PROPAGANDA DAN RETORIKA

Oleh: miftakhudin tauhidy MASSA SEBAGAI KOMUNIKAN YANG RESPONSIF Dalam sejarah di gambarkan ada seorang dengan postur tubuh kecil dan pendek apalagi untuk ukuran orang eropa namun mempunyai taji yang besar karena kemampuan retorikanya yang tajam dan berapi api,sebagaimana sejarah mencatat pada tanggal 28 september 1937 di maifeld berlin dalam rapat akbar ia mampu menjadi pusat perhatian 1.000.000 manusia dan orang tersebut adalah hitler. Didalam suasana di kumandangkanya lagu ’’ horst wessel’’ hitler membangkitkan semangat bangsa jerman untuk berperang melawan bangsa di luar jerman yaitu ingggris,perancis rusia dan amerika serikat.hal ini di lukiskan oleh ‘denis de rougemont dalam journal de’allemagne atau kitab harian tentang jerman.diceritakan bahwa massa sebagai komunikan yang sangat setia dan jinak kepada majikanya (komunikator),namun massa bisa berubah menjadi buas apabila komunikatornya menghendaki. Ilustrasi diatas menggambarkan betapa krusialnya sentuhan propaganda dalam mempengaruhi perasaan (sentimen) massa lewat kemampuan berpidato (retorika). Naiknya perasaan (sentimen) menyebabkan massa sangat mudah tersinggung,sangat fanatik ,semangat dan pemberani karena yang menjadi warna dominan dari massa adalah selalu ingin berbuat cepat tanpa memikirkan tanggung jawab sesudahnya.disamping itu massa juga menghendaki ketegasan,kekerasan dan keluarbiasaan sehingga massa akan mudah dikuasai oleh sosok yang kuat dan mampu memberikan harapan. Karena sifatnya yang militan dan cenderung spontan yang muncul dalam kondisi tertentu maka Massa bisa dijadikan alat dan diperalat terutama oleh alat alat kekuasaan dan orang orang yang mempunyai kepentingan,massa akan bersifat konstruktif dan distruktif tergantung kepada orang yang menguasainya Suatu contoh massa yang bersifat konstruktif,yaitu pada saat pembangunan pyramid di mesir pada jaman kerajaan firaun yang mengerahkan berpuluh ribu manusia kemudian pada pembangunan the great walls (tembok besar di china) serta pembangunan candi borobudur dan prambanan di indonesia menjadi contoh lain massa yang lumasi dan diarahkan untuk tujuan konstruktif. Sedangkan peristiwa penyerbuan penjara bastille di perancis pada 14 juli 1789 dan reformasi di indonesia di bulan oktober sampai penghujung tahun 1998,yang berakhir dengan tumbangnya orde baru serta rangkain peristiwa yang terus berlanjut hingga awal tahun 1999 menjadi contoh daya ledak massa dalam menghancurkan tatanan lama dan menumbuhkan tatanan baru diatas puing puingnya. Keberadaan massa pada hakikatnya merupakan konsekuensi logis dari kebebasan berserikat dan berkumpul akan tetapi massa juga bisa mengada akibat dari pengekangan hak hak individu dan pembebanan kewajiban secara sepihak baik dari dominasi mayoritas maupun tirani minoritas atau karena adanya ketidakadilan,diskriminasi dan ketimpangan. massa yang muncul karena dipicu faktor faktor tersebut merembet dan sampai kepermukaan melalui proses interelasi kolektivitas daya (collective power) antar individu akibat akumulasi ketidaknyamanan yang semakin membengkak dan terhimpun menjadi ketegangan kolektif (collective excitment) sebagai luapan perasaan bersama yang tidak terkendali. Dari uraian tersebut diatas,tampak bahwa meskipun bersifat situasional massa bisa menjadi saham yang besar bagi komunikator bahkan untuk merebut kekuasaan yang sah sekalipun (coup d’ etat). RETORIKA MENGGUSUR PARADIGMA Retorika bisa di jadikan ukuran terhadap reputasi dan popularitas seseorang yaitu didalam kemampuan menginterprestasikan simbol simbol yang ada pada diri orang lain,sekalipun seseorang mempunyai kepandaian hebat namun ia akan sulit di kenal masyarakat tanpa kepandaian berbicara. Seperti yang pernah di katakan aristoteles (530-468 SM) seorang pemikir sekaligus panglima perang dizaman yunani bahwa: Tanpa kecakapan berbicara kita tidak mungkin dapat mendekati saudara,orang tua,sahabat,kenalan, lawan atau kawan Berbicara adalah lebih tinggi derajatnya dari berbuat,sebab berbuat hanyalah anasir yang diabdikan sedangkan berbicara adalah pernyataan jiwa,jadi anasir yang menciptakan,anasir yang berkuasa. Terlepas dari setuju atau tidaknya dengan peryataan aristoteles tersebut yang perlu ditekankan yaitu unsur “menciptakan” apa yang diciptakan menurut aristoteles tersebut suatu asumsi bahwa yang diciptakan adalah situasi atau kondisi yang menyenangkan, ketentraman, kedamaian, setuju , menerima dan lain lain. Terjadinya berbagai konflik antar individu,antar suku ,antar agama dan antar ras bahkan peperangan antara negara yang satu dengan negara lainya pada dasarnya adalah produk bicara yang “gagal’’ atau tidak mencapai kesepakatan atau karena terjadi silang faham yang semakin jauh,sehingga perang kata meningkat menjadi perang urat nadi (psy war) bahkan lebih jauh lagi menjadi perang terbuka dengan peluru dan dentuman meriam. semoga rahim HMI terus melahirkan para konseptor,orator dan eksekutor yang ulung dan mumpuni.

Komentar

Recommended Posts

randomposts

Postingan Populer