Pendahuluan & Perkembangan Hortikultura

Kata Hortikultura (Horticulture) berasal dari Bahasa Latin ‘hortus’ yang artinya kebun dan ‘colere’ yang artinya membudidayakan. Jadi hortikultura adalah membudidayakan tanaman di kebun. Konsep ini berbeda dengan Agronomi, yang merupakan membudidayakan tanaman di lapangan. Budidaya di kebun bersifat lebih intensif, padat modal dan tenaga kerja. Namun, hortikultura akan akan menghasilkan pengembalian, apakah berupa keuntungan ekonomi atau kesenangan pribadi, yang sesuai dengan usaha yang intensif tersebut. Praktek hortikultura merupakan tradisi yang telah berkembang sejak sangat lama. Hortikultura merupakan perpaduan antara ilmu, teknologi, seni, dan ekonomi. Praktek hortikultura modern berkembang berdasarkan pengembangan ilmu yang menghasilkan teknologi untuk memproduksi dan menangani komoditas hortikultura yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi maupun kesenangan pribadi. Dalam prakteknya, semua itu tidak terlepas dari seni. Komoditas hortikultura berbeda dengan komoditas agronomi. Pada umumnya komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup sehingga perisibel (mudah rusak), dan air merupakan komponen penting dalam kualitas. Di lain pihak, komoditas agronomi dimanfaatkan sesudah dikeringkan, sehingga tidak hidup lagi. Tergantung pada cara pemanfaatannya, suatu spesies yang sama bisa tergolong menjadi komoditas hortikultura atau agronomi. Sebagai contoh, jagung (Zea mays). Jagung yang dipanen muda untuk sayuran (baby corn) atau sebagai jagung manis rebus (sweet corn) adalah komoditas hortikultura, tetapi jagung yang dipanen tua untuk makanan pokok, tepung maizena, atau makanan ternak adalah tanaman agronomi. Jagung tersebut walaupun sama spesiesnya, tetapi cara produksi dan pemanfaatan hasilnya sangat berbeda. Demikian pula kelapa, kalau dipanen muda untuk es kelapa, buah ini termasuk hortikultura, tetapi kalau dipanen tua untuk santan atau produksi minyak, dia menjadi komoditas agronomi. Budaya masyarakat juga mempengaruhi penggolongan tanaman. Sebagai contoh, kentang di Indonesia adalah tanaman hortikultura, tetapi di Amerika Serikat termasuk tanaman agronomi. Ubi jalar di Indonesia adalah tanaman agronomi, tetapi di Jepang adalah tanaman hortikultura. Yang menarik adalah kelompok tanaman industri seperti kopi, kakao, teh di Indonesia digolongkan pada tanaman agronomi, padahal ini adalah tanaman kebun yang secara Internasional seringkali masuk dalam kelompok tanaman hortikultura. Komoditas hortikultura adalah kelompok komoditas yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, bunga, tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Kalau dilihat dari cara penggunaan, habitus tanamannya maupun fungsinya, nampaknya kelima kelompok anggota hortikultura merupakan komoditas-komoditas yang sangat berbeda satu dengan yang lain. Buah-buahan dan sayuran dikonsumsi sebagai pangan manusia, sedangkan bunga dan tanaman hias tidak dimakan, dan tanaman obat lain lagi penggunaannya. Pohon buah-buahan sebagian besar habitusnya adalah pohon, sedangkan sayuran adalah herba. Tetapi sebenarnya seluruh komoditas hortikultura mempunyai ciri penting yang sama satu dengan yang lain. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Hortikultura KONSEPSI DALAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Agribisnis hortikultura di Indonesia saat ini, terutama untuk komoditas buah-buahan, didominasi oleh buah-buahan yang berasal dari usahatani kecil dan pekarangan. Karena itu keseragaman dan mutu hortikultura Indonesia rendah. Demikian pula kontinyuitas suplai tidak terjamin. Sebagai contoh exportir manggis yang mengumpulkan manggis dari Sumatera Utara sampai Sumatera Selatan, hanya memperoleh buah yang mutunya dapat memenuhi pasar ekspor sebanyak 20% dari buah yang dikumpulkan. Itupun kuantitasnya tidak menentu dari tahun ke tahun. Pengembangan buah-buahan yang telah dilakukan dengan penyebaran bibit buah-buahan ke berbagai wilayah Indonesia dapat dikatakan gagal. Karena itu pengembangan buah buahan tidak cukup hanya dengan membagi-bagi bibit. Harus ada suatu konsepsi dan perencanaan yang jelas dan matang. Hortikultura Indonesia ke depan seharusnya bisa menunjukkan ciri-ciri pertanian berbudaya industri sebagai berikut: 1. Landasan utama pengambilan keputusan: Ilmu Pengetahuan 2. Instrumen utama dalam pemanfaatan SDA: Teknologi 3. Media utama dalam transaksi barang & jasa: Mekanisme Pasar 4. Dasar utama dalam alokasi sumberdaya: Efisiensi dan produktivitas 5. Orientasi utama: Mutu & keunggulan 6. Karakter yang menonjol: Profesionalisme 7. Pengganti ketergantungan pada alam: Perekayasaan 8. Produk yang dihasilkan memenuhi syarat: mutu, jumlah, volume, bobot, bentuk, ukuran, warna, rasa, tepat waktu dsb.) Pengembangan hortikultura harus melewati beberapa tahap, ialah: (1) menetapkan komoditas unggulan, (2) mempelajari potensi wilayah yang akan digunakan, dan (3) memilih lokasi di wilayah yang akan dikembangkan.

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer