“STRUKTUR INTERAKSI KELOMPOK ELIT DALAM PEMBANGUNAN”

Mata Kuliah Sosiologi Umum Hari/Tanggal : Rabu/22 September 2010
Praktikum ke-3 Asisten : Anggy Nurmalasari
“STRUKTUR INTERAKSI KELOMPOK ELIT DALAM PEMBANGUNAN”
Penelitian di Tiga Desa Santri
Oleh : Sunyoto Usman
Nama : Erik Sunandar
NIM/NRP : I14100093
Ikhtisar Bacaans
Elit didefinisikan sebagai anggota suatu kelompok kecil dalam masyarakat yang tergolong disegani, dihormati, kaya serta berkuasa. Mereka merupakan kelompok minoritas superior yang berada dalam puncak strata. Sedangkan kelompok mayoritas inferior yang didominasi oleh kelompok elit disebut masa. Keadaan mereka merupakan kebalikan dari kelompok elit.
Kelahiran kelompok elit dalam lasyarakat biasanya didasarkan pada dua pendapat. Pendapat pertama yaitu yang percaya bahwa kelompok elit lahir dari proses yang alami. Pendapat kedua yaitu yang percaya bahwa kelompok elit lahir akibat dari kompleksitas organisasi sosial, terutama dalam menjawab tantangan, heterogenitas masalah akonomi dan politik.
Di pedesaan, jumlah kelompok elit tidak banyak dan biasanya terdiri dari mereka yang memiliki jabatan formal dalam pemerintahan desa (pamong desa), pengurus lembaga sosial pedesaan (LKMD, PKK, Kelompok Tani), petani kaya, guru desa atau pegawai negeri. Kelompok elit boleh juga diisi oleh informal Leaders.
Kelompok elit sangatlah potensial sebagai agen perubahan terutama dalam menjembatani antara kemauan pemerintah dan kemauan masyarakat. Sehingga, penelitian yang dilakukan di tiga desa santri wilayah Kabupatan Jombang, Jawa timur ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur interaksi elit dalam mengakomodasi implementasi proyek pembangunan pedesaan. Maka, masalah penelitian tentang bagaimana konfigurasi posisi masing-masing anggota kelompok elit dalam jaringan interaksinya dapat terjawab.
Selain itu, alasan dipilihnya tiga desa tersebut sebagai lokasi penelitian, yaitu yang pertama, banyaknya anggota masyarakat yang menjadi pengikut thoriqot Qodiriyah Naqsabandiyah (salah satu aliran tasawuf yang berakar kuat dalam masyarakat). Yang kedua yaitu, anggota masyarakat memiliki daya dukung yang kuat terhadap ketahanan organisasi sosial politik islam.
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengadakan analisis tiga macam proyek pembangunan yang dimana proyek tersebut biasanya melibatkan kelompok elit mengambil inisiatif dalam proses pembuatan keputusan dan perumusan tindakan. Tiga macam proyek pembangunan yaitu Supra Insus Padi, Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), dan Bantuan Desa. Selain itu, aspek interaksi yang dilibatkan untuk menganalisis masalah tersebut yaitu aspek integrasi dan analisis yang digunakan untuk menerangkan struktur interaksi kelompok elit dalam mengakomodasi proyek pembangunan pedesaan adalah analisis jaringan (network analysis).
Dalam menghitung data, penelitian menggunakan program computer network analysis yang dirancang oleh Robert Kylberg (1986) yang dapat menunjukkan tingkat jangkauan antar aktor (reachability), jarak hubungan (part distance), dan jumlah klik – klik (cliques) dalam jaringan, sehingga status dan peranan masing – masing elit dapat diidentifikasi.
Kedudukan elit dalam jaringan dapat dikategorikan menjadi beberapa macam yaitu the liaison (elit yang menghubungkan dua klik atau lebih), the bridge (elit anggota suatu klik dan menghubungkan kliknya dengan klik yang lain, the ember (elit yang dalam jaringan hanya menjadi anggota saja atau tidak memiliki peranan apa – apa), dan the isolated (elit yang tidak berhubungan dengan elit lain atau terisolir).
Berdasarkan analisis-analisis yang telah dilakukan dalam penilitian tersebut terdapat sejumlah informasi penting bahwa dalam aktifitas yang berkaitan dengan implementasi proyek pembangunan pedesaan (khususnya proyek Supra Insus Padi, Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), dan Bantuan Desa) bahwa kelompok elit pamong desa (yang menempati jabatan formal) ternyata memiliki angka tinggi baik dalam koneksi maupun integrasi dibandingkan dengan kelompok elit agama yang rata-ratanya memiliki angka yang lebih rendah.
Dengan demikian, pnilitian ini sangat bertentangan dengan anggapan banyak orang bahwa di desa-desa santri peranan pemuka agama kerap digambarkan sebagai agen yang sanggup menjembatani kemauan masyarkat dan kepentingan pemeritah.
Kelompok elit pemuka agama menjadi terkesampingkan (dormant) dalam kegiatan yang berkaitan dengan implementasi proyek pembangunan pedesaan diantaranya karena dalam proyek Supra Insus Padi, Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), dan Bantuan Desa, mekanisme perencanaan, pelaksanaan, pengusulan serta pengambilan kebijaksanaan Sehingga kelompok elit pamong desa ini menjadi lebih kaya informasi dan lebih mampu menyalurkan ide baru secara efektif dan efisien.
Keadaan yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Meskipun di beberapa desa yang mungkin masih terisolir dimana pamong desa masih bisa mengantisipasi tuntutan yang muncul dalam masyarakat dan melerai konflik yang terjadi. Akan tetapi, dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat desa yang semakin terbuka, dimana tuntutan masyarakat semakin majemuk, semua elit desa baik itu pamong desa, pemuka agama, dan petani kaya tentunya harus mau bahu membahu dalam kegiatan pembangunan sehingga kesejahteraan masyaakat akan tetap terpelihara.

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer