TAHUN BARU, IMPIAN BARU, HARAPAN BARU

Adi seorang PNS rendahan. Ketika menikah 30 tahun silam, dia bermimpi, berharap dan berdoa bisa mempunyai rumah dan mobil sendiri, serta membiayai kuliah anak-anaknya hingga sarjana. Hari ini impian itu sudah terealisasi semua. Ketika ditanya apa impiannya sekarang? Dia menjawab, tidak mempunyai impian lagi. Dia sudah merasa cukup dengan apa yang Tuhan anugerahkan kepadanya. Budi percaya sedekah itu akan diganti Tuhan. Dia membuktikannya sendiri. Suatu saat, ketika menunggu bossnya yang sedang makan di restoran, dia bersedekah Rp 10 ribu kepada seorang pemulung tua. Tidak sampai hitungan jam, dia diberi uang Rp 100 ribu oleh teman bossnya yang juga hadir di restoran itu. Choirul lain lagi. Bapak muda ini mempunyai anak sulung yang sedang mengikuti SNMPTN. Anaknya memilih Kedokteran Umum UGM. Dia shalat tahajjud setiap hari sejak sang anak ujian tulis hingga pengumuman SNMPTN. Sebulan penuh. Doanya kepada Tuhan cuma satu. Anaknya diterima di KU-UGM. Alhamdulillah, anaknya lolos. Deasy adalah ibu dari 3 anak. Semua anaknya sukses. Anak pertama lulusan Teknik Informatika ITB, jadi dosen di almamaternya. Anak kedua lulusan Agribisnis IPB, membuka usaha sendiri di bidang kuliner dengan ratusan oulet waralaba. Dan anak ketiga lulusan Psikologi UGM, bekerja di Bank Muamalat. Rahasianya adalah dia selalu berpuasa dan berdoa ketika anak-anaknya sedang menghadapi saat kritis, seperti ujian masuk PTN, ujian skripsi, ujian masuk kerja dan lain-lain momentum penting lainnya. Kejadian seperti yang dialami Adi, Budi, Choirul dan Deasy banyak terjadi. Seseorang mempunyai impian, harapan atau keinginan. Kemudian dia berdoa, sedekah, puasa, shalat dan lain-lain berbuat kebajikan untuk “membeli” keinginan itu. Dan , keinginan itu terkabul. Sayang sekali, kebanyakan orang berhenti ketika keinginan itu sudah terlaksana. A tidak bermimpi dan berdoa lagi, B tidak sedekah lagi, C tidak shalat tahajjud lagi, dan D tidak puasa lagi. Semua berakhir ketika tujuannya sudah tercapai. Yang mestinya dilakukan adalah: membuat impian dan keinginan baru, kemudian “membelinya” lagi dengan doa, sedekah, shalat, puasa dan lain-lain kebajikan. Pengalaman yang sudah dilakukan itu harus menjadi ilmu, dan ilmu itu menjadi amal. Amalpun dilaksanakan terus menerus agar bisa menjadi kebiasaan dan akhlak. Yang belum haji, bermimpilah agar bisa haji. Yang sudah haji membuat impian lagi, agar bisa menghajikan orang lain. Dan yang sudah bisa menghajikan orang lain, membuat impian baru lagi agar bisa menghajikan 31 orang tiap tahun. Yang belum mempunyai mobil, berdoa agar bisa mempunyai mobil. Yang sudah mempunyai mobil Suzuki APV, berdoa lagi agar bisa mempunyai mobil Toyota Fortuner, dan/atau Isuzu Elf untuk disumbangkan kepada panti asuhan yatim piatu. Demikian juga yang anak-anaknya sudah sukses karena “membelinya” dengan shalat tahajjud dan puasa, tetap menjalankan kedua ibadah itu, dengan harapan bisa menyukseskan keponakan atau anak-anak orang lain yang belum beruntung. Impian adalah harapan, harapan adalah doa, doa adalah ibadah, dan ibadah itu berpahala. “Belilah impian dan keinginanmu dengan sedekah dan berbuat kebajikan”. Jika sudah terlaksana, teruslah bersedekah dan berbuat kebajikan untuk membeli impian baru lagi. Impian untuk orang lain. Hmm.. Apa impian, harapan dan doa Anda di tahun baru 2013?! Semoga Tuhan memberikan kekuatan, kemudahan, kesuksesan, kebaikan dan keberkahan-Nya.. ***

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer