikan pada seminar Internasinal Kamboja ROF.
Kuswara dan Alik Sutaryat, 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode SRI (System of Rice Intencification). Kelompok Studi Petani (KSP). Ciamis
Mutakin, J. 2005. Kehilangan Hasil Padi Sawah Akibat Kompetisi Gulma pada Kondisi SRI (Systen of Rice Intencification). Tesis. Pascasarjana. Unpad Bandung
Sampurna Untuk Indonesia, 2008. SRI Sytem Rice intensification, Pasuruan
Siregar Hadrian, DR. 1980. Budi daya Tanaman Padi di Indonesia. Bogor : Sastra Hudaya.
Suripin, Dr. Ir.M.Eng. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air.Yogyakarta : Andi.
Suriapermana.S, I. Syamsul, dan AM Fagi. 1990. Laporan Pertama Pertanian Mina Padi. Subang : Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
Utomo Munajir, Natandidin. 2002. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Jakarta : Panebar Swadaya.
Buletin PLA Edisi 28 Desember 2008
Buletin Teknik Pertanian, Vol. 9, Nomor 1, 2004
Kompas, Sabtu, 3 Mei 2008
(webadmin[at]depkominfo.go.id). 4 September 2009, 10.25 WIB.
(www.tanindo.com/abdi10/image/hal-16a). 10 September 2009, 16.38 WIB.
(trubus-online, 3 Maret 2008). 11 September 2009, 10.29 WIB.
(isroi.wordpres.com). 19 September 2009, 10.29 WIB.






L. LAMPIRAN
1. Biodata Ketua Serta Anggota Kelompok
Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Yusak
b. NIM : A24080079
c. Fakultas/ Departemen : Pertanian/Agronomi dan Hortikultura
d. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 9 jam per minggu

Anggota Pelaksana
1. a. Nama Lengkap : Ina Ana Khoeriah
b. NIM : A24080123
c. Fakultas/ Departemen : Agronomi dan Hortikultura
d. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 9 jam per minggu

2. a. Nama Lengkap : Niken Khusnul Tri Lestari
b. NIM : A2408041
c. Fakultas/ Departemen : Pertanian/Agronomi dan Hortikultura
d. Perguruan Tinggi : Insitut Pertanian Bogor
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 9 jam per minggu

3. a. Nama Lengkap : Herlin Herliansyah
b. NIM : E24090045
c. Fakultas/ Departemen : Kehutanan/Teknologi Hasil Hutan
d. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 9 jam per minggu

4. a. Nama Lengkap : Yudha Yaniari Satriya Putri
b. NIM : P040999035
c. Fakultas/ Departemen : Teknik Pertanian / Teknologi Industri
Pertanian
d. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 9 jam per minggu

2. Biodata Dosen Pendamping
Nama : Hajrial Aswidinnoor
Tempat /Tgl lahir : Puruk Cahu, 29 September 1959
Instansi : Bagian Genetika & Pemuliaan Tanaman
Departemen Agronomi & Hortikultura, Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Jabatan : Staf pengajar, Lektor Kepala
Alamat Kantor : Jl. Meranti, Kampus IPB, Darmaga Telp. 0251-629353, fax. 0251-629353
Alamat Rumah : Taman Pagelaran EE I No. 19
Ciomas, Bogor 16610
Telp. 0251–635358, 0251-631701

Alamat E-mail : hajrial@ipb.ac.id
hajrial@plasa.com

Riwayat pendidikan :
1982. Ir. IPB. [Agronomi] (tahun lulus & PT)
1987. MSc. University of Wisconsin, Madison, USA.
[Plant Breeding and Plant Genetics]
1991 PhD. University of Missouri, Columbia, USA.[Genetics and Plant Breeding]

Mata Kuliah Diampu: 1. Pemuliaan Tanaman (S3 & S2)
2. Metode Penelitian Pemuliaan Tanaman (S3 & S2)
3. Teknik Molekuler & Seluler Pemuliaan Tanaman
(S3 & S2)
4. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman (S1)
5. Dasar-dasar Agronomi (S1)
Riwayat/Pengalaman Kerja :
1982 – sekarang : Dosen Dept Agronomi & Hortikultura, Faperta, IPB
1982 – 1984 : Kepala Kebun Percobaan IPB di Lokasi Transmigrasi
Sitiung II, Sumatera Barat. Mengkoordinasi
pelaksanaan percobaan lapang penelitian reklamasi lahan
kering, percobaan budidaya lahan kering, pengujian-
pengujian varietas padi, kedelai , dan jagung hibrida.

1984 – 1985 : Anggota Panitia Akademik, Fakultas Pertanian IPB

1986 – 1991 : Pendidikan S2 dan S3 di Amerika Serikat

1992 – 2008 : Membantu Direktorat Pembinaan Penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (Ditjen Dikti), Depdiknas, dalam :
- Perencanaan/pengembangan program-program hibah
penelitian
- Pengelolaan usulan penelitian dari dosen perguruan tinggi
- Evaluasi usul penelitian dari dosen perguruan tinggi
- Pemantauan pelaksanaan penelitian yang dibiayai Ditjen
Dikti
- Pelaksanaan seminar tahunan hasil-hasil penelitian yang
dibiayai Ditjen Dikti
- Penyusunan ringkasan hasil-hasil penelitian yang dibiayai
Dikti
1993 : Anggota Tim Studi Kepranataan Penerbitan Ilmiah.
Ditjen Dikti.

1994 : Anggota Tim Studi Pengkajian Program Pengembangan
IPTEKS di Politeknik Pertanian. Ditjen Dikti.

1993 – 1994 : Sekretaris Tim Persiapan Proyek University Research for
Graduate Education (URGE), Ditjen Dikti.
1994 – 1997 : Staf Ahli pada Sekretariat Majelis Penelitian
Pendidikan Tinggi (Sekretariat MPPT), Ditjen Dikti.
1994 – 1997 : Manager Program Hibah Pengembangan Unit - Center Grant,
Proyek URGE, Ditjen Dikti.
1994 : Anggota Delegasi Kunjungan Majelis Penelitian Perguruan
Tinggi (MPPT) Depdiknas ke Australian Research Council,
dan ke Department of Education, Employment and Training
(DEET) Australia, serta Pelatihan Singkat di Australia tentang
Pengelolaan Program Penelitian Nasional.

1994 - 2000 : Sekretaris merangkap Anggota, Komisi Tetap Bidang Ilmu
Pertanian, MPPT, Ditjen Dikti.
1996 : Anggota Delegasi Kunjungan MPPT ke National Science
Foundation (NSF) Amerika Serikat, dan Le Centre National
de la Recherche Scientifique (CNRS) Perancis.
1997 – 2000 : Pemimpin Proyek URGE (University Research for Graduate
Education), Ditjen Dikti. (Proyek dengan dana bantuan Bank
Dunia, mencakup program: Center Grant, Hibah Tim
Penelitian Pascasarjana, Hibah Pengelolaan Jurnal Ilmiah,
Domestic
Collaborative Research Grant, Beasiswa Unggulan
Pascasarjana – merrit fellowship, program sandwich, Insentif
publikasi ilmiah internasional, dan Program International
Research Linkage – IRL)
1997 - 2005 : Sekretaris merangkap Anggota, Majelis Penelitian (MP),
Dewan Pendidikan Tinggi (DPT), Depdiknas.
2001 – 2006 : Kepala Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman,
Departemen Agronomi & Hortikultura, IPB
2002 – 2003 : Ketua Program Studi Agronomi – Sekolah Pascasarjana IPB.
2003 – 2005 : Sekretaris Program Doktor, Sekolah Pascasarjana IPB
1992 – sekarang : Membimbing Penelitian Disertasi, Thesis dan Skripsi mhs
IPB
2002 – sekarang : Anggota Dewan Juri, Lomba Penelitian Ilmiah Remaja,
Depdiknas
2007 – sekarang : Anggota Tim Penilai Pelepasan Varietas Tanaman (TP2V),
Departemen Pertanian
2007 – sekarang : Anggota Komisi Perlindungan Varietas Tanaman,
Departemen Pertanian

Beberapa Penghargaan

1976 : Anggota Delegasi Pelajar Indonesia ke Perancis,
Pertukaran Pemuda Indonesia – Perancis

1977 : Finalis Pelajar Teladan Nasional tingkat SLTA, mewakili
Propinsi Kalimantan Selatan
1982 : Lulusan Terbaik I, Jurusan Agronomi, Faperta IPB.
1990 : Superior Graduate Achievement Award, University of
Missouri – Columbia, USA.
1991 : Sears – Longwell Award, Univ. of Missouri – Columbia,
USA.
1995 : Peserta Terbaik I pada Penataran P4 Pola 120 jam (Calon
Penatar) Tingkat Propinsi Jawa Barat, di IPB.
2006 : Satyalancana Karya Satya 10 tahun
Satyalancana Karya Satya 20 tahun

Pengalaman Penelitian

1. Kepala Kebun Percobaan IPB di Lokasi Transmigrasi Sitiung, Sumatera Barat. 1982 – 1984. Memimpin pelaksanaan percobaan lapang penelitian-penelitian reklamasi lahan kering Podsolik Merah Kuning, percobaan budidaya lahan kering, pengujian-pengujian varietas padi, kedelai, dan jagung hibrida.
2. Asisten Peneliti. Program Pemuliaan Jagung Hibrida. (Departemen Agronomi, Faperta, IPB). 1984 - 1985
3. Penelitian Thesis S2. Metode Seleksi Berulang dan Komposit untuk Kualitas Ketegaran Batang pada Jagung. 1986 – 1987. (University of Wisconsin, Madison, USA)
4. Penelitian Disertasi. Kloning, Karakterisasi Molekuler dan Pemanfaatan Marker DNA Repetitif Spesific Spesies dalam Pemuliaan Tanaman Padi. 1988 – 1991. (University of Missouri, Columbia, USA)
5. Ketua Peneliti. Aplikasi Sistem Pelabelan dan Deteksi Non-radioaktif dalam Hibridisasi DNA dan RNA. 1993. (Ditjen Dikti, Depdiknas)
6. Anggota Peneliti. Pemuliaan Kedelai berumur panjang untuk produk tinggi. 1992 – 1996. (Penelitian Hibah Bersaing , Ditjen Dikti)
7. Ketua Peneliti. Kloning gen responsif terhadap cekaman kekeringan pada kedelai. 1993 – 1996. (RUT I, Menristek LIPI)
8. Ketua Peneliti. Studi Perakitan Varietas Padi Gogo dan Perluasan Keragaman Genetik Menggunakan Kerabat Liar Oryza sp. 1997 – 2000 (Hibah Bersaing, Dikti, Depdiknas)

9. Anggota Peneliti. Studi Fisiologi dan Genetik Ketahanan terhadap Keracunan Aluminium serta Efisiensi Pemanfaatan Hara Nitrogen, Kalium dan Fosfor pada Padi Gogo. 1998 – 2001. (Penelitian Hibah Tim Pascasarjana – URGE, Ditjen Dikti, Depdiknas)
10. Ketua Peneliti. Konstruksi Pustaka cDNA dan Analisis Ekspresi Gen pada Klon Karet Resisten terhadap Penyakit Gugur Daun Corynespora casiicola. 2003 – 2004. (PAATP, Badan Litbang Deptan).
11. Ketua Peneliti. Penggunaan Metode Finlay-Wilkinson dan Wricke Ecovalence dalam Pengujian Galur Harapan Padi. 2004. (Penelitian Dasar, Ditjen Dikti, Depdiknas).
12. Ketua Peneliti. Pengujian Galur Harapan Padi Sawah Tipe Baru. 2005 (LPPM IPB)
13. Ketua Tim Peneliti. 2001 – sekarang. Perakitan dan Pengembangan Padi Sawah Tipe Baru (PTB) di IPB.

Pengalaman Membimbing Penelitian Mahasiswa Sarjana (S1)

No.
Nama Mahasiswa
Judul Skripsi Tahun Lulus Kedudukan dlm Komisi Pembimbing
1 Vanda Sari Pengujian ketahanan kerebahan dan mutu beras plasma nutfah padi 1997 Ketua
2 Siti Aisah Pelaksanaan supra insus di tingkat petani Kecamatan Sukra, Indramayu 1998 Ketua
3 Hapsari Suryaningsih Keragaan beberapa galur lokal padi gogo di sela tanaman karet muda pada musim kemarau 1998 Ketua
4 Mira Dwipasari Reaksi ketahanan 49 genotipe padi terhadap penyakit blas daun (Pyricularia grisea) ras 163 dari Sukabumi dan ras 173 dari Indramayu 1998 Ketua
5 Budi Cahyo Purnomo Pengujian keragaan beberapa genotipe padi gogo pada lahan tercekam Al di Jasinga 2001 Ketua
6 Devi Ridwan Keragaan agronomi beberapa genotipe lokal padi gogo di tanah latosol kebun percobaan IPB Cikarawang 2001 Ketua
7 Pipit Prihatini Uji keragaan sifat agronomis dan pengujian mutu beras beberapa galur F6 padi gogo (Oryza sativa) yang dibudidayakan pada kondisi tercekam aluminium 2002 Ketua
8 Dwiatmoro Seleksi tanaman ke baris generasi F4 dan uji keragaan pada musim kemarau galur-galur generasi F5 delapan famili padi 2002 Ketua
9 Chaidir Seleksi tanaman ke baris pada generasi F4 dan uji keragaan pada musim kering galur-galur F5 delapan famili padi (Oryza sativa) 2002 Ketua
10 Ratih Mulyani Seleksi tanaman ke baris generasi F4 dan uji keragaan pada musim kering galur-galur F5 padi gogo (Oryza sativa L.) 2002 Ketua
11 Dwipo Wuryanto Seleksi tanaman ke baris generasi F4 dan uji keragaan pada musim kering galur F5 padi gogo (Oryza sativa L.) 2002 Ketua
12 Angelita Puji Lestari Uji daya hasil pendahuluan dan uji mutu beras 21 varietas padi hibrida hasil pemuliaan Balai Penelitian Tanaman Padi 2003 Ketua
13 Hotasi Sianipar Uji daya hasil pendahuluan dan uji mutu beras beberapa galur F6 padi sawah (Oryza sativa L.) dalam rangka pengembangan padi tipe baru (PTB) 2003 Ketua
14 Rosa Nugraha Cahaya Putra The evaluation of agronomic characters of F5 rice lines (Oryza sativa L.) for development of new plant type (NPT) lines 2003 Ketua
15 Nanang Supena Uji daya hasil pendahuluan dan uji mutu beras beberapa galur F6 padi (Oryza sativa L.) dalam rangka pengembangan padi tipe baru (PTB) 2003 Ketua
16 Awaludin Senjaya Uji keragaan sifat agronomis 80 galur F5 padi sawah (Oryza sativa L.) untuk mendapatkan galur harapan padi tipe baru (PTB) 2003 Ketua
17 Tri Apriyani Uji keragaan karakter agronomis dan mutu fisik beras galur harapan F6 padi (Oryza sativa L.) yang dibudidayakan pada kondisi tercekam aluminium 2004 Ketua
18 Natalia Ekowati Evaluasi daya hasil lanjutan galur-galur harapan F8 padi sawah tipe baru (PTB) di dua lokasi 2004 Ketua
19 Lintang Anggoro Asih Pengujian daya hasil lanjutan 19 genotipe padi gogo di dua lokasi 2004 Ketua
20 Salha Rohmatun Nisa Pengujian multilokasi galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) di Jawa Barat dan Kalimantan Tengah 2005 Ketua
21 Endang Nur Bintari Pengujian multilokasi galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) di Jawa Tengah dan Sumatera Barat 2005 Ketua
22 Mansur Chadi Mursid Pengujian multilokasi galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan 2005 Ketua
23 Nandang L. Hakim Pengujian multilokasi galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat 2005 Ketua
24 Firman Jaya Hariadi Pengujian galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) di Bogor 2006 Ketua
25 Intan Gilang Cempaka Pengujian galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) di Kab. Cilacap 2007 Ketua
26 Wulandari Siti Nurhidayah Pengujian galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) di Kab. Sukabumi 2007 Ketua
27 Ratna Indriani Pengujian galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) di Kab. Sumedang 2007 Ketua
28 Sumiyati Pengujian galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) di Kab. Bandung 2007 Ketua
29 Akhmad Yudi Wibowo Pengujian galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) di Kab. Bogor, Jawa Barat 2008 Ketua
30 Toni Eka Putra Pengujian galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) di Kab. Pinrang dan Kab. Luwu Timur, SulSel. 2008 Ketua
31 Khodijah Teguh Iriyanti Potensi produksi galur harapan padi sawah tipe baru IPB dengan teknik budidaya SRI di Kab. Kebumen, Jawa Tengah 2009 Ketua
32 Yusup Kusumawardana Potensi produksi galur harapan padi sawah tipe baru IPB dengan teknik budidaya Legowo di Kab. Bogor, Jawa Barat On going Ketua

Pengalaman Kerjasama Penelitian dan Community Development
1. 2004 – 2008. Ketua Tim. Kegiatan Perbaikan Teknologi Varietas Padi Spesifik Lokalita Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. (Kerjasama IPB – Pemda Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah)

2. 2005 – 2008. Ketua Tim. Perakitan dan Pengembangan Padi Spesifik Pasang Surut Lokal Barito Kuala. (Kerjasama IPB – Pemda Kabupaten Barito Kuala,Kalimantan Selatan).

3. 2006 – 2007. Ketua Tim. Kajian Peningkatan Produktivitas Padi Kabupaten
Kotabaru. Kerjasama IPB – Pemda Kab.Kota Baru, Kalimantan Selatan).

4. 2008. Anggota Tim. Pengkajian varietas padi untuk lahan sulfat masam di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Varietas Padi Payau di Kabupaten
Kerinci, Provinsi Jambi. (Kerjasama IPB – Pemda Provinsi Jambi).

5. 2007 – 2008. Ketua Tim. Perakitan Varietas Unggul Padi Tipe Baru dan Padi Tipe Baru–Ratun Spesifik Lahan Pasang Surut Kalimantan untuk Mendukung Teknologi Budidaya Dua Kali Panen Setahun. (KKP3T Deptan. Kerjasama IPB – Badan Litbang Deptan).

6. 2008. Ketua Tim. Pembinaan Petani Padi Sawah di Sorowako Kabupaten
Luwu Timur. (Program CSR, Kerjasama IPB – PT Inco, Sorowako
Sulawesi Selatan).




3. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ketua Pelaksana
Nama : Yusak
NRP : A24080079
Tempat/Tanggal Lahir : Purworejo/27 Oktober 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Golongan Darah : B
Agama : Islam
Alamat Asal : Jalan Yogyakarta No. 29 Bagelen RT 02 RW I Kec.
Bagelen Kab. Purworejo 54174
Alamat Bogor : Jalan Rasamala No 4 Asrama Sylvalestari Kampus
IPB Darmaga Bogor 16680


Riwayat Pendidikan
TK Bedug Bagelen Tahun 1995-1996
SD Negeri Bedug Tahun 1996-2002
SMP Negeri 17 Purwoorejo Tahun 2002-2005
SMA Negeri 3 Purworejo Tahun 2005-2008
Institut Pertanian Bogor Program S-1 Tahun 2008-Sekarang

Pengalaman Organisasi
Pramuka SMP Negeri 17 Purworejo Tahun 2003-2004
Pramuka SMA Negeri 3 Purworejo Tahun 2006-2008
OSIS SMA Negeri 3 Purworejo Tahun 2006-2008
Theater SMA Negeri 3 Purworejo Tahun 2006-2007
KIR SMA Negeri 3 Purworejo Tahun 2006-2008
Unit Bantu Pertolongan Pramuka Purworejo Tahun 2006-2008
Pramuka Institut Pertanian Bogor Tahun 2008-Sekarang
Forum Komti Kelas TPB IPB Tahun 2008-2009
Forum Ketua Lorong TPB IPB Tahun 2008-2009
Himpunan Mahasiswa Agronomi IPB Tahun 2009-Sekarang


Prestasi Yang Pernah Diraih
Juara bertahan Pesta Siaga SD se-Kabupaten Tahun 1999-2002
Peringkat 1 Paralel SMP Negeri 17 Purworejo Tahun 2002-2005
Peringkat 4 Olimpiade Biologi Kabupaten Tahun 2006
Peringkat 11 Olimpiade Biologi Kabupeten Tahun 2007
Peringkat 1 Kejuaraan Theater Kabupeten Tahun 2007
Peringkat 1 Lomba Karya Ilmiah tingkat SMA Tahun 2007
Siswa Teladan SMA Negeri 3 Purworejo Tahun 2006-2007
Peringkat 1 Paralel SMA Negeri 3 Purworejo Tahun 2006-2008
Masuk Institut Pertanian Bogor Jalur USMI Tahun 2008


Anggota Pelaksana

1. Nama : Ina ana Khoeriah
NRP : A24080123
Tempat/Tanggal Lahir : Kuningan,22 Oktober 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah : B
Agama : Islam
Alamat Asal : Dusun Pahing Rt 02/Rw 02 Desa Ciputat Kec.
Ciawigebang Kab. Kuningan Jawa Barat 45591
Alamat Bogor : Jln. Babakan Tenga RT 02/Rw 08 Gang Cangkir No.
39 Darmaga Bogor 16680


Riwayat Pendidikan : TK Bougenville 1995-1996
SDN 1 Ciawigebang 1996-2002
SMPN 1 Ciawigebang 2002-2005
SMAN 1 Ciawigebang 2005-2008



Pengalaman Organisasi :
• Pramuka SMPN 1 Ciawigebang 2002-2005
• OSIS SMPN 1 Ciawigebang 2004-2005
• Pramuka SMAN 1 Ciawigebang 2005-2008
• OSIS SMAN 1 Ciawigebang 2007-2008
• DKR Kec. Ciawigebang 2007-2008
• English Club SMAN 1 Ciawigebang 2007-2008
• IAAS LCD IPB 2008- Sekarang

Prestasi Yang Pernah Diraih
Masuk IPB jalur USMI

2. Nama : Niken Khusnul Tri Lestari
NRP : A24080041
Tempat/Tanggal Lahir : Semarang,8 April 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah : A
Agama : Islam
Alamat Asal : Jl.Raya Notog,Rt.01 Rw.03,Patrikraja,Banyumas
Alamat Bogor : Jl.Rasamala no2, Asrama Putri Darmaga, Rt.09
Rw.05, Kampus IPB Darmaga Bogor,16680


Riwayat Pendidikan
TK Aisyah Notog 1995-1996
SD N 1 Notog 1996-2002
SMP N 1 Patikraja 2002-2005
SMA N 4 Purwokerto 2005-2008



Pengalaman Organisasi
• Pramuka SMP N 1 Patikraja 2003-2005
• OSIS SMA N 4 Purwokerto 2005-2006
• KIR SMA N 4 Purwokerto 2006-2007

Prestasi
Termasuk 15 besar olimpiade kimia se BARLINGMASCAKEB SMA N 4 Purwokerto

3. Nama : Yudha Yaniari Satriya Putri
NRP : P040999035
Tempat/ Tanggal Lahir : Jember/ 25 Januari 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah : O
Agama : Islam
Alamat Asal : Desa Sepaso Kec.Bengalon Kab. Kutai Timur Kaltim
Alamat Bogor : Gedung A2 no.238, Asrama Putri TPB IPB


Riwayat Pendidikan
TK Melati 1996-1997
SDN Tulung II 1997-2003
SMPN 1 Kawedanan 2003-2006
SMAN 1 Bengalon 2006-2009
Institut Pertanian Bogor 2009- sekarang


Pengalaman Organisasi
KOPSIS SMPN 1 Kawedanan 2002-2006
Theater SMPN 1 Kawedanan 2007
OSIS SMAN 1 Bengalon 2007-2008
Pramuka SMan 1 Bengalon 2007-2008
Organisasi HIV/ AIDS Bengalon 2007- sekarang
Pramuka Institut Pertanian Bogor 2009- sekarang




Prestasi Yang Pernah Diperoleh
• Juara 1 Lomba Bahasa Indonesia Tingkat Kecamatan
• Sepuluh besar olimpiade fisika tingkat kabupaten
• Juara 1 umum bidang akademik SMA
• Masuk IPB jalur BUD


2. Nama :
NRP :
Tempat/Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Golongan Darah :
Agama :
Alamat Asal :
Alamat Bogor :


Riwayat Pendidikan




Pengalaman Organisasi




Prestasi Yang Pernah Diperoleh

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer