UJI ORGANOLEPTIK DAN KADAR VITAMIN C DODOL SUSU PASTEURISASI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera)
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Biologi
Disusun oleh :
DIYAH YUYUN SRI MULYANI
A 420 040 070
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Susu adalah makanan cair yang diproduksi oleh kelenjar susu mamalia
betina. Secara kimiawi susu adalah emulsi butiran lemak dalam cairan berbahan
dasar air. Susu mentah adalah susu yang tidak diproses, yang lebih beresiko
menyebabkan penyakit akibat kemungkinan hadirnya mikroorganisme patogen.
Susu mentah akan lebih beresiko menyebabkan penyakit dibandingkan dengan
susu yang sudah dipasteurisasi (mengalami pemanasan). Kandungan gizi susu
hasil pemerahan pagi hari akan lebih tinggi secara kuantitas, sedangkan
kandungan gizi susu hasil pemerahan sore hari akan lebih tinggi secara kualitas.
Susu pasteurisasi adalah susu segar yang telah mengalami pemanasan
pada suhu di bawah 100oC. Standar pasteurisasi menggunakan suhu 62oC selama
3 menit atau suhu 71oC selama 15 detik. Pemanasan tersebut bertujuan
mematikan bakteri – bakteri patogen, sehingga susu pasteurisasi dalam jangka
waktu tertentu aman untuk diminum tanpa harus dipanaskan lagi. Pada
penyimpanan dingin ± 4oC, susu pasteurisasi tidak rusak dalam waktu ± 7 hari
(Hadiwiyoto, 1994).
Komponen susu antara lain adalah air 87%, lemak susu 3,9%, bahan
kering tanpa lemak 8,8% yaitu protein 3,25% (3/4 kasein, 1/4whey protein,
laktalbumin dan laktal globulin), laktosa 4,6%, mineral 0,65% (Ca, P, Mg, K, Zn,
Cl, Fe, Cu, sulfat, bikarbonat dan lain-lain), asam 18% (sitrat, asetat, laktat, dan
1
2
oksalat), enzim (peroksidase, katalase, fosfatase dan lipase), gas-gas (oksigen dan
nitrogen), vitamin (A, C dan D serta vitamin dan riboflamin) (Susilorini, 2006).
Lidah buaya ditemukan pada tahun 1500 S.M, tanaman ini digunakan
untuk melawan insomnia, gangguan pencernaan, sakit kepala, kerontokan rambut
dan lain sebagainya. Meski sudah diketahui khasiatnya, sekarang lidah buaya
mulai diketahui orang sebagai obat kulit yang terbakar akibat sinar matahari.
Selain itu lidah buaya juga mulai dikonsumsi sebagai bahan makanan. Bagian
lidah buaya yang dikonsumsi adalah bagian gelnya, karena gel lidah buaya
mengandung banyak gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu gel lidah buaya
jika diolah menjadi bahan makanan akan memiliki rasa yang enak, kenyal dan
empuk. Untuk menghilangkan lendirnya dapat direndam dalam air kapur selama
3 jam, sedangkan untuk menghilangkan bau yang tidak sedap dapat direndam di
larutan garam dan jeruk nipis selama 2 jam (Anonim, 2007).
Menurut Kusnandar (2002), pengguna produk berbahan baku alami telah
menjadi kegemaran masyarakat luas yang terkenal dengan istilah “back to
nature” yang berarti kembali ke alam. Demikian pula dengan tanaman lidah
buaya (Aloe vera) yang selama ini hanya dikenal sebagai shampo untuk
perawatan rambut dan tanaman hias. Pada masa kini penggunaannya sudah
semakin luas, baik dalam industri kosmetik maupun farmasi. Lidah buaya
merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi
untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri. Di negara
maju seperti Amerika, Australia, dan Eropa, lidah buaya telah dimanfaatkan
sebagai bahan baku industri makanan dan minuman kesehatan.
3
Komponen lidah buaya sebagian besar adalah air yang mencapai 99,5 %
dengan total padatan terlarut hanya 0,49 %, lemak 0,067 %, karbohidrat 0,043 %,
protein 0,038 %, vitamin 0,49 %, vitamin C 3,476 mg (Furnawanthi, 2002).
Daging atau gel lidah buaya mempunyai kandungan gizi yang tinggi diantaranya
Vitamin C. Vitamin C mudah sekali rusak karena mudah larut dalam air dan
penanganan yang kurang tepat. Vitamin C dalam daging atau gel lidah buaya
dapat dipertahankan kandungan gizinya, salah satu cara yaitu dengan pembuatan
dodol (Wuwun, 2005).
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam
keadaan kering Vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, Vitamin C
mudah rusak karena adanya udara (oksidasi) terutama apabila terkena panas.
Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan
asam. Pangan dapat kehilangan Vitamin C sejak dipanen hingga sampai dimeja
makan. Keadaan yang menyebabkan hilangnya Vitamin C adalah: lama
disimpan, perendaman dalam air, dimasak dengan suhu tinggi untuk waktu lama,
dimasak dalam panci besi atau tembaga, dan dibiarkan lama sesudah dimasak
pada suhu kamar atau suhu panas sebelum dimakan (Almatsier, 2001).
Vitamin C tidak terdistribusi secara luas dalam bahan makanan seperti
kebanyakan vitamin yang lain. Vitamin C banyak ditemukan dalam makanan
nabati, yaitu sayuran dan buah-buahan segar. Jumlah yang sangat sedikit terdapat
dalam makanan hewani seperti hati dan ginjal mentah. Susu segar juga
mengandung sedikit Vitamin C dan beberapa dari Vitamin C ini tidak rusak
setelah pasteurisasi (Sherrington, 1994).
4
Pemanfaatan lidah buaya sangat beragam, diantaranya terlihat dari hasil
penelitian Sujono (2005), yang menunjukkan bahwa decocta daun lidah buaya
segar dengan pemberian konsentrasi 400%b/v mampu menurunkan secara
bermakna (P<0,05) kadar glukosa darah kelinci sebesar 27,10Â ± 3,97%.
Meskipun demikian, efek hipoglikemiknya masih di bawah glibenklamid. Selain
itu juga diketahui dalam penelitian Harini (2002) bahwa terjadi interaksi nyata
antara penambahan gula dan bahan pewarna terhadap kadar gula reduksi dan
Vitamin C pada lidah buaya instant juga pada uji organoleptik terhadap aroma,
rasa dan warna.
Berdasarkan hasil penelitian Wuwun (2005), menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh perbandingan daging atau gel lidah buaya terhadap kadar Vitamin
C dodol lidah buaya. Hasil penelitian Wuwun ini juga menunjukkan bahwa pada
hasil uji organoleptik dodol lidah buaya ada pengaruh perbandingan daging lidah
buaya dan santan terhadap uji organoleptik warna, dan aroma dodol.
Sebelum melakukan penelitian dilakukan pra penelitian terlebih dahulu
yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi dodol yang enak secara uji
organoleptik untuk dikonsumsi sehingga dapat dijadikan penentuan konsentrasi
dalam penelitian yang sebenarnya. Hasil dari konsetrasi pra penelitian adalah :
Tabel 1.1. Konsentrasi uji pra penelitian dodol susu lidah buaya
Gel
Tepung
Tepung
Gula
Susu
Lidah Buaya
Ketan
Beras
Jawa
Pasteurisasi
P0
5%
7%
33%
0
0
P1
5%
7%
33%
18%
37%
P2
5%
7%
33%
24%
31%
P3
5%
7%
33%
32%
23%
Bertolokukur dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wuwun (2006) dengan
menggunakan faktor perlakuan yaitu gel lidah buaya dan santan, dalam pra
5
penelitian ini peneliti mencoba menggunakan 2 faktor perlakuan yaitu gel lidah
buaya dan susu pasteurisasi. Konsentrasi pada gel lidah buaya ditentukan
berdasarkan penelitian sebelumnya, sedangkan konsentrasi pada susu pasteurisasi
didasarkan pada penyetaraan komponen sehingga dihasilkan 1komponen dodol
susu lidah buaya yang kompak dan mempunyai rasa yang enak. Hal ini bertujuan
untuk perbandingan dalam hasil akhir penelitian dengan penelitian sebelumnya.
Dengan memperhatikan beberapa uraian dan untuk membuktikan
bagaimana kadar Vitamin C setelah dilakukan proses pasteurisasi, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan suatu penelitian berjudul ” UJI ORGANOLEPTIK
DAN KADAR VITAMIN C DODOL SUSU PASTEURISASI DENGAN
PENAMBAHAN EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera) ”
B. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya masalah dan untuk mempermudah
pemahaman dan penelitian maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :
1. Subyek penelitian adalah Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) dan
susu
pasteurisasi.
2. Obyek penelitian adalah kadar Vitamin C dodol susu pasteurisasi dengan
penambahan ekstrak lidah buaya dan mutu organoleptik.
3. Parameter dibatasi oleh kadar Vitamin C dari dodol.
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dikemukakan permasalahan pokok
yang dihadapi dalam penelitian adalah
1. Berapakah kadar Vitamin C dari dodol susu pasteurisasi dengan penambahan
ekstrak lidah buaya ?
2. Bagaimana mutu organoleptik dan kelayakan dodol susu pasteurisasi dengan
penambahan ekstrak lidah buaya ini untuk dikonsumsi (daya terima) ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah
1. Mengetahui berapa kadar Vitamin C dari dodol susu pasteurisasi dengan
penambahan ekstrak lidah buaya.
2. Mengetahui mutu organoleptik dan kelayakan dodol susu pasteurisasi dengan
penambahan ekstrak lidah buaya ini untuk dikonsumsi (daya terima).
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan sumbangan pengetahuan pada masyarakat bahwa untuk
mendapatkan gizi yang cukup bisa didapat dari mengkonsumsi dodol susu
lidah buaya (Aloe vera) yang mengandung banyak gizi terutama Vitamin C.
2. Menambah wacana keilmuan bahwa dengan penambahan ekstrak lidah buaya
dapat berpengaruh terhadap kadar Vitamin C dari dodol susu pasteurisasi.
7
3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan bahwa dengan penambahan
ekstrak lidah buaya dapat mempengaruhi kadar Vitamin C dalam dodol susu
pasteurisasi.
4. Memberikan sumbangan pengetahuan pada masyarakat tentang manfaat gel
lidah buaya dan susu pasteurisasi sebagai salah satu bahan pembuatan dodol
yang mempunyai nilai gizi dan rasa yang enak.