Budidaya Ikan Maanvis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembudidayaan ikan dapat berupa ikan air tawar konsumsi maupun ikan hias air tawar. Keduanya memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Menurut Lesmana (2001), ada ratusan jenis ikan hias air tawar dari berbagai pelosok dunia keluar masuk Indonesia dan hampir 90%-nya merupakan ikan tropis. Indonesia sangat beruntung karena memiliki iklim tropis sehingga banyak ikan hias air tawar yang dapat dibudidayakan. Beberapa contoh ikan hias air tawar yang dapat dibudidayakan ialah ikan cupang, ikan discus, ikan koi, ikan plasty, ikan koki, ikan arowana, ikan spatula, ikan botia, ikan neon, ikan guppy, ikan zebrafish, ikan coridoras, ikan redfin, dan ikan maanvis. Susanto (2000) mengungkapkan ikan maanvis merupakan ikan hias yang disukai. Ikan ini memiliki bentuk tubuh yang langsing dan gerakan yang anggun. Ikan ini sering mengibaskan sirip-siripnya. Daya tariknya membuat maanvis sangat populer sebagai ikan hias akuarium. Debut maanvis sebagai ikan hias barangkali dimulai sejak lebih dari satu setengah abd lalu, yaitu ketika Leictenstein menemukannya pertama kali di Brazilia pada tahun 1823. Oleh penemunya untuk pertama kali maanvis diberi nama Zeus scalaris, kemudian pada tahun 1831 Cuviar dan Valenciennes memberinya nama Platax scalaris. Meyusul kemudian Heckel pada tahun 1840 memberinya nama Pterophyllum scalaris, setelah mengamati bentuknya yang berjumbai panjang menyeruapai duaun. Sedangkan Gunther pada tahun 1862 memberi nama ilmiah Pterophyllum scalare yang dipakai hingga sekarang (Susanto, 2000). 1.2 Tujuan 1. Memaparkan klasifikasi dan aspek biologi ikan maanvis 2. Memaparkan perawatan akuarium ikan maanvis 3. Menjelaskan cara membenihkan ikan maanvis BAB II PEMBAHASAN 2.1Klasifikasi dan Aspek Biologi Ikan Maanvis Berdasarkan sistematikanya, seperti terdapat pada Handbook of Tropical Aquarium Fishes susunan DR. Herbert R. Axelrod, dan The Complete Aquarium Encyclopedia of Tropical Freshwater Fish yang diteliti Dr. J.D Van Ramshorts, klasifikasi ikan maanvis secara biologis digolongkan sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum : Craniata Superkelas : Gnathostomata Kelas : Osteichthyes (ikan bertulang keras) Superordo : Teleostei Ordo : Percomorphoidei atau Percomorphi Subordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Pterophyllum Menurut Susanto (2000) ikan maanvis dapat di temukan di perairan yang banyak terdapat tumbuhan air. Di alam, ikan maanvis hidup secara bergerombol. Ikan maanvis termasuk ikan yang malas bergerak. Maanvis memiliki bentuk tubuh yang tinggi sehingga maanvis lebih serasi dipelihara dalam akuarium yang ditanami tanaman air berdaun panjang. Maanvis tergolong ikan omnivora. Pakan yang sangat disukai maanvis ialah jentik nyamuk, kutu air, cacing tubifex, maupun pakan buatan. Maanvis dapat berkembang biak sepanjang tahun. Induk maanvis akan memilih permukaan daun tanaman air yang lebar untuk meletakkan telurnya. Setelah menetetas, induk akan memindahkan anaknya ke tempat lain yang sebelumnya telah dibersihkan dengan menggunakan mulutnya (Susanto, 2000). 2.2 Perawatan akuarium maanvis Susanto (2000) memaparkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam merawat ikan maanvis ialah memberi pakan, mengamati suhu dan air, membuang tanaman mati, menjaga kondisi air, mengecek pH air, membersihkan lumut di kaca, memperhatikan filter, kelayakan aerator, isolasi dan pengobatan ikan sakit. Pemberian pakan yang baik berlangsung 2-3 kali sehari dengan volume cukup. Pengamatan suhu air bisa dilihat pada termometer yang ditempatkan pada kaca bagian depan akuarium. Tanaman air yang sudah mati harus di keluarkan dan diganti dengan yang baru. Sebagian air harus diganti secara teratur dan pHnya harus di cek. Kebersihan filter juga harus di jaga. Aerator yang digunakan harus layak. Jangan letakkan aerator lebih rendah dari permukaan akuarium. Jika lalai dan suatu ketika listrik mati, slang aerator akan masuk ke air dan dapat berakibat fatal. Ikan-ikan yang diduga terserang penyakit harus cepat-cepat diisolasi ke tempat untuk pengobatan. 2.3 Cara Memijahkan Maanvis Menurut Susanto (2000), ikan maanvis sangat mudah dikembangbiakan. Tempat pemijahan dapat berupa akuarium berukuran 70 x 35 x 35 cm atau 80 x 40 x 40 cm, paso tanah liat yang telah dibakar, tong plastik berwarna biru, drum bekas, atau bak semen berukuran 1 x 1 x 0,5 meter. Jika lahan yang dimiliki luas, tempat pemijahannya bisa menggunakan bak permanen. Namun, jika ingin tempat yang dapat dipindah-pindahkan, tempat pemijahannya bisa menggunakan drum bekas, paso, atau tong sampah plastik. Tempat pemijahan maanvis harus dibersihkan terlebih dahulu. Setelah itu, tempat tersebut harus dikeringkan. Air yang cocok untuk pemijahan maanvis harus memenuhi kriteria sebagai berikut : suhu air berkisar 25 – 27° C, pH air berkisar 6,8 – 7, kesadahan (kekerasan) air kurang lebih 6 DH (lunak), kandungan oksigen minimum 3 ppm, kandungan karbondioksida maksimum 15 ppm, air jernih dan tidak tercemar. Jenis air yang dapat digunakan ialah air sumur atau air campuran dari tampungan air hujan dengan air sumur (Susanto 2000). Alat yang dipakai dalam penempelan telur dianataranya ialah tanaman air, pralon, botol sirup, kaca bekas, cabang kayu kering dan daun pisang. Tanaman air, pralon, botol sirup, kaca bekas dan cabang kayu kering dapat digunakan didalam akuarium. Daun pisang biasa digunakan pada bak semen. Tanaman air dan kaca bekas juga dapat digunakan pada bak semen. Pralon dan botol sirup dapat digunakan hampir di semua tempat dan paling disukai. Ikan maanvis mampu menetaskan telur dan merawat anak-anaknya dengan baik. Setelah memijah, induk jantan dan induk betina akan mengipas-ngipaskan siripnya memberi aliran oksigen pada gerombolan telurnya. Gerakan tersebut akan membantu penetasan telur. Selain itu, gerakan tersebut juga bertujuan untuk membebaskan benih dari kotoran, baik endapan lumpur maupun bekas telur yang tidak dibuahi. Susano (2000) mengungkapkan bahwa dalam tempo 24 – 40 jam setelah berpijah, telur-telur akan menetas. Jiak suhu air di bawah 27° C, penetasan akan terjadi lebih lambat. Namun, jika suhu di atas 31° C, penetasan akan terjadi lebih cepat. Suhu optimum yang harus dicapai ialah 27 – 31° C karena pada suhu ini penetasan akan berlangsung baik. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Ikan maanvis masuk ke dalam genus Pterophyllum. Ikan maanvis dapat di temukan di perairan yang banyak terdapat tumbuhan air. Maanvis tergolong ikan omnivora karena memakan jentik nyamuk, kutu air, cacing tubifex, maupun pakan buatan. Ikan maanvis dapat berkembang biak sepanjang tahun. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merawat ikan maanvis di akuarium ialah memberi pakan, mengamati suhu dan air, membuang tanaman mati, menjaga kondisi air, mengecek pH air, membersihkan lumut di kaca, memperhatikan filter, kelayakan aerator, isolasi dan pengobatan ikan sakit. Ikan maanvis dapat dipijahkan di akuarium, bak permanen, drum bekas, paso, atau tong sampah plastik. Saat penetasan, suhu optimum yang harus dicapai ialah 27 – 31° C agar penetasan berlangsung dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Lesmana, Darti S, Iwan Darmawan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta : Penebar Swadaya. Susanto, heru. 2000. Maanvis. Jakarta : Penebar Swadaya. Budidaya Ikan Maanvis Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan Dosen : Irzal Effendi DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Komentar

Unknown mengatakan…
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

menyediakan B.ESTRADIOL untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer